Saya ingat ada sebuah peralatan transportasi yang sekarang sudah jarang ada apalagi di Kota Jakarta ini. Waktu kecil saya sering sekali melihatnya di kampung halaman saya. Bahkan kadang saya minta kepada mama untuk mengantarkan saya pulang atau sekedar jalan-jalan menggunakan alat transportasi itu. Kita mengenalnya dengan sebutan Andong, kalau di daerah asal saya disebut dengan nama dokar.
Yang membuat saya dulu bertanya-tanya adalah mengapa kuda yang menarik andong, selalu dipasang semacam penutup mata. Dulu saya berpikir itu adalah sebuah aksesoris bagi kuda. Karena di badannya juga dipasang berbagai macam peralatan.
Sekarang saya tahu bahwa kuda yang bertugas menarik andong memang sengaja diberikan penutup mata, kita mengenal dengan istilah kacamata kuda. Dan kacamata kuda itu berfungsi untuk membuat kuda fokus, melihat ke depan sehingga menjadi lebih mudah untuk dikendalikan kusirnya. Tanpa kacamata kuda, kuda akan melihat ke sana ke mari dan menjadi lebih susah untuk dikendalikan.
Pernahkah kita berpikir mengapa perjalanan hidup kita ini sering kali menjadi tidak terarah dan susah untuk dikendalikan? Mungkin karena kita sering kali tidak menggunakan kacamata kuda dalam kehidupan kita.
Setidaknya itu yang saya sedang renungkan. Saya sangat ingat sekali bahwa Gembala Sidang saya selalu berkata fokuslah pada kegerakan, itu yang membuat kita akan menjadi berhasil. Dan sesungguhnya itu tidak mudah.
Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Paulus menuliskan sesuatu yang bagus dan menarik perhatian saya, bagaimana sikap seorang yang sudah dewasa secara rohani, yaitu melupakan apa yang di belakang, mengarahkan diri pada apa yang ada di hadapan kita, berlari kepada tujuan.
Tujuan adalah sesuatu yang penting bagi setiap kita. Dengan adanya tujuan kita akan memiliki hidup yang terarah, kita tahu bagaimana kita mau menempuh perjalanan jika kita memiliki tujuan yang jelas.
Kemampuan untuk melupakan apa yang ada di belakang juga sesuatu yang penting. Banyak sesi-sesi konseling yang saya tangani berasal dari ketidakmampuan kita berdamai dengan masa lalu, sehingga masa lalu menjadi trauma yang menghalangi langkah kita untuk maju. Tetapi ketika bisa berdamai dan let go dengan masa lalu, maka hal itu seperti melepaskan beban yang tidak perlu untuk dibawa saat kita hendak mencapai tujuan.
Saya sering mengatakan hal ini kepada orang yang saya konselingi, "Masa lalu adalah masa lalu, dia tidak boleh mempengaruhi masa ini, dan mengacaukan masa depan".
Tetapi kemampuan untuk mengarahkan diri pada apa yang ada di hadapan kita ternyata bukanlah sesuatu yang mudah. Dan inilah kunci penting bagi kita untuk mencapai tujuan yang kita kejar dalam kehidupan kita yang diarahkan oleh Tuhan.
Sering kali kita tergoda untuk melihat yang lain, yang menurut kita mungkin lebih baik dari pada apa yang menjadi tujuan awal kita, atau juga mungkin kita begitu capek dan akhirnya tidak tahan dan memilih ingin kembali pada masa lalu kita. Orang-orang seperti ini seperti kuda yang tidak dipasang kacamata kuda, sehingga tidak fokus, melihat ke sana ke mari dan menyusahkan sang kusir untuk mengarahkan jalannya kereta.
Ada dua macam hal yang bisa mengacaukan fokus kita. Yang pertama berasal dari dalam diri kita. Namanya kekuatiran, ketakutan, kemarahan, kebencian dan emosi-emosi negatif lainnya yang ada dalam hidup kita. Orang yang tidak pernah mendisiplin dirinya untuk mengatasi emosi negatif dalam dirinya, menghentikan dirinya dan menghabiskan waktunya untuk hal yang tidak berguna.
Saya sering mengamati dalam diri saya ataupun orang-orang di sekeliling saya, banyak waktu yang sebenarnya bisa kita gunakan untuk melangkah maju terbuang sia-sia karena kita habiskan waktu kita dengan emosi-emosi yang negatif, membuat kita berhenti dan tidak bisa meneruskan perjalanan kita.
Saat kita marah-marah, waktu yang harusnya kita gunakan untuk menempuh perjalanan justru kita pakai untuk marah. Atau saat kita kuatir, kemudian kita down, waktu itu menjadi waktu yang terbuang yang akan memperlama kita mencapai tujuan.
Saya melatih diri saya untuk menjadi lebih positif, ketika saya kuatir dan takut saya mulai mengarahkan diri saya pada janji-janji Tuhan dan belajar untuk mengembangkan kemampuan memotivasi diri sendiri.
Hal kedua yang bisa mengacaukan fokus kita mencapai tujuan adalah dari luar kita. Porsi terbesar dari pihak luar adalah pertikaian atau permusuhan yang kita alami. Atau mungkin juga orang-orang yang berusaha menjatuhkan kita.
Tapi untuk hal ini saya banyak belajar dari Abraham, saat dimana dia mungkin bisa marah dan bertengkar dengan Lot ketika gembala Lot bertengkar dengan gembalanya karena berebut lahan makanan, Abraham memilih untuk mengalah dan mengambil tempat yang lain.
Hal tersebut bukan karena Abraham tidak memiliki kekuatan untuk melawan Lot. Tapi Abraham sadar di tempat gersang sekalipun jika disertai Tuhan akan lebih membawa keberhasilan dibandingkan di tempat subur tanpa adanya Tuhan dan Abraham memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya kepada sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri, yaitu tujuan yang diberikan Tuhan kepadanya, sehingga Abraham bisa untuk tidak mempedulikan pertikaian karena dia tahu kemana tujuan dirinya.
Bayangkan berapa banyak waktu yang harus dibuang oleh Abraham jika kemudian dia harus menghentikan langkahnya dan berhenti di suatu fase bernama peperangan? Tentu tidak akan sebentar.
Kemampuan untuk percaya akan penyertaan dan pembelaan Tuhan, kemampuan untuk membangun dan memotivasi diri, dan kemampuan untuk fokus pada tujuan dan bukan pertikaian, itulah kacamata kuda yang harus kita kenakan.
Menjelang datangnya tahun baru, alangkah baiknya jika renungan ini menjadi satu arahan bagi setiap kita untuk fokus pada masa depan dan melupakan apa yang telah terjadi di masa lalu. Karena sesungguhnya berkat-berkat Allah yang baru telah tersedia bagi kita yang selalu mengandalkan-Nya dalam setiap langkah hidup kita.
Filipi 3:13-14Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Sumber : Jafeto