Meski belum mencapai papan tengah, Indonesia ternyata jauh lebih baik dari negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Dari semua negara ASEAN, Myanmar berada di peringkat paling bawah, yakni 171 dari 175 negara. Myanmar yang dikuasai oleh junta militer dideskripsikan sebagai "Surganya sensor. Satu diantara sedikit Negara di dunia yang semua publikasinya diharuskan melewati mekanisme sensor." Setelah Cina dan Kuba, Myanmar adalah negara yang paling banyak memenjarakan jurnalis dan blogger.
Selanjutnya Myanmar diikuti oleh Vietnam yang menempati ranking 166. Menurut RSF, Vietnam tidak memiliki media yang independen. "Pers, baik koran, majalah, televisi, dan radio, semua berada di bawah kontrol Hanoi." Belasan jurnalis juga diketahui telah dijebloskan ke dalam penjara.
Di atas Vietnam, ada Laos yang menempati posisi 169. Selanjutnya Singapura pada posisi 133, negeri jiran Malaysia yang terkenal mengkontrol ketat persnya menempati ranking 131. Kemudian Filipina yang pendukung kebebasan pers, menempati posisi 122. Meski begitu, kebebasan pers Filipina ternoda karena ada 2 jurnalis terbunuh dalam 12 tahun terakhir.
Dari penilaian di atas, indeks kebebasan pers di Asia Tenggara terlihat merosot tajam. Kita patut mengucap syukur jika iklim demokrasi berpendapat melalui media di negeri kita terbukti cukup baik. Mudah-mudahan saja kebebasan yang sudah ada tidak terbelenggu demi alasan keamanan dan stabilitas sesaat.
Sumber : vivanews.com/Tmy