Segala pembicaraan mengenai otak dalam konteks iman tidak akan lengkap bila tidak menyinggung penjelasan mengenai batas-batas yang bisa dilakukan oleh otak, yaitu batas-batas pengetahuan yang spiritual. Otak adalah pakar yang telah terbukti dalam mengumpulkan dan memproses data dan informasi. Tetapi, bisakah kita mempercayainya untuk mengantarkan kita sampai ke Rumah Bapa?
Tidak ada korelasi yang jelas antara mengisi pikiran dengan fakta-fakta dan menemukan kebenaran; antara kemajuan dalam pencapaian jenjang pendidikan dan kemajuan dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah; antara IQ dan kesalehan. Apakah sebaiknya kita mengabaikan pendidikan saja, dan kemudian kita melangkah ke arah yang lain? Tidak, kita seharusnya memberi perintah pada otak dan mendisiplinkannya. Namun, bila pada tiap-tiap permulaan hari otak kita tidak tunduk merendahkan dirinya pada kebenaran, maka sinapsis kita akan menuju pada arah yang salah.
Otak adalah alam data, informasi, dan pengetahuan. Akan tetapi, roh, adalah alam pengertian, hikmat, dan kebenaran. Otak seharusnya tidak menganggap bahwa ia menguasai roh, karena anggapan itu bisa mengarah pada perselisihan eksistensial yang hebat. "Dalam kehendak-Nya terletak damai sejahtera kita," tulis Dante.
Otak harus bertindak dengan merendahkan dirinya, kalau tidak, ia akan menyabot penelusurannya sendiri. Allah tidak suka pada keangkuhan, dan Ia pasti tidak akan suka dengan otak bila si otak menentang-Nya. Secara menyedihkan, ini sebabnya mengapa banyak para pemikir yang briliyan tersandung dalam kegelapan di sepanjang kehidupan mereka. "Pikiran yang tidak memahami," ujar A.W. Tozer, "tidak terpengaruh oleh kebenaran."
Sejak permulaan Allah telah mentakdirkan bahwa pembelajaran secara duniawi tak akan pernah cukup untuk menemukan Kristus. Ini bukan berarti bahwa pesan Kristus itu irasional, namun, sesungguhnya ekstra rasional. Maknanya tidak dapat diperoleh melalui neuron dan sinapsis, meski si otak itu luar biasa cerdasnya.
Dilihat dari kemampuannya, otak itu sendiri memang sangat spektakuler, dan ia tak perlu secara berlebihan menegaskan potensinya. Marilah kita dengan rajin memintanya supaya ia mau terus belajar, namun marilah kita juga menerima daerah-daerah batas yang tak bisa dilanggarnya. Meski ada keterbatasannya, kapasitas otak yang luar biasa itu menyiratkan kejeniusan Allah yang memberkahinya.
R/ Jangan mengharapkan kebenaran dari informasi. Otak yang angkuh mungkin akan mengisi dirinya dengan informasi, namun, bila roh manusia tidak mengenal kebenaran, maka penderitaan tak terelakkan lagi. Pada kehidupan yang diliputi ketidak-tenangan, damai sejahtera akan datang menghampirinya apabila roh dan otak yang berdiam dalam kehidupan seperti itu mau dating bersama-sama mengadakan perdamaian dengan Allah.
Segenggam kesabaran jauh lebih bernilai dibandingkan dengan segantang otak. [Pepatah Belanda]