Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Universitas Michigan, beberapa ribu orang diamati selama lebih dari satu dekade untuk melihat bagaimana hubungan sosial mereka mempengaruhi kesehatan mereka. Ternyata, tingkat harapan hidup orang-orang yang secara teratur melakukan pekerjaan sukarela meningkat dramatis. Sebaliknya, selama periode penelitian, orang-orang yang tidak terlibat dalam kegiatan pelayanan semacam itu ternyata dua setengah kali menderita sakit-penyakit lebih banyak daripada mereka yang menjadi relawan setidaknya seminggu sekali.
Ternyata, ketika Anda menolong orang lain, Anda juga menolong diri Anda sendiri. Apapun pelayanannya - apakah yang mulia dan penuh pengorbanan, ataupun yang kecil dan sederhana - ketika Anda menolong orang lain saat mereka membutuhkannya, Allah menolong Anda saat Anda membutuhkannya.
Akan tetapi, orang-orang yang kelebihan beban, sangat tidak berminat dalam melayani. Sebaliknya, mereka terperangkap dalam memperjuangkan hidup mereka. Baru-baru ini ada satu artikel yang dipampang di bagian muka surat kabar, yang menggembar-gemborkan manfaat menjadi sukarelawan, judul headline-nya adalah: "Terlalu banyak bekerja, terlalu banyak stress, siapa yang punya waktu untuk menjadi sukarelawan?"
Sepuluh tahun yang lalu, angin kencang yang berkecepatan 176 km/jam menghantam wilayah kami, meratakan pohon-pohon, tiang-tiang listrik, dan bangunan-bangunan, serta menyebabkan kerugian sekitar US$ 60 juta. Selama berhari-hari, orang-orang dari beberapa Negara bagian di bagian timur berdatangan ke kota kami. Mereka adalah relawan dari Mennonite Disaster Service. Beberapa di antara mereka tinggal kira-kira sebulan lamanya, menempati asrama-asrama universitars yang sedang kosong di musim panas. Sebagian besar dari mereka terlibat dalam pembangunan kembali kandang-kandang hewan. Saya tidak ingat apa yang saya lakukan dalam beberapa minggu berikutnya setelah badai itu berlalu, tetapi saya tak pernah lupa apa yang mereka lakukan. Mereka melayani. Setiap kali saya berpikir tentang bencana alam, lantas saya berpikir mengenai apa yang telah mereka berikan.
Baru-baru ini saya mendengar tentang seorang pria, yang ketika berkendara di jalan tol, selalu membayar ongkos tol tidak hanya untuk dirinya saja, tetapi juga untuk mobil yang berada di belakangnya juga. Dengan berbuat begitu, paling tidak ia memasukkan deposit dalam tiga rekening bank emosi: rekening milik dirinya sendiri, milik sang kasir, dan pengendara yang berada di belakang mobilnya.
Isteri saya, Linda, selalu cepat tanggap dalam menemukan cara melayani orang lain. Baru-baru ini ia mampir di sebuah toko kecil untuk membeli es krim. Di meja pembayaran, ia mengatakan bahwa es krim itu dibelinya untuk dimakan dengan cherry pie. "Wah, kedengarannya enak!" kasir yang masih muda itu menanggapinya. Lima belas menit kemudian, Linda membawakannya sepotong besar cherry pie yang masih hangat. Malam itu, sendirian di toko, ia diberi makanan bergizi melalui pelayanan seseorang. Satu hal yang sederhana; gagasan yang cemerlang. Dan pemberian terus berlanjut...
R/ Anda bisa melayani teman-teman atau orang-orang yang tak Anda kenal. Anda bisa melayani secara anonim, bisa juga yang terlihat orang. Anda bisa melayani dalam proyek kecil, bisa juga proyek yang besar. Anda bisa melayani di rumah Anda atau di bagian lain di dunia ini. Namun, bila Anda ingin sehat, cobalah melayani.
Sumber : A Minute of Margin. Richard A. Swenson, M.D. Visi Pressindo