Reynold, Anak Terbuang Dan Tak Diinginkan

Family / 1 October 2009

Kalangan Sendiri

Reynold, Anak Terbuang Dan Tak Diinginkan

Puji Astuti Official Writer
16319

Ibunya berniat menggugurkannya sewaktu dia masih dalam kandungan, bahkan setelah ia lahirpun, ia seperti anak yang tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya. Itulah nasib seorang anak yang bernama Reynold.

"Sewaktu kandungan berumur satu bulan, saya terpikirkan untuk menggugurkan anak saya," demikian ungkap Martini Gunarso, ibunda Reynold.

"Sewaktu papa saya menikah dengan mama saya, dia sudah terlibat perselingkuhan dengan orang lain. Mama saya merasa kecewa, karenanya dia berniat menggugurkan saya," jelas Reynold.

Pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai tanpa memikirkan nasib anak mereka, Reynold.

"Papa saya sudah ada perempuan lain, dan mama saya juga sudah ada pria lain waktu itu. Saya harus menerima keputusan yang cukup berat itu, sebenarnya di hati saya tidak ingin orangtua saya bercerai waktu itu."

Sewaktu perpisahan terjadi, sang ibu menakutinya jika Reynold lebih memilih ayahnya, akan mendapatkan ibu tiri yang jahat, "Tapi kalau ikut mami, mami pasti akan sayang kamu."

Tetapi apa yang dikatakan ibunya ternyata keliru, ayah tirinya ternyata tidak lebih baik dari ayah yang dulu pernah dimilikinya.

"Saya sempat mendengar pembicaraan mereka, papa tiri saya waktu itu ngomong ke mama, saya mau terima kamu tapi kok kamu bawa anak kamu."

Sewaktu mendengar hal itu Reynold merasakan sakit hati yang luar biasa, "waktu mendengar hal itu perasaan saya terluka sekali. Sakitnya luar biasa, saya benci sekali orang itu. Setiap hari saya merasa, nanti saya akan bunuh dia setelah saya dewasa."

Reynold akhirnya dititipkan pada neneknya. Dan hal itu semakin membuatnya merasa tidak diinginkan oleh keluarganya.

"Sejak saya ditinggalkan oleh kedua orang tua saya, semua orang meremehkan saya. Tidak ada yang mengasihi saya. Bahkan mami dan papi, jarang menengok saya. Hal itu menimbulkan kepahitan yang luar biasa dalam hati saya."

Rasa sakit hati yang dirasakan Reynold terlebih karena merasa tidak dikasihi, dan tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Mereka meninggalkannya demi kepentingannya masing-masing.

Suatu saat Reynold tidak sengaja bertemu dengan sang ayah, kegembiraan meluap dari hatinya,"Waktu itu dia sedang jalan dengan perempuan lain, dengan istri barunya waktu itu. Tapi dia acuhkan saya, dia bertindak seolah-olah tidak mengenal saya. Waktu itu hati saya pahit sekali, sedih, marah, kecewa....Saat itu saya kangen dengan papa saya, tapi reaksi dia seperti itu."

Luka di hati Reynold begitu dalam, kebencian membutakan perasaannya. Yang ada hanya dendam untuk membalas semua perbuatan kedua orang tuanya. Kejadian demi kejadian menyakitkan yang dialaminya, membentuk Reynold menjadi anak yang sangat nakal. Pada saat Reynold duduk di bangku kelas satu SMP, dia sudah mengenal seks bebas dan kehidupan malam. Bahkan saat Reynold memasuki masa SMA dia bergabung dengan sebuah gank motor.

"Setiap malam minggu pasti saya ngga pernah pulang, saya selalu bersama teman-teman saya di jalanan. Karena dijalanan itu saya merasa diterima, dan tidak ada orang yang menolak saya."

Menyadari kekhilafannya, ibu Martini meninggalkan pasangan selingkuhannya dan kembali tinggal bersama Reynold. Sejak saat itu dia berdoa terus bagi suaminya, dan setelah sepuluh tahun berpisah, Irwan sang suami kembali.

"Waktu saya tinggal dengan mami, mami saya sudah bertobat waktu itu. Dia sudah menerima Yesus, tapi saya belum. Saya mau ngerjain orang tua saya. Saya bertindak seenak-enaknya saya, biar mereka kesel. Mereka sudah terlalu menyakiti saya"

Suatu hari Reynold pulang pagi, dan papanya menegurnya.

"Mungkin papi saya sudah agak gerah. Ini anak kok kerjaannya pulang pagi melulu," cerita Renold.

"Papi kan ngga pernah ngurus saya dari kecil, jangan coba-coba berani mukul," demikian Reynold berteriak kepada ayahnya.

"Saat itu memang rasanya sakit," ungkap ayah Reynold. "tapi saya memang salah juga, jadi saya diam saja." Menyadari kesalahan mereka sebagai orang tua, Irwan dan Martini mulai memohon ampun pada Tuhan dan mulai berdoa untuk Reynold.

Suatu ketika, di hari Sabtu, ibu Martini mengajak Reynold untuk pergi ke sebuah acara kebangunan rohani.

"Ngapain saya ikut acara-acara kebaktian kebangunan rohani, kayak ngga ada kerjaan aja. Pergi aja sendiri, ngapain saya ikut," Reynold menceritakan responnya waktu itu. "Herannya, waktu hari itu teman-teman saya yang saya telepon satupun tidak ada yang bisa." Dalam pikirannya Reynold berkata , "Waduh..ini gimana, masak malam minggu nggak keluar. Biasanya saya keluar." 

Akhirnya Reynold menemani ibunya pergi ke kebaktian kebangunan rohani tersebut. "Ya udah deh mi, saya anterin aja. Tapi saya cuma nganter, saya ngga ikut-ikutan."

Ketika berada dalam kebaktian kebangunan rohani tersebut, Reynold mengalami sebuah pengalaman supranatural.

"Di acara itu, saya merasakan sebuah aliran listrik di badan saya. Saya kayak kesetrum. Dan saya diperlihatkan segala apa yang terjadi dari waktu kecil sampai hari itu, seperti film. Saya menangis, dan saya merasa, hati saya menyesal dan merasa malu atas apa yang sudah saya lakukan."

Waktu itulah Reynold merasakan jamahan Tuhan. "Saya merasakan sebuah pelukan hangat, saya belum pernah merasakan damai dan sejahtera seperti waktu itu. Waktu itu seperti ada yang memeluk saya dan tidak menghakimi saya, saya percaya itu adalah kasih Tuhan. Mulai hari itu saya minta ampun dihadapan Tuhan. Mulai hari itu saya menyerahkan hidup saya sepenuhnya untuk Tuhan.Dan mulai hari itu saya meninggalkan yang namanya kebiasaan-kebiasaan saya di diskotik, taruhan, minum, balapan motor, dan pergaulan bebas."

Beberapa bulan kemudian setelah kejadian itu, Reynold melakukan pemulihan hubungan dengan orang tuanya, "Saya membasuh kaki kedua orang tua saya, dan orang tua saya membasuh kaki saya. Dan kami saling meminta maaf."

"Waktu cuci kaki itu, saya merasa, aduh saya dosa juga ya, sama istri sama anak saya tinggalin begitu," aku ayah Reynold.

Luka di hati Reynold dipulihkan, dan keluarga yang tadinya hancur bersatu kembali. Kebencian, dendam dan amarah, sirna sudah. Kasih Tuhanlah yang menjadikan segalanya sempurna.

"Beban yang selama ini begitu menekan saya, kemarahan yang selalu saya pendam di dalam diri saya itu hilang. Saya rasakan benar-benar damainya hari itu."  (Kisah ini ditayangkan 01 Oktober 2009 dalam acara Solusi Life O'Channel).

Sumber Kesaksian:

Reynold Gunarso

Sumber : V090706120421
Halaman :
1

Ikuti Kami