Setiap pasangan pasti pernah bertengkar. Pasangan suami istri pernah saling tidak sependapat, mereka mempertahankan pandangan masing-masing yang dianggap benar, dan mereka melakukan apa saja untuk membuktikan alasan-alasannya. Mereka bertikai tentang keuangan, seks, sanak saudara, siapa yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, anak-anak dan ratusan alasan lain yang biasanya lebih remeh daripada yang mau kita akui. Saya tahu tentang semua pertengkaran. Saya dan Tami tentu juga pernah bertengkar.
Meskipun begitu, yang mengejutkan saya adalah, setelah menangani para pasangan selama lebih dari dua puluh lima tahun, apa yang kita pikir sedang kita pertengkarkan, sebenarnya itu bukan hal yang benar-benar kita pertengkarkan. Pertengkaran tentang masalah keuangan mungkin sebenarnya tentang rasa tidak aman dari sang istri, atau saling tergantung, atau bisa juga tentang rasa penghormatan terhadap sang suami. Pertengkaran masalah seks pada intinya mungkin berasal dari masalah kasih, komunikasi dan relasi yang sedang bermasalah.
Dan apa masalah mendasar yang paling besar? Saya menyimpulkan sekurang-kurangnya 50 persen pertikaian antara suami dan istri pada dasarnya adalah tentang perbedaan gender antara pria dan wanita. Dan saya juga mendapatkan kesimpulan lain: seandainya kita dapat memahami perbedaan-perbedaan ini, mungkin saja kita tidak akan terlalu sering bertengkar.
Itulah maksud saya menghasilkan tulisan ini - menolong Anda lebih memahami pasangan Anda dan belajar untuk lebih menghargainya. Tujuan saya bukanlah memperlengkapi Anda untuk menjalankan semua rencana yang ada di pikiran Anda agar pasangan Anda seharusnya berubah. Tujuan saya justru memperbaiki hubungan Anda dengan pasangan Anda. Memahami perbedaan-perbedaan membuat kita bertoleransi terhadap pasangan kita.
Pria dapat memahami dengan jelas jalan pikiran kaumnya sendiri, begitu pula dengan wanita. Pada dasarnya hubungan antara dua orang yang berbeda gender benar-benar merupakan pengalaman lintas budaya. Suami dan istri berpikir, merasakan dan berkomunikasi secara berbeda. Kadang bahkan berbeda dalam segala hal. Pria dan wanita ‘berbicara' dengan bahasa yang berbeda.
Tetapi apakah itu berarti kita tidak dapat memahami satu sama lain? Bukan begitu, masih ada harapan! Kita dapat belajar menerjemahkan bahasa masing-masing. Dan apabila kita lakukan, kita tahu bahwa pasangan kita tidak serumit dan semisterius yang kita pikirkan.
Anda telah terlibat dalam pertempuran antar jenis kelamin yang telah berlangsung selama berabad-abad. Sudah waktunya bagi Anda untuk mengadakan genjatan senjata. Perundingan dapat dimulai. Kebenaran akan perbedaan wanita dan pria ini pasti dapat mengoreksi pandangan Anda dalam melihat segala permasalah yang harus Anda hadapi bersama dengan pasangan.
Perbedaan antara suami dan istri itu nyata adanya. Dan perbedaan itu memang benar untuk pria dan wanita pada umumnya. Tapi tidak ada ciri baku yang menunjukkan semua sifat dari pria maupun wanita karena setiap orang memiliki kepribadiannya masing-masing. Tidak ada satu cetakan sama yang menentukan seperti apa pria atau wanita itu. Masih banyak faktor lain selain faktor gender - seperti faktor genetika individu, susunan kelahiran, keteladanan, pengalaman masa kanak-kanak, cara ia belajar menghadapi kehidupan, dan kepribadian - akan saling berinteraksi sehingga membuat kita menjadi pribadi yang sangat unik.
Ibu saya adalah seorang ahli mesin. Ayah saya bukan tipe orang yang suka mesin. Saya tahu apabila saya butuh pertolongan yang berkaitan dengan mobil, saya seharusnya menemui ibu saya. Ayah mungkin mencoba memperbaikinya, tetapi kemungkinan besar mobil saya malah jadi berantakan.
Lalu masuklah Tami dalam kehidupan saya. Kemudian, pernikahan. Ketika tempat sampah rusak, kepada siapa saya meminta tolong untuk memperbaikinya? Tentu Tami. Tapi Tami berasal dari negeri asing - negeri dimana para ayahlah yang membetulkan kerusakan. Sebuah konsep yang sangat membingungkan saya. Pengalaman-pengalaman kita telah membentuk harapan kita yang menjadi bagian dari diri kita sebenarnya. Dalam hal ini, saya termasuk perkecualian dari ciri dan aturan pria pada umumnya.
Maka izinkan saya menegaskan dengan jelas sejak awal: tidak ada yang salah dengan Anda seandainya Anda berbeda dengan sifat-sifat khusus dari gender Anda. Saya kerap dikunjungi para pasangan yang mempunyai peran gender terbalik di area-area tertentu. Banyak pasangan yang terdiri dari suami yang penuh dengan belas kasihan dan istri yang kompetitif. Atau, istri dengan dorongan seks yang lebih kuat. Atau, suami yang lebih banyak berbicara. Para pasangan ini menemukan cara-cara untuk menyeimbangkan relasi mereka, dan perbedaan-perbedaan mereka yang tidak sesuai standar umum yang biasa berlaku tidak berdampak pada hubungan mereka.
Sekarang banyak orang menggunakan perbedaan sebagai alasan untuk mempertahankan diri dan berkata, "Inilah aku. Aku tidak dapat berubah. Lebih baik kamu terima saja apa adanya." Ya, penerimaan itu penting, tetapi hubungan yang sehat juga berarti adanya sikap memberi dan menerima dari kedua pasangan (lebih baik banyak memberi daripada menerima). Tidak ada suami maupun istri yang bisa diharapkan untuk berubah secara total. Dalam banyak situasi, justru kedua belah pihak perlu untuk berubah. Tetapi terkadang memang suami perlu mengambil langkah-langkah besar - seperti belajar mendengarkan dan lebih mau menceritakan perasaan mereka. Dan terkadang istri diharapkan lebih banyak berubah - mungkin untuk menjadi lebih sensitif akan kebutuhan seks suami atau menunjukkan rasa hormat yang lebih besar.
Salah satu cara yang dapat kita pakai untuk memperbaiki pernikahan dengan memperoleh pengertian tentang pasangan kita yang berbeda gender dengan kita. Karena Anda berbeda, saya berharap bahwa Anda akan tahu bahwa Allah akan membawa Anda bersama pasangan untuk menjadi lebih dekat dalam pernikahan yang semakin kaya, manis dan menyenangkan.
Sumber : DR. Steve Stephens – Lost In Translation