Entrepreneurship Belum Membudaya

Nasional / 31 August 2009

Kalangan Sendiri

Entrepreneurship Belum Membudaya

Tammy Official Writer
3270
Tidak selamanya stigma trouble maker selalu buruk ketika dialamatkan kepada para siswa lantaran sering berulah macam-macam. Karena, yang berpredikat "pembuat masalah" itu kerap berpotensi menjadi entrepreneur sukses di masa depan.

Hal tersebut jelas-jelas dilontarkan oleh pengusaha Ciputra di hadapan para siswa, guru, dan undangan seminar 'Entrepreneurship: Inspiring of Journey' di SMA Kolese Kanisius, Jakarta.

"Ya, rata-rata trouble maker di sekolah itu banyak yang menjadi pengusaha sukses karena cara berfikirnya biasanya selalu out of the box, imajinasinya penuh dengan hal-hal kreatif di luar kebiasaan," ujar pria kerap disapa Pak Ci ini.

Sebaliknya, lanjut Pak Ci', generasi muda Indonesia saat ini cenderung tidak memiliki kecakapan dalam menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri. Karena memang, mereka tidak dibesarkan dalam budaya wirausaha, apalagi dunia pendidikan kita tidak berorientasi pada pentingnya enterpreneurship bagi masa depan bangsa. "Lulus sekolah atau kuliah langsung cari kerja, itu mindset yang harus diubah dari anak didik kita," ujarnya.

Untuk itulah, kata Pak Ci', orang tua, guru serta pihak sekolah atau pendidik harus bisa membuat sebuah sinergi untuk mewujudkan tumbuh-kembangnya semangat wirausaha di mata generasi muda. Sinergi tersebut akan berkembang lagi dalam tataran yang lebih tinggi yaitu gerakan nasional budaya wirausaha dengan urutan Government, Academy, Business, dan Society.

Budaya EntrepreneurshipPerkaya Kurikulum

Melalui kerjasama itu, sudah saatnya wirausaha semakin mudah menempuh jalan lurus ke dalam kurikulum sekolah. "Tetapi jangan dulu membatasi diri, sebab entrepreneurship tidak akan menggantikan kurikulum yang ada, melainkan justru memperkaya kurikulum tersebut," kata Antonius Tanan, Direktur HRD Ciputra Group.

Antonius menuturkan, ada tiga gagasan penting yang diungkap oleh Pak Ci' dalam bukunya Quantum Leap: 'Entrepreneurship, Mengubah Masa Depan Bangsa dan Masa Depan Anda'. Gagasan pertama adalah mengintegrasikan pembelajaran entrepreneurship di dalam kurikulum nasional mulai dari jenjang TK hingga Perguruan Tinggi.

Kedua, harus dikembangkan semacam entrepreneurship centre di setiap kampus. Terakhir, menanamkan budaya wirausaha di dalam masyarakat.

"Sebanyak 7 dari 10 di AS kini bercita-cita menjadi wirausahawan, sedangkan di Namibia yang luasnya lebih kecil dari RI, Menteri Pendidikan mereka bahkan sudah mengeluarkan surat pernyataan yang memutuskan, bahwa pembelajaran entrepreneur di negara itu harus sudah dimulai di kelas 8. Nah, bagaimana dengan Indonesia," kata Antonius.

Sumber : kompas.com
Halaman :
1

Ikuti Kami