Kan Dulu?? Kok??

Marriage / 18 August 2009

Kalangan Sendiri

Kan Dulu?? Kok??

Lestari99 Official Writer
5102

Pria hidup dalam masa depan, berbicara tentang rencana, visi, sedangkan wanita cukup banyak atau mayoritas hidup dalam masa lalu dan kini. Pria akan dengan mudah melupakan hal-hal di masa lalu yang mengecewakan sekalipun, tetapi tidak dengan wanita. Wanita kuat di perasaan, mengenang dengan jelas dan menyimpan perkara yang terjadi di masa lalu.

Ada pasangan datang konseling kepada saya, lalu ketika mulai dilayani, si wanita akan mulai bercerita:

          Wanita : "Pak, suami saya menyakiti saya"
          Saya   : "Kapan bu?"
          Wanita : "Duluuuuuu... pak sudah beberapa kali"
          Saya   : "Dulu? Kemarin ya bu?"
          Wanita : "Bukan pak, duluuuuu..."
          Saya   : "Oooo minggu lalu?"
          Wanita : "Bukan pak, duluuuuuuu"
          Saya   : "Oooo dulu, kenapa nangisnya sekarang?"
Wanita : "Karena tadi kami bertengkar dan saya ingat sejak dulu dia memang  menyakiti saya"

Dan ternyata sang wanita sedang menceritakan kejadian tahun lalu, lima tahun lalu, kejadian masa lalu. Lalu saya bertanya pada suaminya:

          Saya   : "Betul ya pak? Bapak melakukan itu?"
Suami  : "Waaah pak itu sudah lama, saya sudah tidak ingat persisnya kapan dan bagaimana... Tetapi pak, saya hari ini janji, di waktu yang akan datang saya tidak akan mengulanginya lagi"

Lalu saya berkata kepada ibu itu:

Saya   : "Bu, Bapak janji hari ini, tidak akan melakukan perbuatan itu lagi di masa yang akan datang"
Wanita : "Tapi pak, duluuuu dia juga pernah berjanji dan dia langgar lagi"

Pria hidup dalam fenomena waktu masa kini dan masa depan. Yang penting bagi pria adalah sekarang kita harus bagaimana, jangan terlalu melihat dan mengungkit masa lalu. Kalau yang dulu diungkit-ungkit, kapan masalah akan selesai? Ini pola pikir laki-laki secara umum karena laki-laki kuat otak kirinya, kuat pikirannya. Wanita, dengan kuatnya perasaan yang dimilikinya, masa kini terangkai dengan kuat dengan masa lalu. Wanita hidup dalam fenomena waktu kini dan lalu, sekarang dan dulu.

Sementara pria sibuk dan bersemangat, bergairah dengan rencana ke depan, isteri sibuk dengan nostalgia masa lalu. Wanita mulai mengingat-ingat kegagalan masa lalu dan repotnya urusan yang sekarang ini saja belum selesai, kuatir akan gagal dan mulai merasa cemas dan tidak merasa damai sejahtera.

Banyak isteri tidak bisa menjadi teman bicara yang baik kalau diajak bicara masa depan dan rencana ke depan. Banyak isteri yang berkata:

"Yang ini (sekarang) saja belum tertangani dengan baik, sudah mau yang baru lagi"
"Sekarang saja kamu sudah tidak ada waktu untuk saya dan anak-anak, apalagi nanti"
"Yang penting sekarang yang sudah ada saja ditangani dulu dengan baik"

Saran saya, para wanita belajarlah untuk menjadi teman bicara yang baik ketika mendiskusikan hal-hal yang akan datang, rencana ke depan, dll. Selalu tunjukkan attitude positif. Jika Anda selalu frontal, selalu "tidak", "jangan", selalu beroposisi, nanti suami malas bicara dengan isteri, lebih baik bicara dengan sekretaris di kantor dan dia yang akan menjadi ‘penolong' baginya. Suami juga butuh teman bicara. Para wanita belajarlah untuk mengampuni, melepaskan pengampunan dan melupakan masa lalu.

Suami-suami, jagalah perasaan isteri Anda, karena kenyataannya tidak mudah bagi para wanita untuk melupakan masa lalu, apalagi jika sempat membuat hati atau perasaannya terluka atau kecewa. Jika suatu hari suami membentak atau menyalahkan isteri di depan umum, maka sebulan kemudian percakapan ini bisa terjadi:

          Suami  : "Ma.. mama... (2X)" (mengajak bercinta)
          Isteri   : "Ogah ah..."
          Suami  : "Kenapa??"
          Isteri   : "Kamu enggak sayang aku"
          Suami  : "Aku sayang kamu... sayang kok"
          Isteri   : "Aaahh... mana buktinya"
          Suami  : "Ehmmm.. saya nikahi kamu"
          Isteri   : "Kenapa kamu marah sama aku?"
          Suami  : "Enggak... kapan?"
          Isteri   : "Duluuuuuuuuuuuuuuuu"

Saran saya hai para suami, belajarlah untuk berbicara dengan isteri, dengan mulai ‘mendengar' sarannya, usulannya, hingga ia selesai berbicara. Atau bahkan mulailah dengan meminta pendapat isteri terlebih dahulu mengenai suatu hal, itu akan membuat isteri merasa dihargai sebagai pribadi, merasa berarti dan penting, baru kemudian kemukakan pendapat Anda pribadi, tanpa menyalahkan atau meremehkan pendapatnya.

Saling belajarlah untuk berterima kasih atas sarannya dan baru lanjutkan. Masalah pernikahan 90% diawali oleh masalah komunikasi karena perbedaan pendekatan. Saya berdoa dengan Anda mengerti akan hal ini akan membuat Anda sebagai pasangan suami isteri bisa lebih menyesuaikan dan saling menerima.

2 Korintus 5:7, Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Sumber : Ir. Jarot Wijanarko – Pernikahan Bahagia
Halaman :
1

Ikuti Kami