Bertengkarlah Secara Profesional

Marriage / 14 August 2009

Kalangan Sendiri

Bertengkarlah Secara Profesional

Lestari99 Official Writer
3735

Perceraian, perselingkuhan, anak kabur dari rumah, sebenarnya sebuah masalah yang sudah terlalu besar, sudah sebuah ledakan dalam keluarga, yang biasanya sebelum hal-hal tersebut terjadi telah didahului dengan pertengkaran masalah-masalah kecil yang tidak terselesaikan, menumpuk dan melebar, kemudian memutuskan komunikasi.

Perkara-perkara kecil itu bisa soal cara memencet odol, cara menaruh sandal, menaruh handuk, menaruh pakaian kotor, mengunci pintu, sikat gigi dan berdahak, makan keluar bunyi, dan hal-hal kecil lainnya. Jika bertengkar dan ingin menegur hal-hal tersebut, bertengkarlah sebatas hal tersebut tanpa dilebarkan dan disangkutkan ke keturunan, martabat, asal daerah, suku, dll.

Sering gara-gara masalah kecil tersebut lalu keluar ucapan: ‘dasar orang jawa', ‘dasar orang batak', ‘dasar keturunan orang tak berpendidikan', dan lain-lain yang melibatkan orangtua, kota asal, keturunan, martabat, lalu merasa harga diri dan pribadi disinggung sehingga menimbulkan luka hati yang terpendam. Kemudian lain kali balas dendam, mulai tidak saling menghargai dan meremehkan.

Selesaikan masalah-masalah kecil dengan bijaksana dan jangan menganggapnya tidak ada, namun bicarakan dan carilah jalan keluar yang tidak dipaksakan, tetapi disetujui bersama. Jika pertengkaran begitu kuat dan sudah saling memiliki kepahitan, ada baiknya juga jika mau konseling dengan hamba Tuhan, yang bisa jaga rahasia dan netral, tidak memihak dan berhikmat. Lakukan konseling wanita dengan wanita dan pria dengan hamba Tuhan pria.

Beberapa saran praktis lainnya yang bisa Anda lakukan untuk melakukan pertengkaran secara profesional dan menciptakan keluarga bahagia:

  1. Jangan bertengkar pada saat yang sama.
  2. Mulai hari itu dengan bersyukur dan memuji anggota keluarga lainnya.
  3. Jika isteri atau suami sedang mendidik anak, berdirilah sehati dengan pasangan hidup Anda terhadap sang anak. Jika berbeda sikap, diskusikan di kamar dan bukan di depan anak Anda.
  4. Hormati dan hargai suami atau isteri Anda lebih dari orangtua Anda, lebih dari atasan Anda di kantor, bahkan lebih dari pendeta Anda.
  5. Ajak pasangan Anda membicarakan rencana jadwal kegiatan Anda, kegiatan libur Anda.
  6. Jangan lupakan hari ulang tahun pasangan Anda.
  7. Jangan menyepelekan janji yang pernah dibuat. Jangan membatalkan namun tunda dan berikan alasan yang memang bisa diterima. Prioritaskan keluarga lebih dari gereja, pelayanan dan kantor.
  8. Mengalah dan minta maaf bukan berarti kalah.
  9. Perlakukan isteri Anda seperti ratu maka Anda akan menjadi raja (dan sebaliknya).
  10. Tegor kesalahan dan jangan serang pribadinya.

Saran terakhir untuk pemulihan keluarga dan hal ini merupakan kunci yang sangat penting, yaitu lepaskanlah pengampunan.

Sumber : Jarot Wijanarko – Pemulihan Suami Istri
Halaman :
1

Ikuti Kami