Perceraian, perselingkuhan, anak kabur dari rumah, sebenarnya sebuah masalah yang sudah terlalu besar, sudah sebuah ledakan dalam keluarga, yang biasanya sebelum hal-hal tersebut terjadi telah didahului dengan pertengkaran masalah-masalah kecil yang tidak terselesaikan, menumpuk dan melebar, kemudian memutuskan komunikasi.
Perkara-perkara kecil itu bisa soal cara memencet odol, cara menaruh sandal, menaruh handuk, menaruh pakaian kotor, mengunci pintu, sikat gigi dan berdahak, makan keluar bunyi, dan hal-hal kecil lainnya. Jika bertengkar dan ingin menegur hal-hal tersebut, bertengkarlah sebatas hal tersebut tanpa dilebarkan dan disangkutkan ke keturunan, martabat, asal daerah, suku, dll.
Sering gara-gara masalah kecil tersebut lalu keluar ucapan: ‘dasar orang jawa', ‘dasar orang batak', ‘dasar keturunan orang tak berpendidikan', dan lain-lain yang melibatkan orangtua, kota asal, keturunan, martabat, lalu merasa harga diri dan pribadi disinggung sehingga menimbulkan luka hati yang terpendam. Kemudian lain kali balas dendam, mulai tidak saling menghargai dan meremehkan.
Selesaikan masalah-masalah kecil dengan bijaksana dan jangan menganggapnya tidak ada, namun bicarakan dan carilah jalan keluar yang tidak dipaksakan, tetapi disetujui bersama. Jika pertengkaran begitu kuat dan sudah saling memiliki kepahitan, ada baiknya juga jika mau konseling dengan hamba Tuhan, yang bisa jaga rahasia dan netral, tidak memihak dan berhikmat. Lakukan konseling wanita dengan wanita dan pria dengan hamba Tuhan pria.
Beberapa saran praktis lainnya yang bisa Anda lakukan untuk melakukan pertengkaran secara profesional dan menciptakan keluarga bahagia:
Saran terakhir untuk pemulihan keluarga dan hal ini merupakan kunci yang sangat penting, yaitu lepaskanlah pengampunan.
Sumber : Jarot Wijanarko – Pemulihan Suami Istri