Ronald Napitupulu terlahir dari ibu seorang pedagang dan ayah seorang supir yang sebagian besar waktu mereka dihabiskan di luar rumah.
"Jam tiga pagi, mama itu sudah pergi ke pasar. Dia berdagang. Setiap hari seperti itu. Pulangnya malam kira-kira jam 8 atau jam 9. Jadi, saya besar atau bertumbuh tanpa ada bimbingan orang tua," kata Ronald mengawali kesaksiannya.
Hubungan orang tua Ronald ketika itu tidaklah harmonis. Hanya karena hal sepele saja, kedua orangtuanya dapat bertengkar. Dan itu dilihat Ronald dari semenjak kecil.
Masih terekam dalam benak Ronald bagaimana dia menyaksikan sendiri bagaimana sang ayah memukul ibunya ketika sedang bertengkar. Ronald menuturkan betapa kejamnya ayahnya memperlakukan ibunya ketika itu. Tanpa disadarinya, timbul kebencian yang begitu mendalam kepada ayahnya.
Kehidupan rumah yang tidak harmonis membuat Ronald tumbuh menjadi anak yang nakal dan menyukai perkelahian. Dia merasa begitu puas ketika dapat berkelahi dengan anak lain. Karena kelakuannya yang sering berkelahi membuat Ronald kecil mendapat julukan "si tukang berantam".
Kenakalan yang dilakukan oleh Ronald bukan menjadi semakin baik, tetapi semakin parah. Hal ini dikarenakan orang tuanya ketika itu bukanlah mengajarkan dirinya mengenai hal yang baik, melainkankan hanya memberikan hukuman dan hukuman ketika dirinya berbuat salah. Tidak jarang cambukan dari ikat pinggang yang tebal dari ayahnya mendarat dengan mulus ke badan Ronald kecil.
Cambukan demi cambukan yang diterimanya menimbulkan niat besar dalam diri Ronald kecil untuk bisa membalas perlakuan dari sang ayah. Tertanam dalam dirinya untuk menunjukkan kepada ayahnya siapakah dirinya suatu hari kelak.
Waktu pun berlalu dan Ronald kecil tumbuh menjadi remaja yang keras dan kasar. Tidak hanya itu, Ronald remaja pun telah menjadi seorang preman. Rasa benci terhadap ayahnya lah yang membuat dirinya seperti itu.
Ada sebuah kepuasan tersendiri yang didapatkan Ronald remaja ketika menjadi seorang pribadi yang keras dan kasar. Setiap hari, Ronald remaja selalu mengisinya dengan berkelahi dan berkelahi. Keberanian dirinya membuat namanya semakin dikenal oleh kepala-kepala preman sekitar.
Rasa percaya diri yang besar membuat hari-hari Ronald remaja penuh dengan amarah. Amarah yang begitu besar membuat dirinya semakin mudah terluka oleh siapapun yang menyinggung hatinya, tak terkecuali ayahnya sendiri.
Suatu waktu, ketika Ronald remaja tiba di rumah, dia melihat celengan tabungannya telah hancur dan beberapa uangnya sudah berhamburan di atas lemari. Ronald remaja mengetahui bahwa hal ini pasti dilakukan oleh ayahnya yang ketika itu sedang mabuk di dalam rumah.
Tidak terima dengan perbuatan ayahnya tersebut ditambah dengan rasa benci yang sudah lama tertahan membuat Ronald remaja menghampiri ayahnya yang pada akhirnya berujung kepada perkelahian. Perkelahian terhenti ketika beberapa tetangga melerai keduanya.
Kenakalan Ronald remaja membuat kedua orang tuanya angkat tangan dan menyarankan agar dirinya pergi ke Jakarta. Saran dari orang tuanya diterima oleh Ronald remaja dengan alasan karena dirinya juga telah bosan dengan keadaan yang ada. Ronald remaja memimpikan ada perubahan yang lebih baik dalam hidupnya ketika dia hijrah ke Jakarta.
Pada saat berada di Jakarta dan sedang mencari pekerjaan, seorang teman mengajak Ronald remaja untuk bekerja di tempat judi. Tawaran itupun diterimanya. Tetapi, baru seminggu bekerja, tempat kerjanya sudah hangus dilalap oleh api yang menyebabkan ada beberapa temannya yang mati pada saat kejadian. Namun, sepertinya keberuntungan masih menghinggap dalam diri Ronald remaja.
Ronald remaja kembali bekerja di sebuah kasino (tempat judi) sebagai pengawas yang pekerjaan setiap harinya adalah memegang uang taruhan para penjudi. Tidak lama bekerja, Ronald remaja pun dipindahkan ke daerah ketapang oleh pengelola kasino.
Suatu waktu, ketika dirinya hendak masuk kerja ke kasino terlihat banyak polisi yang sedang membawa para penjudi dan pengelola kasino ke dalam mobil kepolisian. Melihat hal tersebut, dirinya pun tidak jadi masuk ke kasino dan melarikan diri. Untuk beberapa waktu, Ronald tidak bekerja dulu di kasino.
Selang beberapa waktu, kasino tempat bekerja Ronald yang dulunya sempat tertutup kembali dibuka dan dirinya pun kembali bekerja disana. Namun, keberadaannya di kasino justru terancam digusur dikarenakan dirinya ketangkap basah bekerja sama dengan orang yang sedang bermain judi. Keputusan dari pengelola kasino pun keluar dan memecat Ronald dari pekerjaannya selama ini.
Selang satu hari keluarnya dia dari kasino tempatnya bekerja terjadilah kerusuhan Ketapang. Teman-teman Ronald banyak yang menjadi korban pada saat kerusuhan tersebut. Pada saat terjadinya kerusuhan Ketapang tersebut, Ronald berada disana. Dia berada dalam kerumunan orang dan Ronald pun segera menemui teman-temannya yang sedan terluka. Terlihat jelas di depan mata Ronald bagaimana ekspresi dari teman-temannya yang sedang dalam ketakutan dan depresi.
Terlintas dalam pikirannya apabila terjadi keributan lagi, dia akan berada di barisan paling depan yang berkelahi. Tetapi, teman-temannya yang akhirnya mati di depan matanya tersebut membuatnya bertanya-tanya, "kalo saya hari ini meninggal masuk surga gak ya?"
Kejadian akan kematian teman-temannya tersebut menimbulkan ketakutan dalam diri Ronald dan dia pun mulai merenungi hidupnya yang penuh dengan kesia-siaan. Selama berhari-hari, dirinya terus diliputi rasa ketidaknyamanan. Sampai suatu waktu, ketika dirinya baru pulang keluyuran dan menghidupkan televisi, tanpa sengaja ia menonton tayangan kesaksian dari orang-orang yang masa lampaunya begitu bejat dan diubahkan oleh Tuhan.
Setelah menyaksikan tayangan tersebut, muncullah pertanyaan-pertanyaan dalam diri Ronald, "Apakah mungkin orang sebegitu hancur seperti dirinya, orang yang tidak pernah menyebut nama Tuhan, orang yang gak pernah masuk ke gereja dapat diterima Tuhan.?"
Hingga suatu hari, timbul kerinduan yang mendalam dari Ronald untuk pergi beribadah. Pada saat beribadah, dia mendengar lagu "Sejauh Timur dari Barat". Lirik lagu tersebut sangat menyentuh hatinya dan dia merasa ada suatu kasih yang belum pernah dirasakannya selama hidupnya. Kasih tersebut diyakini Ronald adalah kasih Allah. Semenjak saat itulah hidupnya diubahkan Tuhan dan mengalami pemulihan.
Setelah hidup Ronald dipulihkan, rekonsiliasi antara dirinya dan ayahnya pun terjadi. Ronald menyadari bahwa apa yang dilakukannya waktu dahulu kepada ayahnya adalah sebuah kesalahan. Tangan yang dahulu digunakan untuk menyakiti sekarang menjadi tangan yang memberkati kedua orang tuanya.
Kini Ronald telah mengetahui arti hidupnya dan ia pun menjalaninya hidupnya dengan penuh ucapan syukur
"Saya baru mengerti bahwa aku ini adalah kepunyaan Tuhan, orang berharga di mata Tuhan, aku ini biji matanya Tuhan. Baru saya sadar ternyata seorang sampah bisa Tuhan ubah menjadi mutiara," ujar Ronald mengakhiri kesaksian hidupnya. (Kisah ini ditayangkan 30 Juni 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).