Tanpa terasa kehidupan membawa saya memasuki usia yang ke 30. Usia 30 tahun ini mengingatakan saya pada Yesus, ini adalah usia dimana Dia memasuki pelayanan dan sebuah tahap baru untuk menggenapi tujuan yang telah Bapa tetapkan bagi-Nya sebelum dunia di jadikan. Sebuah tonggak bersejarah dimulai pada suatu pesta perkawinan di Kana, saat ibu-Nya meminta-Nya berbuat sesuatu ketika sang tuan rumah kehabisan anggur. Saat itu Dia menjawab pada ibu-Nya, "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." (Yohanes 2:4)
Maria ibu Yesus mengenal anak yang dikandung dan dibesarkannya itu. Tanpa keraguan sedikitpun Maria meminta pada para pelayan untuk melakukan apapun yang Yesus minta dari mereka. Sebuah iman yang sama ketika Maria berkata kapada malaikat Tuhan yang membawa kabar bahwa ia mendapatkan kasih karunia untuk mengandung sang Juru Selamat, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Lukas 1:38).
Iman Maria yang sederhana namun begitu bulat dalam ketaatan mampu menggerakkan hati Yesus. Mukjizat pun terjadi, air dalam bejana-bejana tanah liat itu diubah-Nya menjadi anggur yang manis.
Mulai hari itu, sebuah tahap baru dimulai dalam pelayanan Yesus. Mukjizat demi mukjizat dibuatnya, kota demi kota dijelajahi-Nya, desa demi desa dilawat-Nya. Hati-Nya digerakkan oleh belaskasihan ketika melihat orang banyak. Tangan-Nya tak bisa menahan berkat-berkat yang ingin dibagikan-Nya.
Yesus bergerak dalam kegairahan Ilahi. Dia temui orang-orang, wajah-wajah yang penuh harap, yang mencari dan menantikan Mesias itu.
Gairah-Nya membawanya menembus batas-batas yang ada dalam masyarakat. Ditemuinya para petinggi agama yang merasa sudah suci, disentuhnya para pemungut pajak yang dibenci masyarakat, bahkan Yesus juga bergaul dengan perempuan yang menjadi cibiran semua orang. Setiap pribadi, setiap kalangan dan segala hal yang ditemuinya, mereka yang membuka hati bagiNya, diubahkan menjadi sesuatu yang baru.
Tahukah Anda, apa yang membuat apa yang Yesus kerjakan begitu berbeda? Apakah karena Dia Tuhan? Tentu saja. Jadi, apakah kita, manusia biasa tidak bisa melakukan apa yang Dia lakukan? Tidak, kita bisa melakukan apa yang Yesus lakukan, bahkan yang lebih besar dari yang pernah Dia lakukan (Yohanes 14:12). Bagaimana caranya? Milikilah gairah Ilahi itu.
Apa yang Anda nyanyikan setiap hari?
Apa yang Anda tangiskan?
Apa yang Anda impikan?
Apa yang untuk mewujudkannya Anda bersedia memberikan hidup Anda?
Seperti Yesus, Dia bersedia memberikan hidup-Nya demi Anda dan saya. Dia rela mati di kayu salib agar Anda dan saya diselamatkan dari hukuman kekal. Dia rela memberikan segala-galanya.
Apakah Anda sudah menemukan satu hal yang untuknya Anda bersedia menukarkannya dengan seluruh kehidupan Anda dan segala yang Anda miliki? Jika Anda telah menemukannya, Anda hanya tinggal menunggu perkara-perkara besar terjadi.
Setelah menemukan kegairahan itu, lalu apa rencana selanjutnya? Rudy Ruettiger berkata, "Jika Anda benar-benar percaya pada impian Anda, Anda akan sampai kesana. Tetapi Anda harus mempunyai gairah dan komitmen total untuk mewujudkannya. Jika Anda mempunyai gairah dan komitmen, Anda tidak butuh rencana yang rumit. Rencana Anda adalah hidup Anda dan hidup Anda adalah impian Anda."
Gairah Anda adalah seperti sebuah bahan bakar yang akan memberikan tenaga kepada Anda untuk bisa melakukan sesuatu jauh melampaui batasan-batasan bakat atau talenta Anda. Gairah adalah baterai energeizer yang memampukan Anda untuk terus bergerak dalam rencana Allah ketika semua orang berhenti. Gairah membuat Anda memiliki kegigihan. Gairah akan membuat Anda dapat berkata seperti Hannibal, Jenderal Kartage yang melawan orang-orang Romawi selama perang Funisia Kedua, dia menegaskan, "Kita akan menemukan suatu jalan, atau kita akan membuatnya."
Jika Anda memiliki gairah Ilahi itu, Anda bisa berkata seperti itu juga kepada setiap kesulitan yang mendatangi Anda. "Aku akan menemukan jalan keluarnya, atau jika tidak menemukannya, aku akan membuatnya."
Kita hidup dalam sebuah masa dimana ada banyak waktu dan kesempatan dimana orang-orang hanya bertahan hidup saja. Namun Anda dan saya tidak lahir untuk sekedar hidup dan bertahan hidup saja. Kita dilahirkan untuk menggenapi sebuah rencana Ilahi. Untuk itu, mari bergairah untuk hidup dan pekerjaan yang saat ini dipercayakan pada kita. Pada akhirnya kehidupan seseorang tidak dikenang atas apa yang mereka kerjakan, namun atas apa yang menjadi gairah terbesar hidupnya.
Sumber : Berbagai sumber/VM