Konfrontasi Tanpa Perlu Bertengkar

Career / 22 May 2009

Kalangan Sendiri

Konfrontasi Tanpa Perlu Bertengkar

Tammy Official Writer
4313
Seorang suami yang tak akan menolong istrinya dalam fungsi rumah-tangga. Seorang wanita pemboros yang kerap mencoba untuk meminjam uang dari teman-temannya. Seorang boss dengan permasalahan amarah yang menjauhkan ia dari karyawan-karyawannya. Seorang nenek yang terlalu lelh untuk diminta mengasuh terlalu sering sehingga ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Itu hanyalah sedikit contoh dari beragam isu yang, jika tidak dihadapi, akan merusak hubungan-hubungan secara permanen.

Terlalu sering, orang menghindari konflik atau berhadapan dengannya dengan cara-cara yang kaku dan tidak efektif. Beberapa pendekatan dapat membuat konflik-konflik menjadi semakin parah. Tetapi jika Anda mengikuti panggilan Tuhan untuk mengkonfrontasi tanpa melawan mereka, Anda bisa memecahkan konflik-konflik, memperkuat hubungan-hubungan, dan bertumbuh secara pribadi di dalam proses.

Berikut bagaimana Anda bisa mengkonfrontasi seseorang tanpa mempersalahkan mereka:

Bertujuan untuk sebuah gol. Sebelum mengkonfrontasi seseorang, klarifikasikan apa yang Anda harapkan untuk capai melalui konfrontasi. Pembalasan dendam jangan pernah menjadi gol Anda. Jika Anda memiliki perilaku yang menaruh dendam, akuilah dan tanyakan kepada Tuhan untuk membersihkan pikiran-pikiran tersebut kepada orang yang Anda ingin konfront.

Gunakan konfrontasi untuk memecahkan isu yang menyebabkan konflik antara Anda dan orang lain tersebut. Bayangkan hasil yang spesifik yang ingin Anda lihat dari konfrontasi tersebut - memiliki seseorang berhenti dari kebiasaan buruknya, memulai sebuah kebiasaan positif, atau membuat beberapa perubahan lain - dan tetapkan gol tersebut dalam pikiran ketika Anda mengkonfrontasi seseorang.

Konfrontasikan baik apakah Anda yang disalahkan atau mempersalahkan. Tuhan menginginkan Anda untuk memecahkan sebuah konflik masalah melalui konfrontasi baik apakah orang lain telah mempersalahkan Anda atau Anda telah menyalahkan seseorang. Jika Anda disalahkan, jangan tekan perasaan-perasaan Anda; itu akan membawa Anda kepada kepahitan yang akan meracuni jiwa Anda dan mengekspresikan dirinya dengan cara-cara yang tak sehat dalam hidup Anda.

Jika Anda menyalahkan seseorang, ingatlah bahwa itu adalah tanggung-jawab Anda untuk mengambil aksi setelah rekonsiliasi. Bekerjalah untuk mengalahkan bantahan-bantahan dan pertahanan tak peduli apapun situasinya. Berkemauanlah untuk memperkerjakan apa yang menjadi masalah, terutama Tuhan telah memberikan Anda mandat untuk mengembalikan rekonsiliasi baik apakah Anda yang disalahkan atau mempersalahkan.

KonfrontasiMengerti perbedaan gaya manajemen konflik. Diktator-diktator menangani konflik dengan menuntut, memerintahkan, meminta, mengarahkan, menjatuhkan, memberi mandat, meng-order, mengklaim, memberi peraturan, memanggil para penembak, dan meletakkan hukum. Terkadang style seperti itu diperlukan karena nilai-nilai moral berada di ujung tanduk atau hal-hal yang baik sedang dalam bahaya. Tetapi terkadang, diktator-diktator perlu lebih fokus untuk mendengar dan menilai input-input orang lain.

Pengakomodasi (Accomodators, red) menangani konflik melalui adaptasi, penyesuaian, mencocokkan diri, menuruti kata hati, bersedia membantu, menyenangkan, atau mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan orang lain. Pengakomodasi itu baik ketika mendengar, dimana itu adalah kemampuan kunci untuk bekerja melalui konflik-konflik. Tetapi mereka perlu mendengar untuk menetapkan halangan-halangan agar orang lain tahu bahwa perilaku-perilaku negatif atau tak sensitif mereka itu tak dapat diterima.

Pelepas tanggung-jawab (Abdicators, red) menangani konflik dengan mundur, merangkak keluar, keluar, menarik langkah ke bawah, memisahkan diri mereka dari situasi-situasi, memutuskan keluar, meninggalkan begitu saja, meninggalkan, resign, menyerah, atau menurut saja. Tetapi dengan berlari begitu saja, abdicators membuat itu menjadi tak mungkin untuk memecahkan konflik-konflik mereka. Mereka perlu untuk mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan mereka melalui pernyataan-pernyataan "saya" yang mengatakan kepada orang lain apa yang mereka rasakan ketika mereka mengalami perilaku tersebut yang menyebabkan konflik dan menjelaskan apa yang mereka inginkan untuk terjadi.

Kolaborator (Collaborators, red) berhadapan dengan konflik-konflik dengan cara tersehat, melalui bekerjasama, bergabung dengan kesatuan, bersatu, mendorong bersama-sama, berpartisipasi, dan bekerja bersama untuk mencari cara untuk memecahkan isu. Pikirkan style apa yang paling ingin Anda gunakan, dan pikir serta doakan mengenai bagaimana Anda bisa lebih baik bekerja dengan orang lain sebagai kolaborator. Apakah Anda perlu lebih dihormati untuk otoritas, menghargai masukan-masukan dari orang lain lebih lagi, atau berkomunikasi lebih jelas? Coba untuk memilih gaya kolaborator lebih sering lagi ketika menangani konflik.

Bersiaplah untuk perlawanan. Sebelum Anda mengkonfrontasi seseorang, pertama jujurlah mengenai mengapa Anda memutuskan untuk mengkonfrontasi dirinya mengenai isu tersebut. Apakah Anda memiliki motif tersembunyi (seperti mencoba untuk membuat orang tersebut merasa bersalah) atau Anda ingin melihat perubahan yang tulus dari perilakunya? Ingatkan diri Anda bahwa gol Anda haruslah untuk memecahkan isu spesifik untuk kemuliaan Tuhan.

Pilihlah waktu dan tempat terbaik untuk konfrontasi, dan cobalah untuk pastikan bahwa Anda berbicara dengan seseorang ketika Anda bisa berdua saja daripada harus di depan orang lain. Berdoalah untuk siapkan hati dan pikiran Anda sebelum konfrontasi.

Milikilah masalah tersebut. Berbicaralah mewakili diri Anda sendiri, jelaskan bagaimana masalah tersebut telah mempengaruhi Anda secara pribadi atau bagaimana Anda melihat isu tersebut dari perspektif orang lain. Ambillah tanggung-jawab untuk mengekpresikan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan Anda sendiri dengan jelas dan secara langsung ke orang yang Anda konfrontasikan.

Bicaralah dengan kata-kata tepat. Berdoalah untuk hikmat memilih kata-kata yang akan menolong Anda dengan sangat efektif berkomunikasi dengan orang tersebut, dan untuk kedamaian yang Anda butuhkan untuk membawakan kata-kata dengan nada suara yang lembut. Deskripsikan dengan spesifik apa yang Anda lihat atau alami, karena apabila terlalu general itu akan membuat lebih mudah orang tersebut untuk menyangkal kesalahannya atau salah menginterpretasikan pesan Anda.

Untuk setiap pernyataan negatif yang perlu untuk Anda lakukan selagi berdiskusi tersebut, cobalah untuk membuat pernyataan positif menegaskan bahwa orang tersebut itu penting dan komitmen Anda untuk hubungan Anda berdua baik sebelum dan setelah membuat pernyataan negatif. Itu akan menolong orang tersebut mengetahui bahwa Anda menolak perilakunya, bukan dirinya sebagai pribadi.

Ketika Anda mengkritik, lakukanlah dengan konstruktif, berikan orang tersebut informasi untuk menolong dirinya menangani permasalahan dan berhati-hatilah untuk menjaga kehormatan orang tersebut. Dengarkan orang tersebut dengan pikiran terbuka. Akui kesalahan-kesalahan Anda. Bekerjalah dengan orang tersebut untuk mencari cara-cara persetujuan saling menguntungkan untuk melangkah ke depan.

Mendengar dengan baik. Ketika Anda mendengar, Anda menciptakan sebuah suasana dimana orang yang Anda konfrontasikan merasa bahwa ia didengar dan pikiran atau perasaannya itu sah. Itu akan memotivasi orang tersebut untuk mencoba menangani konflik dengan diri Anda. Cobalah untuk mengerti tujuan dan objektifitas orang tersebut daripada langsung melompat ke kesimpulan.Verifikasi fakta-fakta sebelum membuat tuduhan-tuduhan. Jelaskan aksi-aksi Anda sendiri ketika orang tersebut mempertanyakan mengenai itu. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasikan apa yang orang tersebut katakan; lalu uraikan dengan kata-kata sendiri tentang apa yang Anda pikirkan mengenai orang tersebut telah katakan untuk memastikan Anda mengerti dengan benar.

Negosiasikan perilaku kedepannya. Cobalah untuk bekerja pada perjanjian saling menguntungkan mengenai bagaimana untuk melangkah ke depan setelah konfrontasi. Tetapi jagalah dalam pikiran bahwa kekuatan untuk merubah perilaku Anda adalah milik Anda sendiri. Pikirkan seberapa banyak Anda berkemauan untuk mengkompromikan tanpa membahayakan nilai-nilai inti Anda atau penghormatan pribadi untuk mencapai harmoni.

KonfrontasiMaafkan sang penyerang. Biarkan rasa syukur Anda atas seberapa besar Tuhan telah mengampuni Anda memotivasi Anda untuk memenuhi panggilan-Nya untuk mengampuni orang-orang yang menyakiti Anda. Putuskan untuk memaafkan - singkirkan perasaan-perasaan Anda - dan berharap pada Tuhan untuk menolong melakukannya, percayailah bahwa perasaan-perasaan Anda akan mengalami perubahan dalam prosesnya.

Setelah Anda memutuskan untuk memaafkan, berhentilah memikirkan itu di pikiran Anda. Berhentilah di masa lalu dan fokuslah pada masa depan Anda.

Ketahuilah beragam temperamen Anda. Mengertilah temperamen Anda sendiri dan bagaimana itu mempengaruhi masing-masing Anda berkomunikasi secara natural. Cari tahu kebutuhan-kebutuhan, ketakutan-ketakutan, pilihan-pilihan dan kecenderungan-kecenderungan sehubungan beberapa perilaku yang datang secara alami kepada Anda sendiri dan orang lain. Tetapkan dalam pikiran untuk memikirkan strategi-strategi dengan masing-masing orang untuk meningkatkan cara Anda berinteraksi dengan dirinya.


Sumber : crosswalk.com
Halaman :
1

Ikuti Kami