Pada suatu sore hari yang cerah terlihat dua orang pria yang sedang berkelahi di sebuah kafe terkenal yang berada di kawasan elite kota besar. Situasi yang cerah tersebut rupanya tidak membuat perselisihan tersebut menjadi surut, bahkan semakin menjadi-jadi. Entah apa yang sedang diributkannya.
Melihat perkelahian tersebut, seorang bapak tua mendekati orang yang berkelahi itu. Dengan wajah sedikit marah, bapak tua ini melerai keduanya dan dia berhasil melakukanya. Bapak tua ini lalu bertanya kepada kedua pria ini mengenai apa yang sedang mereka ributkan.
Salah seorang pria yang berselisih ini berkata bahwa dia tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh pria yang satu ini. Namun, dengan segera pria yang satunya lagi ini memberikan pembelaan terhadap apa yang dituduhkan. Bapak tua ini segera menenangkan keduanya agar jangan emosi ketika sedang berbicara.
Dengan bijaksana, bapak tua ini mengarahkan pembicaraan ke pokok permasalahan kedua pria tersebut. Dengan nada suara yang sudah mulai surut, salah seorang pria ini berkata bahwa mereka sebenarnya adalah sahabat sejak kecil, tetapi oleh karena pengakuan yang diucapkan kepada sahabat satunya ini maka timbullah perselisihan hingga hampir terjadi perkelahian.
"Saya tahu bahwa saya salah karena telah melakukan perbuatan yang buruk kepada dia di masa lalu. Saya akui itu salah dan minta maaf atas segala perbuatan yang telah saya lakukan. Namun, dia tidak terima dengan pengakuan saya hingga terjadilah perkelahian ini," kata pria tersebut dengan nada rendah.
Sang bapak tua ini mengerti apa yang menjadi pangkal masalah keduanya ini, yakni salah seorang dari pria ini tidak bisa terima pengakuan dari sahabatnya ini. Bapak tua ini tersenyum kepada keduanya dan berkata bahwa keduanya adalah pihak yang sama-sama memiliki kesalahan. Kesalahan pria pertama adalah dia mengikuti keakuannya yang tidak diterima dengan perlakuan yang dilakukan sahabatnya tersebut. Sedangkan kesalahan pria kedua adalah dia tidak menerima pengakuan yang merupakan kebenaran dan meresponinya dengan cara yang salah.
Dalam hidup, kita pun seperti itu. Kita sering berkata bahwa hubungan haruslah dilandasi oleh kejujuran dan keterbukaan. Akan tetapi, kita sering tidak menerima saat hal-hal yang menyakitkan terungkap di dalam hubungan yang kita jalin tersebut. Saat kita berani untuk membangun hubungan dengan seseorang, siapa pun itu, saat itu pula kita harus berani untuk menerima setiap resiko yang terjadi di dalam proses hubungan tersebut.