"Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatiNya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah," (Amsal 6:16-17)
Egoisme adalah "isme yang tidak kalah buruknya dengan komunisme, liberalisme, rasialisme, atau materialisme.
Kesombongan merupakan salah satu dosa yang paling besar dan paling lazim. Inilah dosa yang mendorong setan berbuat jahat. Iblis diusir dari surga bukan karena ia mabuk-mabukan atau berbuat sesuatu yang melainkan karena dia ingin menyamai dirinya dengan Allah (Yesaya 14:13-14). Karena Iblis ingin menaikkan dirinya lebih tinggi daripada Allah, maka ia diusir. Kesombongan adalah penyebab kejatuhannya dan kesombongan dapat juga menjadi penyebab kejatuhan kita.
Blaise Pascal berkata, " ada dua macam manusia: orang benar yang merasa dirinya berdosa; dan sisanya orang berdosa yang merasa dirinya benar." Itulah sebabnya Alkibat sering berbicara mengenai dosa kesombongan. Salomo membuat daftar tujuh dosa yang mematikan. Yang pertama dari ketujuh dosa itu adalah kesombongan (Amsal 6;16-19).
Dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga" (Matius 5:3). Rasul Paulus menulis, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9).
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Allah menyelamatkan manusia semata-mata karena kasih karunia? Ia berbuat demikian supaya kita tidak menyombongkan diri atas keselamatan itu. Allah bisa saja mengizinkan kita bekerja guna memperoleh keselamatan. Allah bisa saja mengizinkan kita mencari jalan sendiri menuju surga. Tetapi, Andaikan Ia berbuat demikian, kita akan segera menyombongkan diri. Dengan demikian Kkita pada akhirnya akan menjadi lebih buruk daripada sebelumnya. Jadi, Allah memberikan keselamatan atas dasar kasih karunia semata-mata supaya "jangan ada orang yang memegahkan diri".
Panggilan Yesus untuk menyerahkan diri merupakan panggilan untuk menjadi rendah hati. Kerendahan hati yang mendorong kita untuk mengakui dan menyesali dosa-dosa kita. Panggilan itu menuntut supaya kita mengesampingkan usaha kita sendiri serta pembenaran diri sendiri, lalu dengan sepenuhnya mempercayakan diri kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan.
Yesus mengatakan tiga hal tentang kesombongan yang perlu kita ingat:
1. Kesombongan adalah kejahatan yang terburuk. Dalam doanya, orang Farisi beryukur kepada Allah bahwa ia tidak seperti orang-orang lain. Kemudian ia mengemukakan tiga kejahatan yang tidak diperbuat dalam hidupnya: perampokan, kelaliman, dan perzinahan. Tetapi, dia tidak sadar bahwa celah hidup orang tersebut adalah pada kesombongan. Kesombongan melebihi semua dosa lain. Kesombongan membuat kita membandingkan diri dengan orang lain dan membuat kita merasa unggul. Kesombongan mencegah kita menyesali dosa-dosa lain.
2. Semua Kebaikan Menjadi Terhapus. Kesombongan menghapuskan semua kebaikan dalam hidup seseorang. Orang farisi itu bukan saja tidak melakukan hal-hal yang jahat, tetapi ia juga melakukan banyak hal yang baik dan positif dalam hidupnya. Namun, mereka salah karena melakukan semuanya itu untuk kepentingan diri sendiri, yakni kesombongan diri. Apapun yang ada hidup kita, kita harus menambahkan kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati, rohani kita lebih buruk daripada perbuatan-perbuatan orang lain.
3. Kemenangan Menjadi Akhir. Ada perbedaan tindakan yang dilakukan antara pemungut cukai dan orang Farisi dalam memandang hidupnya di dalam Tuhan (Lukas 18:14). Kesombonganlah yang menghalangi orang Farisi untuk pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan. Ia pulang dengan bangga, tetapi tidak dibenarkan. Pembenaran merupakan ajaran yang paling besar dan paling penting dalam hidup Alkitab. Pembenaran artinya dibenarkan di hadapan hukum. Pembenaran berarti dibebaskan, terbukti tidak bersalah. Dalam arti kekristenan, itu berarti bahwa melalui pekerjaan Yesus Kristus, saya sebagai orang percaya menjadi "seolah-olah' tidak pernah berbuat dosa. Ini berarti bahwa saya diampuni, dibersihkan dan dapat diterima dalam pandangan Allah.
Ketika kita memandang salib, tidak ada tempat untuk kesombongan; yang ada hanya kerendahan hati pemungut cukai yang berkata, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini". dengan kerendahan hati seperti itulah kita datang kepada Kristus. Dalam jiwa seperti itulah kita terus hidup dengan DIA dari hari ke hari. Panggilan-Nya untuk penyerahan diri adalah panggilan untuk merendahkan hati dan menyesali dosa-dosa kita.
Sumber: Buku "Murid Sejati" Karangan Paul W.Powell.