Memilih Hidup atau Mati

Kata Alkitab / 2 March 2009

Kalangan Sendiri

Memilih Hidup atau Mati

Lestari99 Official Writer
5491
Efesus 4:15
Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Sebagaimana dinyatakan oleh ayat ini secara tidak langsung, salah satu cara utama kita bertumbuh ke dalam Kristus ialah dengan "teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih". Yesus adalah Kebenaran, dan jika kita tinggal di dalam Dia, kita harus berkomitmen kepada kebenaran itu. Allah adalah kasih. Jadi, jika kita ingin menjadi seperti Dia, kita harus melakukan segala sesuatu dalam kasih.

Jajak pendapat dan berbagai penelitian baru-baru ini mengindikasikan bahwa tidak ada lagi perbedaan yang jelas antara prinsip-prinsip dasar moral orang-orang Kristen  dan non Kristen. Tingkat perceraian di antara orang-orang Kristen injili sekarang melebihi orang-orang non Kristen. Fakta paling mengejutkan yang disorot oleh penelitian-penelitian tersebut ialah bahwa mayoritas orang Kristen tidak berpikir bahwa hal itu merupakan dosa! Tidak dapatkah kita mengatakan dengan tepat bahwa garam sedang kehilangan rasanya dan menjadi tawar? Apa yang dikatakan Tuhan jika hal itu terjadi? Dia akan membuang garam itu!

Salah satu karakteristik dasar Allah ialah bahwa Firman-Nya adalah kebenaran! Bagaimana kita bisa berharap tinggal di dalam Dia, menjadi seperti Dia, atau mewakili Dia, jika kita tidak mengabdi kepada kebenaran? Iblis adalah bapa segala dusta, dan apabila kita menyerahkan diri kepada dusta, dalam bentuk apa pun atau sejauh  mana pun, kita membuka diri kepada iblis untuk dipakai olehnya dan untuk diubah menjadi seperti dia, bukan menurut gambar dan rupa Kristus.

Dalam 2 Korintus 5:14 Paulus menulis, "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami". Seberapa besar perbedaannya seandainya kita benar-benar dikuasai oleh kasih Kristus dalam segala sesuatu yang kita lakukan dan katakan? Seberapa besar perbedaan gereja seandainya setiap orang Kristen dikuasai oleh kasih Kristus, melakukan segala sesuatu karena kasih kepada-Nya dan demi kasih karena Dia adalah kasih? Perubahannya akan jelas radikal, dan sasaran kita seharusnya tidak kurang dari itu. Sebelum kesudahan itu tiba akan ada suatu gereja yang tanpa cacat dan cela. Gereja itu akan murni dalam semua motivasi dan tindakannya. Mengapa hal itu tidak terjadi pada kita saja?

Sasaran dasar setiap orang Kisten seharusnya ialah hidup dalam kebenaran dan kasih dalam segala sesuatu yang kita lakukan dan katakan. Jika tidak, maka kita akan tetap menjadi orang-orang munafik seperti yang dianggap oleh dunia. Kita juga perlu ingat bahwa Tuhan sendiri menyediakan penghakiman-Nya yang paling menyakitkan atas diri orang-orang religius yang munafik.

Kita harus memeriksa setiap konflik yang melibatkan kita saat ini, untuk memastikan bahwa kita berjalan dalam kebenaran dan kasih. Apakah posisi kita benar-benar tepat, atau kita telah membiarkan sebagian kebenaran, atau bahkan dusta masuk ke dalamya? Begitu argumentasi atau posisi kita dalam suatu konflik lulus ujian kebenaran, kita kemudian harus bertekad supaya lulus ujian kasih pula. Lalu, kita harus berusaha menguji semua perkataan dan perbuatan dengan cara ini.

Ini berarti bahwa ada kalanya kita tidak akan mengatakan sesuatu yang mungkin benar jika kita tidak dapat mengatakannya dalam kasih. Kebenaran mungkin menyakitkan, dan bahkan membunuh, jika tidak diucapkan dalam roh kebenaran. Itulah sebabnya mengapa "iblispun menyamar sebagai malaikat terang" (2 Korintus 11:14). Ini juga dapat diterjemahkan dalam menyamar sebagai "pemberita kebenaran". Berbagai serangan iblis yang paling menghancurkan selalu didasarkan atas beberapa kebenaran. Sering kali kebenara itu mengandung interpretasi yang diselewengkan, atau digunakan untuk memperoleh jalan masuk bagi dusta-dusta berikutnya. Tetapi kadang-kadang, kebenaran itu sesungguhnya merupakan kebenaran yang tidak lengkap, atau diucapkan pada saat yang tidak tepat, sehingga dampaknya menyebabkan perpecahan, perselisihan dan sebagainya. Itulah sebabnya kita harus menentukan apakah kita telah mengatakan "dalam kasih". Iblis  dapat memakai kebenaran sebagai senjata untuk kejahatan, tetapi ia sulit sekali menyamarkan kasih.

Amsal 18:21 menyatakan bahwa, "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakanya, akan memakan buahnya". Perkataan kita mempunyai kuasa untuk mengimpartasikan kematian atau kehidupan. Saat kita bicara, apakah kita mengimpartasikan kehidupan, harapan, iman, kedamaian, kesabaran dan sebagainya, atau kita dipakai untuk mencetuskan pertengkaran, keraguan, ketakutan atau perpecahan? Seperti sudah kita pelajari dalam Efesus 4:29-32:

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.

Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Halaman :
1

Ikuti Kami