Bagaimanapun, kemampuan ini bukanlah sesuatu yang selalu menyenangkan di mata Tuhan atau positif bagi saya sebagai seorang pribadi.
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (1 Korintus 10:23).
Belanja dengan membandingkan itu berguna. Mencatat dan membandingkan keterampilan-keterampilan personal Anda dan kemampuan-kemampuan awal sebagai cara untuk mencapai tujuan lebih tinggi adalah berguna. Bagaimanapun, membandingkan diri Anda dengan orang lain atau apa yang orang lain punya dalam bentuk materi tidaklah menguntungkan tidak juga membangun.
Saya tidak percaya bahwa saya satu-satunya orang yang memiliki kecenderungan untuk membandingkan.
• Kita membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang-orang lain yang juga masih lajang (atau juga menikah).
• Kita membandingkan dimana kita tinggal dengan dimana teman-teman kita tinggal.
• Kita membandingkan apa yang kita kendarai dengan pengendara mobil di sebelah kita.
• Kita membandingkan apa yang kita kenakan dengan apa yang selebritis kenakan.
Kita membandingkan seberapa banyak (atau seberapa sedikit) uang yang kita miliki dengan yang orang lain miliki.
Mengapa kita (atau setidaknya) melakukan hal-hal tersebut?
"Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!" (2 Korintus 10:12).
‘Hidup dengan membandingkan' bukanlah sebuah cara baru untuk hidup. Faktanya, kita bisa menemukan contoh-contoh dimulai dari awalnya.
Adam dan Hawa membandingkan apa yang mereka miliki dengan apa yang ‘bisa' mereka miliki dengan memakan buah terlarang (Kejadian 3: 1-7).
Seorang pria kaya bertanya kepada Yesus bagaimana untuk menerima kehidupan kekal dan membandingkan apa yang 'ia miliki,' yang 'ia harus lakukan,' dan 'yang harus diserahkan' untuk menjadi 'sempurna' dan memiliki 'kekayaan di Surga' (Matius 19: 16-21).
Para murid membandingkan diri mereka satu sama lain ketika mereka bertanya kepada Yesus "Siapakah di antara kami yang terbesar dalam Kerajaan Surga?" (Matius 18: 1)
Kita hampir saja dengan sendirinya membandingkan diri kita satu sama lain. Kita menginginkan apa yang kita tidak miliki (dan sedikit mengucap syukur dengan hal-hal apa yang telah kita diberkati), kita menghakimi yang lainnya untuk apa yang mereka miliki, dan, sebagai hasilnya, kita tidak mencari untuk mengerti keinginan Tuhan secara spesifik untuk hidup kita masing-masing.
Kurangnya Kepuasan Hati
Membuat minimnya kepuasan hati adalah strategi dari marketing kebanyakan.Tujuan akhir mereka adalah meyakinkan kita bahwa apa yang sedang kita miliki tidaklah selalu dapat diterima (atau sudah tidak up to date), dan apa yang mereka coba jual kepada kita adalah apa yang kita butuhkan. Dengan sejumlah uang yang rata-rata adalah hutang dan ketidakpuasan yang tampaknya kita miliki dalam hubungan-hubungan kita, dalam pekerjaan kita, dan dalam kehidupan kita sendiri, mereka tampaknya telah berhasil.
Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:12-13).
Paulus membagikan dari sel penjara bahwa kepenuhan sejati tidaklah tergantung dari apa yang kita punya atau tidak punya; itu datang dari hubungan kita dengan Yesus. Jika kita bandingkan apa yang ‘tampaknya terhilang' dengan orang lain yang ‘tampaknya memiliki' apa yang kita inginkan, kita tidak akan pernah merasa penuh. Sebagai hasilnya, kita tidak akan pernah menyadari rencana-rencana yang Tuhan miliki bagi kita setiap individualnya tidak juga mengucap syukur atas setiap berkat yang telah diberikan selama ini.
Menghakimi Orang Lain
Konsekuensi dari secara konsisten membandingkan diri kita dengan orang-orang di sekeliling kita adalah penghakiman tak berdasar kepada orang lain. Kita melihat obsesi material, kemampuan fisik atau sebuah hubungan yang kita dapatkan dan kita mengambil kesimpulan-kesimpulan mengenai bagaimana mereka mampu meraihnya. Kita bertanya, "Kenapa mereka dan bukan saya?" Kita bertanya, "Apa yang telah mereka lakukan untuk berhak mendapatkannya?" Kita mencari, "Bagaimana kita memilki apa yang mereka miliki?"
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. (Mazmur 73:25).
Raja Daud memiliki segalanya di dunia yang bisa setiap orang inginkan; ia memiliki kekuasaan, ketenaran, banyak tempat tinggal megah, pengaruh, hubungan-hubungan dan uang. Melalui semua itu, ia menemukan tak ada di bumi ini yang lebih penting atau lebih layak diinginkan selain mengikuti Tuhan. Daud adalah pria yang berada di hatiNya Tuhan, dan mengatakan kepada kita untuk memusatkan pikiran-pikiran kita kepada hal-hal akan Tuhan daripada hal-hal lain di bumi ini.
Jika kita menghidupi hidup kita berpusat kepada Tuhan dan hubungan kita denganNya, kita tidak akan dengan dengan cepat membandingkan diri kita dengan orang-orang sekeliling kita dan menjadi tidak menghakimi orang lain akan apa yang mereka miliki.
Mencari Untuk Mengerti
Ajaran Tuhan bagi kita tidaklah mengenai mengejar keinginan materi yang kita miliki atau bahkan materi yang akan kita berikan kepadaNya. Ia tidak perduli mengenai hal-hal materi di dunia ini atau bagaimana kita membandingkan satu dengan yang lainnya antara kita. Apa yang Tuhan pedulikan adalah kesetiaan kita sendiri dan kebenaran kita sendiri, terlepas dari satu dengan yang lainnya.
Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. (Galatia 6:4).
Our goal is to stay within the boundaries of God's plan for us (2 Corinthians 10:13).
Sangatlah mudah untuk melihat kepada orang lain dan menginginkan apa yang mereka miliki, memberikan penghakiman, atau menyalahkan mereka untuk kekecewaan kita. Bagaimanapun, Tuhan menginginkan setiap kita untuk mengambil tanggung-jawab bagi diri kita sendiri. Ia memberikan setiap kita kesempatan untuk bereaksi dengan cara yang benar. Janganlah kita membandingkan hidup kita dengan orang lain, tetapi baiklah kita hidup seturut sebagaimana Tuhan menunjukkan dan mengarahkan setiap kita masing-masing.
Paulus memberikan kepada petunjuk akhir:
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. (Filipi 3:8-9).
*Cliff Young adalah penulis kontributor bagi Sandlot Stories, dan juga kolom bulanan, "He Said-She Said," di Channel Single Crosswalk.com. Seorang arsitek dan mantan pekerja kaum muda, ia sekarang bekerja dengan pemusik-pemusik Kristiani dan konsultan bagi sejumlah pelayanan Kristiani.