Bertahan Menghadapi Konflik

Marriage / 16 December 2008

Kalangan Sendiri

Bertahan Menghadapi Konflik

Lestari99 Official Writer
4417

Paul dan Caroline telah menikah selama enam tahun dan mereka selalu membanggakan diri bahwa mereka tidak pernah bertengkar. Teman-teman mereka tidak percaya, tetapi itu memang benar. Dahulu hal itu memang benar sampai malan Natal tahun lalu. Tidak seorang pun di antara mereka yang ingat persis bagaimana mulainya kecuali bahwa hal itu berkenaan dengan lampu pohon Natal dan segulung sellotape. Namun, jika pasangan itu belum pernah bertengkar selama enam tahun, maka mereka melakukannya pada saat yang luar biasa antara pukul enam sampai tujuh dari malam yang indah itu. Ketika pertengkaran semakin memanas, luka-luka lama yang tersembunyi selama bertahun-tahun bermunculan, luka yang paling lama terjadi pada suatu siang dalam hari pernikahan mereka. Mereka tidak berbicara satu sama lain selama tiga hari, dan istrinya dengan jujur mengira bahwa pernikahan mereka dapat berakhir. Lalu pada Tahun Baru mereka mulai saling mengomel dan sekarang mereka telah berbaik kembali, namun mereka masih bertengkar setiap dua bulan sekali. Mereka berpikir bahwa hal itu jauh lebih sehat.

Apakah baik jika pasangan itu tidak pernah bertengkar? Tidak. Masalah mereka adalah karena mereka tidak cukup bertengkar. Beberapa orang dapat menikmati konflik, namun konflik itu sendiri bukanlah hal yang jelek. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya. Dengan mengatakan hal ini, ada beberapa cara penanganan konflik yang pasti akan meningkatkan pertengkaran dan mungkin akan berakhir dengan menimbulkan luka yang permanen. Inilah 4 kebiasaan buruk klasik yang dapat memperburuk suatu konflik:

1. Melupakan Permasalahannya Dan Menyerang Orangnya

\"\"Bayangkan bahwa Sue - sekali lagi - lupa untuk mengantarkan anaknya ke dokter gigi. Suaminya, Dave, melihat kartu dokter itu tergeletak di bawah tumpukan surat di dapur dan berkata, "Kamu lupa lagi, bukan?" Kemudian Dave meninggalkan kartu itu di sana dan mereka dapat membicarakan mengapa Sue bisa lupa membawa anaknya ke dokter, tetapi ia memutuskan untuk melupakan masalah itu dan menyerang istrinya, "Kamu istri dan ibu yang tak berguna." Ini bukan pertama kali dia mengatakan demikian, namun pada saat ucapan itu keluar dari mulutnya dia tahu apa yang ia lakukan; tetapi dia tidak menyadari akibat jangka panjangnya. Istrinya tidak pernah melupakan kata-kata itu dan cara si suami melukai perasaannya.

Prinsip yang sama berlaku pada anak-anak. Putri Anda akan pulih dari sedikit konflik karena rapor sekolahnya yang bburuk, tetapi mungkin dia tidak akan pulih jika Anda melukai perasaannya - "Kamu bodoh sekali. Mengapa kamu tidak bisa seperti kakakmu? Kamu akan menjadi orang yang gagal selamanya."

2. Memperbesar Masalah

Yang satu ini bukannya membicarakan masalah yang sedang dihadapi, kita justru mencoba mengingat kejadian-kejadian lain yang tidak ada kaitannya, untuk memberi kita kekuatan yang lebih besar.Misalnya demikian: "Bagaimana mungkin kamu lupa pergi ke dokter gigi lagi? Kamu isteri dan ibu yang tidak berguna," dan kemudian, "Itu sebabnya liburan tahun lalu bersama ibu saya menjadi seperti bencana." Yang menarik adalah orang yang terkena taktik tersebut biasanya tidak berkata, "Apakah kaitannya liburan tahun lalu bersama ibumu dengan janji ke dokter gigi?" Tidak, mereka memperbesar masalah juga. "Ya, saya memang tidak berguna. Dan kamu begitu hebat karena telah mendapatkan promosi sebanyak empat kali." Situasinya sekarang memanas. Menyingkirlah segera.

\"\"3. Mengeluarkan Senjata-Senjata Lama

Setiap pernikahan memiliki sekurang-kurangnya enam hal tersembunyi berikut ini. Kita mengeluarkannya bila kita sudah terdesak dan membutuhkan senjata yang berat. Hal-hal itu dapat meliputi seks, pekerjaan, berat badan, cara-cara kita mendisiplin atau tidak mendisiplin anak-anak. Bahan perdebatan biasanya diambil dari kejadian-kejadian di masa lalu yang berkaitan dengan sanak saudara, liburan dan uang. Kadang-kadang kita merasa malu mengungkitnya karena hal-hal itu sudah lama terjadi, sebab kita mengawalinya dengan, "Kamu tidak akan pernah berubah," atau "Kamu selalu...," atau "Kamu tidak pernah...." Ungkapan-ungkapan lain yang sedikit lebih mengingatkan adalah, "Aku tidak pernah dapat melupakan ketika..." atau "Masalahmu adalah bahwa kamu masih...."

Kerugian sebenarnya dalam menggunakan kata-kata itu adalah bahwa perkataan itu tidak memberikan kesempatan untuk berubah, atau seseorang mungkin menyesal mengenai masa lalunya. Lebih buruk lagi, kata-kata itu menunjukkan kurangnya inovasi dalam cara berdebat. Tinggalkan cara itu. Saya berharap Anda dapat menemukan cara-cara berdebat yang baru.

4. Tidak Mau Kalah Dalam Perdebatan

Hal yang lebih pasti untuk menciptakan suatu konflik yang hebat dalam pernikahan adalah jika salah satu dari pasangan sangat pandai bermain dengan kata-kata. Orang-orang seperti ini selalu mempunyai kata-kata terakhir. Mereka mempunyai kemampuan untuk memutarbalikkan fakta, memanipulasi, mengutip perkataan para ahli dan biasanya membuat Anda berharap untuk tidak memulai pertengkaran ini. Dan mereka benar-benar percaya dapat memenangkan perdebatan. Mereka tidak melihat akibat yang ditimbulkan - kemarahan yang tidak terselesaikan, kepahitan dalam hati dan kebencian yang makin memuncak karena tidak dapat menempatkan posisi Anda. Hanya ada satu harapan untuk orang-orang seperti ini. Mreka harus belajar untuk kalah dalam perdebatan; untuk memahami bahwa kemenangan biasanya tidaklah sepenting yang kelihatan; untuk mengalah dan memberi orang lain kesempatan untuk mengatakan apa yang mereka rasakan. Apabila kita melakukan hal itu, kita mendapatkan dua hal. Pertama, konflik akan lebih cepat terselesaikan. Kedua, hari-hari selanjutnya, kita bahkan tidak dapat mengingat apa yang dipertengkarkan itu.

Setiap ‘kebiasaan buruk' tersebut dapat mengubah perdebatan biasa menjadi ‘Perang Dunia Ketiga'. Tetapi sekalipun kita dapat menyelesaikan konflik dengan baik, ada beberapa situasi dimana satu-satunya penyelesaian terletak sedikit lebih dalam daripada teknik.

Teruslah belajar dan berusaha menjauhi 4 kebiasaan buruk ini agar Anda dapat bertahan menghadapi konflik dengan indah bersama-sama dengan pasangan Anda.

Sumber : Rob Parsons – 60 Menit Pernikahan
Halaman :
1

Ikuti Kami