Dewi Gontha: Melepas Bayang-bayang Ayah

Entrepreneurship / 7 December 2008

Kalangan Sendiri

Dewi Gontha: Melepas Bayang-bayang Ayah

Tammy Official Writer
7834
Pergelaran Java Jazz Festival 2008 sudah berlalu. Namun, aroma sukses besar penyelenggaraan pesta jazz yang berlangsung tiga hari itu masih tersisa sampai sekarang. Bagaimana tidak? Tak kurang dari 69 ribu pasang mata yang datang menyaksikan pergelaran musik jazz terbesar di Tanah Air itu mengaku terpuaskan dengan sajian acara dan artis-artis pendukungnya. Bagi mereka, kehadiran JJF ibarat pelepas dahaga yang sudah ditunggu-tunggu cukup lama.

Jika membahas keberhasilan JJF 2008, tentunya tak terlepas dari figur Dewi Gontha, Direktur Pengelola PT Java Festival Productions (JFP), penyelenggara JJF. Putri kedua Peter F. Gontha ini kian menunjukkan kapabilitasnya sebagai seorang event organizer yang tangguh. Perlahan tapi pasti, peraih gelar MSc. Bidang Organization Policy dari Boston University, Massachusetts, Amerika Serikat ini mulai melepaskan diri dari nama besar ayahnya. "Ini bukan pekerjaan mudah. JJF memang masih sangat identik dengan Ayah," kata Dewi dengan jujur.

Sejak pergelaran tahun 2006, lanjut Dewi, sebenarnya ia sudah mendapat kepercayaan lebih dari ayahnya. Beberapa hal yang krusial sudah dikerjakannya sendiri, termasuk mencari artis dan berhubungan dengan sponsor. Kendati demikian, wanita kelahiran Leidschendam (Belanda) 27 Februari ini mengakui, hingga saat ini ayahnya masih banyak terlibat dalam pergelaran JJF. "Ayah tidak akan lepas begitu saja. JJF ibarat anak kesayangannya," ungkap Dewi.

Perlahan tapi pasti, menurut Dewi, sang ayah pasti mulai melepaskan diri. Buktinya, dalam banyak hal, manajemen JFP juga sudah dapat mengambil keputusan sendiri, termasuk tatkala berhubungan dengan pihak luar.

Dewi Gontha: Java Jazz Festival 2008Dewi mengutarakan, salah satu tantangan terbesar di bisnis ini adalah meyakinkan sponsor dan artis internasional untuk pentas di Indonesia. JJF punya konsep yang berbeda dari pentas musik internasional lain di Indonesia. Selain dari sisi waktu pelaksanaan yang tiga hari berturut-turut, event ini juga melibatkan ratusan musisi internasional yang memiliki jadwal manggung cukup ketat. Dengan kata lain, jauh-jauh hari penyelenggara harus bisa menghubungi dan memberikan jadwal yang tepat buat artis-artis yang akan terlibat. "Kami sempat kesulitan untuk meyakinkan sponsor," kata istri Adi Sulistio (Presdir PT Satmarindo) ini mengakui. Pasalnya, pihak sponsor mementaskan acara secara bersamaan di beberapa panggung.

Ibu dari Alvaro dan Dante ini menyebutkan bahwa selain ayahnya, keberhasilan JJF tidak lepas dari peran tim JFP yang kini berjumlah 30 orang. "Kami didukung direktur program yang berpengalaman selama 11 tahun di Northsea Jazz Festival," ungkap Dewi yang sebelum bergabung dengan JFP, sempat menjalankan usaha sendiri, yaitu menjual produk fashion merek internasional, "Usaha itu saya tinggalkan tahun 2004 karena ingin mengurus keluarga," kata Dewi.

Vakum sebentar dari dunia bisnis, tiba-tiba sang ayah mengajaknya mengurus JJF. "Wah, kebetulan sekali. Saya suka musik, walau tidak spesifik jazz. Saya yakin pekerjaan ini bisa saya nikmati," tambah Dewi.

Dewi menyebutkan, ke depan, JFP tidak lagi mengandalkan JJF semata. Tahun ini, untuk pertama kalinya JFP akan menggelar event di luar JJF. "Sejak awal, kami sadari bahwa tidak mungkin hanya menjalankan satu event. Harus ada beberapa event agar bisa membiayai perusahan selama satu tahun," ujar Dewi bertekad.


Sumber : Majalah SWA/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami