Menerima Apa Yang Tidak Dapat Diubah

Marriage / 2 December 2008

Kalangan Sendiri

Menerima Apa Yang Tidak Dapat Diubah

Lestari99 Official Writer
4578

Tidak diragukan lagi inilah salah satu surat yang paling menyedihkan yang pernah saya terima dari seorang wanita.

Saya menjadi kekecewaan bagi ayah saya. Dia ingin memiliki anak laki-laki. Dia tidak pernah memeluk saya, memuji saya, atau mengatakan bahwa dia mencintai saya. Saya menyadari bahwa dia adalah produk dari generasinya dan saya telah memaafkannya, tetapi harga diri saya rendah sekali. Saya sering merasa tertekan dan dibebani oleh rasa bersalah padahal saya telah berumur delapan puluh lima tahun sekarang.

Saya banyak memikirkan tentang wanita itu. Saya membayangkan dia sebagai anak kecil yang berlari pulang ke rumahnya sambil membawa gambar-gambar yang telah dia buat untuk ayahnya; sebagai remaja dia berusaha keras menjadi seorang anak perempuan yang dapat membuat ayahnya merasa bangga dan bahkan sebagai seorang wanita dia memilih karier yang disetujui oleh ayahnya. Dia berusaha begitu keras untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Tetapi dia tidak berhasil. Satu-satunya cara untuk menyenangkan ayahnya adalah menjadi seseorang yang tidak mungkin dapat dilakukannya.

Hidup di bawah tekanan yang seperti itu pasti terasa sangat melelahkan. Orang lain mungkin sangat mencintai gadis muda itu, dan beberapa orang mungkin telah memujinya, tetapi seorang yang ia harapkan tidak pernah melakukannya. Dan ayahnya menghantui hidupnya sepanjang masa kanak-kanaknya, bahkan saat ia telah menjadi seorang wanita dewasa. Bahkan setelah ayahnya meninggal seolah-olah hantunya berada di atas pundaknya. Bayangan ayahnya tidak pernah meninggalkannya dan sekarang wanita itu hampir meninggal namun bayangan ayahnya masih menunggui dia untuk menjadi seseorang yang tidak mungkin dapat dilakukannya.

Hal semacam itu dapat terjadi dalam pernikahan. Saya mengenal banyak orang melihat pasangan-pasangan lain dan ingin agar pasangan mereka menjadi seperti teman-teman mereka. Mereka berbisik, "Seandainya Jim seperti Steve," atau "Engkau beruntung sekali memiliki Vicky." Kadang-kadang perubahan fisiklah yang mereka inginkan dari pasangannya. Salah satu film yang paling menyedihkan yang pernah saya lihat di televisi adalah mengenai seorang wanita yang menikah dengan seorang dokter bedah plastik. Dalam usaha untuk menyenangkan suaminya, dia melakukan sepuluh kali operasi di beberapa bagian tubuhnya. Dia tersenyum penuh percaya diri dan berkata, "Suami saya tidak akan pernah meninggalkan saya. Seandainya dia bosan dengan saya, dia dapat mengubah penampilan saya."

Perubahan dapat menjadi sesuatu yang baik. Kita semua ingin pasangan kita berubah dalam beberapa hal. Tetapi masalah akan timbul apabila kita menginginkan pasangan kita menjadi seseorang yang tidak mungkin dapat ia lakukan. Tidak sulit untuk mencintai pasangan yang memiliki segalanya yang kita inginkan, tetapi jika hubungan kita harus melalui saat-saat yang berat, maka kita harus belajar mencintai dengan cara yang sedikit berbeda; kita harus belajar mencintai bukan hanya "karena" tetapi "meskipun".

Ada kesulitan yang besar di sini: kita hidup dalam suatu budaya yang sudah melupakan cara mencintai seperti itu. Dalam segala hal orang membombardir kita dengan satu pemikiran, "Anda patut mendapatkan yang terbaik." Tragisnya, kita mempercayainya.

Kita menbayangkan seseorang yang bisa membuat kita benar-benar bahagia. Seandainya dia lebih kurus atau lebih gemuk, lebih lembut atau lebih keras terhadap anak-anak. Kita mungkin menginginkan pasangan yang menarik, humoris, pandai mengurus rumah tangga, pintar memasak atau serba bisa dan seorang yang kuat secara seksual. Tetapi orang yang Anda nikahi tidak dapat menjadi semua itu. Dan bila kita dipenuhi gagasan mengenai orang yang kita inginkan, kita sering kali kehilangan mereka.

Kadang-kadang setelah suatu pernikahan kandas, orang-orang tersebut akan melihat kembali ke belakang dan bertanya-tanya, "Mengapa hal-hal seperti itu menjadi masalah besar bagi saya, sedangkan dia tadinya baik dan selalu ada untuk saya?" "Mengapa ukuran pakaiannya menjadi jauh lebih penting bagi saya dibandingkan kehadiran dia sendiri?"

Mungkin kita harus memikirkan apa yang dikatakan G. K. Chesterton:

Cara mencintai sesuatu adalah dengan menyadari bahwa hal itu dapat saja menghilang.

Beberapa statement berikut ini mungkin saja dapat menjadi bahan perenungan Anda semua:

Kemenangan dalam berdebat biasanya tidaklah sepenting yang kelihatan.

Anda tidak menyadari kenangan baik apa yang Anda miliki sebelum Anda dengan segenap hati mencoba terlebih dahulu untuk melupakan hal buruk yang telah terjadi.

Pengampunan selalu terasa menyakitkan, tetapi tidak akan menyimpan dendam; pengampunan membuat hari esok bebas dari kenangan buruk yang terjadi di masa lalu.

Masalah akan timbul apabila kita menginginkan pasangan kita menjadi seseorang yang tidak mungkin dapat ia lakukan.

Sumber : Rob Parsons - 60 Menit Pernikahan
Halaman :
1

Ikuti Kami