Tekanan waktu menghancurkan banyak hubungan. Sebuah survei Pengumpulan Pendapat Umum baru-baru ini menunjukkan bahwa rata-rata seorang ayah meluangkan waktunya kurang dari lima menit sehari untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya; anak-anak itu menonton televisi rata-rata tiga jam sehari. Namun sulit untuk membangun hubungan yang baik tanpa menyediakan waktu. Orang-orang tersebut mungkin sangat berhasil dalam pekerjaan mereka, tetapi banyak orang yang akan mendapati bahwa apabila mereka menyediakan waktu untuk keluarga mereka, anak-anak mereka mungkin mempunyai pemikiran yang lain. Masa kanak-kanak mungkin telah berlalu. Seorang ayah mengatakannya sebagai berikut: "Waktu mereka kecil mereka bodoh karena terbiasa mengatakan ‘kami akan melakukannya nanti.' Sebenarnya, bukan mereka yang bodoh, tetapi kita. Karena ‘suatu hari nanti' akan menjadi ‘tiada hari lagi'."
Hal itu dapat terjadi dalam suatu pernikahan. Ada pernikahan yang telah berlangsung selama dua puluh tahun, dan selama itu pasangan tersebut belum pernah menyediakan waktu dua puluh menit untuk duduk di ruang yang tenang dan saling mendengarkan. Mereka belum pernah meluangkan waktu dua puluh menit dalam waktu dua puluh tahun; namun tidak mungkin mempertahankan cinta tanpa menyediakan waktu. Saya tidak meragukan bahwa suami dari seorang wanita yang menulis surat di bawah ini telah memberikan segalanya kepada istrinya kecuali waktu. Tetapi ketika kehilangan istrinya, dia benar-benar terkejut dan berkata, seperti yang dahulu sering saya katakan, "Tetapi aku lakukan semua ini untukmu dan anak-anak kita."
John dan saya benar-benar saling mencintai ketika kami menikah. Kami bergumul dalam tahun-tahun pertama terutama dengan masalah-masalah keuangan, tetapi kemudian dia mengalami kemajuan; hal ini menuntut dia untuk bekerja lebih lama. Setiap malam dia pulang terlambat. Saya ingin menyampaikan banyak hal kepadanya tetapi dia tampaknya tidak ingin berbicara. Saya membuatkan makanan untuknya dan dia makan sendirian. Percaya atau tidak, ada saat-saat di mana kami pergi selama sebulan atau dua bulan tanpa melakukan percakapan yang berarti. Tidak ada kedekatan atau kehangatan di antara kami, namun dia ingin bercinta dengan saya pada malam hari. Kami berbaring di tempat tidur, tanpa ada komunikasi di antara kami selama berminggu-minggu, dan dia mengharapkan saya penuh gairah dan responsif. Terus terang, saya tidak dapat melakukannya. Tentu saya menurutinya tetapi saya tidak mendapatkan apa pun darinya. Dan ketika pengembaraan dua menit tersebut berakhir dan John tertidur, saya berbaring di sana dan merasa marah kepadanya. Saya merasa seperti seorang wanita penghibur. Dapatkah Anda mempercayainya? Saya merasa diperalat untuk bercinta dengan suami saya sendiri. Harga diri saya jatuh. Saya seorang ibu yang jelek dan istri yang tercela.
Gaya hidup pria yang super sibuk itu telah merusak pernikahannya. Setelah mengatakan demikian, wanita tersebut dalam surat berikutnya membuat suaminya sadar.
Sesudah melahirkan anak, saya langsung kembali bekerja - benar-benar kembali bekerja. Ini membuat saya merawat bayi selama satu menit dan menit berikutnya menerima telepon dari seorang klien. Mengapa saya harus mengeluh? Saya telah mempunyai pembantu di rumah. Saya mempunyai banyak peralatan yang dapat menghemat waktu. Saya mempunyai karier yang baik. Satu-satunya yang tidak saya miliki adalah waktu. Saya tidak punya waktu untuk suami saya, anak saya, bahkan untuk diri saya sendiri. Orang berpikir bahwa saya adalah tipe wanita ‘serba bisa'. Tetapi sebenarnya, kehidupan saya sedang runtuh.
Apakah Anda ingin agar Anda dapat melakukan pekerjaan sepenuh waktu, ikut dalam berbagai kepanitiaan yang tak ada habis-habisnya, kemudian belajar merajut dan belajar bahasa Itali di waktu senggang dan masih membina hubungan yang baik dengan istri dan anak-anak Anda? Akankah Anda mengatakan ‘Ya' setiap kali orang meminta Anda melakukan sesuatu dan masih memiliki waktu untuk keluarga Anda sendiri? Inginkah Anda menjadi Superman yang dapat terbang serta berputar-putar pada waktu yang bersamaan? Tebak apa yang dapat Anda lakukan. Anda tidak bisa!
Dan alasan Anda tidak dapat melakukan semua itu adalah karena keterbatasan waktu. Apakah Anda kaya atau miskin, pintar atau bodoh, Anda mempunyai jumlah waktu yang sama persis dengan yang dimiliki orang lain. Dan waktu itu terbatas. Setiap hari tersedia 1.440 menit bagi Anda. Ketika Anda bangun, menyadari bahwa hari itu bukan Sabtu melainkan Senin, kemudian berpakaian, Anda masih memiliki 1.000 menit lagi. Setiap hari Anda menghabiskan seluruh waktu itu; dan setiap pilihan yang Anda buat tentang bagaimana Anda akan mempergunakan waktu itu akan menutup pilihan yang lainnya.
Tidak ada perangkat penghemat waktu, makanan cepat saji dan buku agenda yang memungkinkan kita merencanakan setiap menit dari hari-hari kita. Satu-satunya hal; yang tidak kita miliki lebih banyak adalah waktu. Tidak seorang pun di antara kita mau hidup seperti itu seandainya kita menyadari bahwa hidup kita akan selalu sibuk dan kita tidak akan pernah memiliki waktu untuk membina hubungan yang baik dengan suami, istri atau anak-anak. Dengan demkian, kita membodohi diri kita sendiri bila mengatakan bahwa saat ini merupakan periode yang sibuk dalam kehidupan kita dan bila periode ini telah berakhir maka kita akan memiliki waktu lebih banyak. Dengan sabar kita menantikan hari yang lebih tenang, tetapi bagi kebanyakan dari kita hal itu hanyalah khayalan - hari itu tidak akan pernah datang.
Saya telah melakukan banyak kesalahan dalam hal ini, sampai suatu hari terpikir oleh saya bahwa meskipun saya relatif sukses, tetapi keluarga saya luput dari perhatian saya. Saya menceritakan hal ini dalam buku saya terdahulu, The Sixty Minute father (60 Menit Ayah). Di mana pun buku itu dijual, banyak orang berterima kasih kepada saya khususnya mengenai satu kalimat. Kalimat ini mendorong kita, sementara kita mengembangkan karier, jangan lupa menyediakan waktu untuk membangun hubungan dengan orang-orang yang kita cintai. Jika kita tidak menyediakan waktu, kita mungkin dapat meraih sukses di luar rumah tetapi akan menoleh ke belakang dengan penuh penyesalan.
Dan kalimat itu? Oh, sangat sederhana: Tidak seorang pun pernah berkata menjelang ajalnya, "Alangkah baiknya seandainya saya menghabiskan lebih banyak waktu di kantor".
Sumber : Rob Parsons – 60 Menit Pernikahan