Wi-fi (wireless fidelity) yang bisa disebut sebagai jaringan lokal nirkabel kini semakin populer. Dengan wi-fi orang bisa masuk ke jaringan internet tanpa harus repot menyambungkan kabel dari komputer ke line telepon.
Wi-fi semakin populer terutama di negara-negara maju di mana sambungan internet pita lebar semakin murah. Bahkan, kini penyedia menggratiskan sambungan internet pita lebar bila pengguna mengambil paket langganan telepon genggam dari perusahaan yang sama.
Secara umum, publik senang dengan kehadiran wi-fi ini. Namun ada beberapa anggota masyarakat yang menentangnya karena mereka menganggap teknologi ini berdampak negatif terhadap kesehatan. Mereka yang tidak setuju dengan kehadiran wi-fi beralasan bahwa radiasi elektro magnetik dari wi-fi ini menyebabkan nyeri di kepala dan gangguan tidur.
'Electrosensitive'
Gangguan ini dialami Sarah Dacre, perempuan yang tinggal di London.
"Saya merasa sangat nyeri di bagian kepala, telinga, tenggorokan dan di bagian tubuh yang lain," ungkap Dacre. "Kondisi ini terjadi ketika saya berada di dekat peralatan elektronik atau berada di dekat menara pemancar telepon genggam. Ini sungguh membuat saya menderita."
Sebagian besar peralatan elektronik memiliki radiasi elektro magnetik. Produsen peralatan ini mendesain produk sedemikian rupa sehinga gelombang elektromagnetik yang dihasilkan tidak membahayakan manusia. Namun apakah intensitas radiasi wi-fi lebih besar sehingga menyebabkan gangguan kesehatan?
Sarah Dacre mengatakan wi-fi berbahaya. Makanya, ia melindungi rumahnya dari teknologi nirkabel ini. Ia menggunakan kertas pelapis dinding atau wallpaper khusus, yang bisa meminimalkan dampak gelombang elektromagnetik.
"Pelindung ini sangat efektif. Dengan pelindung ini radiasi wi-fi bisa diminimalkan," ujar Dacre, yang mengaku mengidap electrosensitive ini.
Di Swedia pemerintah secara resmi mengakui pengaruh gelombang radiasi wi-fi terhadap kesehatan. Bahkan mantan Perdana Menteri Norwegia, Gro Harlem Brundtland juga mengaku sakit kepala akibat radiasi gelombang elektromagnetik.
Sikap Skeptis
Namun sebagian besar ilmuwan menyatakan skeptis. Dr Michael Clark, penasehat pemerintah Inggris untuk urusan radiasi gelombang elektromagneik mengatakan tidak ada efek negatif dari sinyal gelombang televisi atau radio FM, dua gelombang radio yang paling sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
"Ketika kami mengukur tingkat radiasi teknologi baru yang dikhawatirkan orang, ternyata relatif hampir sama dengan peralatan elektronik lain," tegas Dr Clark.
Tidak sekali ini saja teknologi baru memunculkan kekhawatiran akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Ini pernah terjadi dengan telegram dan oven microwave.
Beberapa kalangan menyebut apa yang dialami Sarah Dacre terlalu dibesar-besarkan. Sementara kecenderungan di lapangan menunjukkan, makin banyak kota di dunia ini yang memanfaatkan teknologi wi-fi, untuk mendorong orang menghubungkan komputer mereka ke internet secara mudah, murah dan praktis.
Namun bagi orang-orang seperti Sarah Dacre yang mengaku pusing akibat radiasi wi-fi, harus dipikirkan kemungkinan membatasi wi-fi, satu gagasan yang mungkin akan dicerca. Namun Sarah Dacre menegaskan ia akan tetap mendesak pembatasan penggunaan wi-fi.
"Kelihatannya gagasan kami ini sinting. Namun Anda akan mendukung upaya ini begitu Anda terkena dampak negatif radiasi wi-fi," kata Dacre. "Ketika Anda seperti mau mati, saya percaya Anda akan mendukung upaya kami."
Apakah kampanye Sarah Dacre berhasil atau tidak, masih harus ditunggu.
Namun beberapa hari lalu, kembali muncul kekhawatiran mengenai wi-fi ini. Kali ini, seorang ilmuwan Inggris Professor Lawrie Challis kepada koran Daily Telegraph mengatakan anak-anak yang menggunakan teknologi wi-fi harus dipantau, hingga penelitian tentang dampak kesehatan wi-fi dilakukan. Professor Chalis mengatakan anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi dibandingkan orang dewasa.
Sumber : bbcindonesia