Mereka juga mengharapkan pemimpin AS yang baru bisa meningkatkan hubungan trans-Atlantik. "Pada waktu-waktu yang penuh ketidakpastian ini, Uni Eropa memerlukan AS dan, tentu saja, AS memerlukan Uni Eropa lebih dari sebelumnya," kata Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, akhir pekan lalu, saat berpidato di Harvard University.
"Dalam dunia di mana pandemik global menyebar lebih cepat, badai finansial yang dimulai di AS dan sekarang memengaruhi Eropa adalah bentuk ketergantungan ekonomi kita," ujar Barroso dalam pidato yang diberi judul "Surat dari Brussels kepada Presiden Amerika Serikat Berikutnya".
Eropa berambisi memperbarui hubungan AS-Uni Eropa di bawah pemerintahan presiden baru. Selama empat tahun terakhir, invasi AS ke Irak telah memecah belah Uni Eropa dan membayangi situasi di Atlantik.
Antonio Missiroli, Direktur Pusat Kebijakan Eropa (EPC), sebuah lembaga pemikir, mengatakan, dunia saat ini bukan lagi unipolar seperti saat Presiden Bush mulai berkuasa. "Kita kini multipolar, dengan China, Brasil, dan India yang memiliki kepentingan yang tidak selaras dengan struktur sistem internasional," ujarnya.
Eropa menghendaki presiden AS pasca-Bush yang bisa menjembatani kepentingan Eropa. Salah satunya adalah pembenahan kembali institusi internasional, termasuk PBB, di mana inisiatif Eropa susah untuk didesakkan. Obama jelas lebih dipilih oleh para pemimpin Eropa.
Yang pasti, menurut Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner, Uni Eropa tidak ingin lagi memainkan peran lapis kedua, sementara AS memimpin.