Hubungan Sehat? Tentukan Batasan!

Single / 7 August 2008

Kalangan Sendiri

Hubungan Sehat? Tentukan Batasan!

Purnama Sari Dewi Gultom Official Writer
7413

Tidak ada keahlian yang lebih penting untuk menjaga hubungan Anda tetap sehat selain menetapkan batasan-batasan di dalamnya. Anda dapat belajar agar mampu menjalin komunikasi yang sehat dengan dia, dan itu akan sangat membantu. Anda dapat belajar bagaimana menangani konflik dengannya, dan itu akan menjadi nilai tambah yang sangat penting. Anda dapat belajar untuk berdoa dan tertawa bersamanya, dan itu jelas akan menghasilkan dampak yang sangat kuat. Namun jika Anda tidak tahu bagaimana menentukan dan memelihara batasan pribadi dalam hubungan Anda, Anda akan berada dalam masalah serius.

Ada beberapa fakta mengenai batasan yang perlu kita ketahui berikut ini :

  • Tuhan adalah pencipta batasan, Dia menciptakan dunia dengan batasan-batasannya.
  • Tuhan menetapkan batasan terhadap apa yang Dia berkati dan apa yang tidak Dia berkati.
  • Tuhan menciptakan setiap Anda unik dengan potensi, bakat dan kemampuan yang berbeda-beda.
  • Setiap Anda mempunyai latar belakang keluarga, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan pilihan yang berbeda.
  • Anda bertanggung jawab untuk menentukan nilai-nilai pribadi dalam hubungan Anda dan menerapkannya.

Fakta-fakta tersebut mungkin membuat Anda bingung. Terlalu banyak orang berpikir bahwa mereka dapat mengatakan pada orang lain bagaimana mereka harus hidup, atau bagaimana mereka seharusnya secara otomatis menghormati pilihan mereka. Bagaimanapun juga, Anda harus sangat berhati-hati mengatakan pada orang lain apa yang seharusnya mereka pikirkan, rasakan atau lakukan. Begitupun sebaliknya, Anda harus menjaga batasan Anda sendiri dengan hati-hati sehingga orang lain tidak berasumsi bahwa mereka dapat mengendalikan Anda dengan menentukan apa yang seharusnya Anda pikirkan, rasakan atau lakukan. Anda bertanggung jawab untuk menjadi transparan dengan orang lain, tentang apa saja yang bisa Anda toleransi dan apa saja yang tidak bisa Anda tolerir. Batasan-batasan ini menunjukkan harapan-harapan Anda yang bisa diibaratkan seperti peraturan dalam sebuah permainan. Batasan-batasan ini membantu menciptakan kepastian dan stabilitas dalam sebuah hubungan.

Sebagai seorang Clinical Psychologist, banyak masalah yang saya dengar berkaitan dengan masalah batasan, atau lebih spesifiknya, masalah kurangnya batasan-batasan. Mari kita lihat situasi dari dua orang ini yang menulis surat kepada saya:

Wanita yang pertama menulis: "Pacar saya sering bercerita tentang mantannya, padahal saya sudah mengatakan bahwa saya tidak mau mendengar tentang itu. Saya sudah mengatakannya dengan baik-baik agar dia tidak terus membicarakan mantannya, tapi dia tetap saja melakukannya. Bisakah Anda memberitahu saya mengapa dia melakukannya?" Jawaban saya: "Saya tidak bisa memberitahukan alasannya..." Saya bisa saja menebak-nebak alasannya, tapi saya tidak mau berspekulasi dan saya pikir itu juga tidak akan membantu. Kita semua bisa membuat asumsi-asumsi tentang alasan pacarnya berbuat seperti itu, tapi kita akan terus menebak-nebak dan itu tidak akan menyelesaikan inti masalahnya. Apa yang wanita ini harus lakukan?

Jawab: "Katakanlah pada pacar Anda bahwa inilah batasan Anda, dia dapat menghormatinya atau keluar dari hubungannya dengan Anda. Sebenarnya, Anda tidak perlu mengetahui apa motivasinya, dialah yang perlu mengetahui apa yang Anda anggap serius dan bahwa Anda tidak akan terus berkencan dengan pria yang sama sekali tidak sensitif. Pilihannya adalah dia harus belajar menghormati batasan-batasan Anda dengan tidak membawa-bawa pihak ketiga dalam hubungan kalian berdua, atau dengan sopan, Anda dapat mengatakan selamat tinggal pada pria ini."

Semua ini tentang batasan-batasan, apa yang akan Anda tolerir dan apa yang tidak akan Anda tolerir. Ini tentang bagaimana membiarkan orang lain tahu bahwa Anda ingin diperlakukan dengan hormat, dan Anda akan mengajar orang lain bagaimana untuk memperlakukan diri Anda dengan hormat. Saat Anda berani menggunakan kata-kata, "Hentikan itu," atau "Aku tidak menerima cara itu," orang lain akan cenderung memperhatikannya. Saat Anda berkata, "Silakan kamu perlakukan orang lain dengan cara seperti itu, tapi tidak dengan saya," orang lain cenderung mendengarkan.

Wanita kedua menulis: "Saya takut berkomunikasi dengan suami saya. Dua tahun belakangan ini, kalau saya mencoba untuk berkomunikasi, dia bersikap kasar, berteriak dan mengatakan bahwa dia tidak peduli dengan apa yang saya rasakan. Dia juga bilang bahwa dia tidak mencintai saya. Dia telah mengabaikan saya dalam peristiwa-peristiwa penting seperti hari ulang tahun saya, hari valentine, dan lainnya. Dia berkata bahwa dia memang tidak terlalu mengistimewakan hari-hari seperti itu tapi dia membelikan hadiah ulang tahun untuk putra kami yang berusia 7 tahun. Dua hari lalu saya berulang tahun dan dia mengetahuinya, tapi dia bahkan tidak mengucapkan selamat ulang tahun. Semua itu menyakitkan tapi saya tahu saya akan merasa lebih buruk lagi jika saya berkonfrontasi dengan dia dan saya takut berbicara padanya. Anda punya saran?"

Wanita ini hidup dalam situasi yang sangat sulit, kenyataan bahwa dia hidup dalam ketakutan merupakan tanda yang sangat jelas bahwa ini adalah jenis abusive relationship. Berurusan dengan orang seperti suaminya mirip dengan berurusan dengan anak-anak yang memanfaatkan senioritas mereka di sekolah untuk mengintimidasi dan mencari keuntungan materi dari anak-anak baru. Hidup dalam ketakutan secara otomatis memberi mereka lebih banyak kuasa atas diri kita. Satu-satunya cara untuk membuat mereka mengerti bahwa intimidasi mereka tidak lagi efektif adalah dengan menghadapi mereka, walaupun itu tidak mudah. Berikut ini beberapa prinsip untuk dipertimbangkan:

• Bersikap takut dan pasrah pada mereka hanya akan memberi mereka kuasa atas kita. Mereka belajar untuk bersikap kasar dan kuat karena mereka bisa. Dan cara itu berhasil untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Jika cara itu tidak berhasil, mereka tidak akan melakukannya lagi.

• Kita bisa mulai dengan cara yang sederhana. Saya tidak menyarankan Anda membusungkan dada dan meremehkan suami Anda. Saya tidak menyarankan Anda untuk tidak menghormatinya. Saya menyarankan langkah yang sederhana, seperti memberitahu kepadanya tentang perasaan Anda secara jujur.

• Pertimbangkan untuk melakukan konseling. Jika dia kelihatan tidak berminat untuk konseling bersama, mulailah dengan diri Anda sendiri. Lakukanlah agar Anda mendapat dukungan dan dorongan semangat. Pastikan Anda belajar untuk menentukan batasan dalam hidup Anda. Definisikan kembali apa yang penting bagi Anda, apa yang Anda rasakan, pikirkan dan inginkan. Ingatlah apa yang telah Tuhan lakukan bagi Anda dan apa yang akan Dia lakukan untuk Anda saat ini.

• Ketahuilah bahwa Anda tidak bisa mengubah orang lain. Anda hanya bisa merubah diri Anda sendiri. Mungkin saja dia akan terus menjadi seperti itu, tapi Anda jangan terus bersembunyi. Jika dia memperlakukan Anda dengan buruk, tinggalkan dia. Jika dia berteriak, katakan padanya untuk memperkecil suaranya jika dia ingin Anda mendengarkannya. Tuhan telah mempercayakan Anda menjadi pengurus dari diri Anda sendiri. Anda telah dibeli dengan harga yang sangat mahal, dan tentu saja Anda akan merawat diri Anda sendiri sebaik mungkin. Anda tidak dapat menolong orang lain, melayani orang lain atau menggunakan karunia-karunia, potensi dan harta Anda jika Anda terus mengabaikan kondisi emosional yang tidak semestinya itu.

• Pada akhirnya, ada waktunya Anda perlu meninggalkan ‘ruang permainan' itu. Jika Anda sudah belajar untuk tegas dan berusaha memperoleh kembali rasa hormat pada diri sendiri, tapi suami Anda terus saja bersikap kasar terhadap Anda, pertimbangkan perpisahan sementara agar dia bisa merenungkan kembali tindakannya terhadap Anda. Saat dia sadar bahwa dia tidak bisa terus-menerus menyakiti Anda dan melanggar batasan-batasan Anda serta memperlakukan Anda dengan tidak hormat, mungkin saja dia akan menyadari kesalahan-kesalahannya dan mempertimbangkan kembali tindakannya.

Dalam kedua kasus di atas, wanita-wanita ini bersikap tolerir secara berlebihan. Mereka mengijinkan pria-pria dalam hidup mereka memperlakukan mereka dengan tidak hormat. Mereka memang bukan menjadi penyebab dari sikap tidak hormat itu, tapi mereka memungkinkan tindakan itu untuk terus berlanjut. Perubahan memang tidak pernah mudah, tapi sikap untuk menghormati dan menghargai diri sendiri, serta menentukan batasan-batasan yang jelas, akan memulai proses perubahan itu.

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami