Sang Juara

Kata Alkitab / 19 July 2008

Kalangan Sendiri

Sang Juara

Admin Spiritual Official Writer
5071
Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tidak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang asuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tidak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah memang, mobil itu tidak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tidak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab mobil itu buatan tangannya sendiri. Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya.

Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!" DOR!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo, ayo, cepat cepat... maju... maju..!!" begitu teriak mereka. Ahha... sang pemenang hampir ditentukan, tali lintasan finish pu telah melambai. Dan, Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, apalagi Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati, "Terima kasih..."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya, "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" Mark terdiam sejenak, "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan," kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "sepertinya tidak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku hanya memohon pada Tuhan, supaya aku tidak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah ebberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan ibanding kita semua. Mark tidak memohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark tidak memohon pada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tidak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tidak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark memohon pada Tuhan agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita habiskan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan untuk menghalau setiap halangan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuhkan adalah bimbinganNya, tuntunanNya, dan panduanNya? Kita terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan sering merasa cengeng terhadap kehidupan ini. Tidak adakah semangat perjuangan yang kita miliki? Saya yakin, Tuhan mengijinkan ujian terjadi, bukan untuk membuat kita lemah dan menjadi udah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hambaNya untuk menjadikan mereka lebih kuat dan lebih bertumbuh dari sebelumnya.


Halaman :
1

Ikuti Kami