Pendakian Berujung Maut

Nasional / 9 July 2008

Kalangan Sendiri

Pendakian Berujung Maut

Puji Astuti Official Writer
6652

Tim ekspedisi Tunas Indonesia McKinley-Alaska dan Vinson Massif - Antartica 2008 merupakan salah satu kegiatan besar yang diselenggarakan Kwatir Nasional Gerakan Pramuka. Tim ekspedisi ini berangkat pada 21 Mei 2008 lalu. Tim pendaki yang semula akan diberangkatkan sebanyak tujuh orang, demikian keterangan dari Priyo Yudiyono, Sekretaris Panitia Pengiriman Ekspedisi tersebut.
"Tapi, yang satu sakit, kemudian yang dua tidak bisa mendapatkan visa, tinggal empat," demikian penuturan Priyo.

Misi pendakian adalah dalam rangka peringatan 100 tahun kebangkitan nasional dan juga 100 tahun kepanduan nasional. Namun misi besar itu harus dibubuhi oleh duka, setelah berhasil menancapkan merah putih di puncak Mount McKinley, salah satu dari tim pendaki, Pungkas Tri Baruno menghembuskan nafas terakhirnya saat turun gunung.

Akibat cuaca yang buruk, jenasah Pungkas belum juga bisa diturunkan. Juru bicara Departemen Luar Negeri, Teuku Faizasyah mengatakan pihaknya sudah mendapatkan informasi mengenai tewasnya mahasiswa Universitas Mercu Buana yang baru duduk di semester 1 tersebut.

"Kami sudah mendapatkan informasi bahwa yang bersangkutan meninggal pada ketinggian 17.400 kaki, atau sekitar 5000 meter. Namun, evakuasi belum dilakukan karena cuaca buruk. Bahkan, heli juga tidak berani terbang untuk menjemput. Jadi, evakuasi menunggu cuaca yang lebih baik," demikian pernyataan Faizayah pada Kompas.com, Rabu (9/7) pagi.

Orang tua Pungkas sendiri, mengharapkan jenasah anak mereka dapat secepatnya dipulangkan ke tanah air.

"Kami berharap secepatnya dibawa pulang. Tapi, prosesnya tidak semudah itu. Informasi yang kami terima, baru anak saya baru sampai ke sini Kamis. Tapi, kita tidak tahu," kata Ismiharti, ibunda Pungkas.

Mantan penasihat Tim Tunas Indonesia, Don Hasman, menilai tim ekspedisi yang berangkat ke gunung McKinley-Alaska dan Vinson Massif kurang memiliki pengalaman. Selain itu, tempat pelatihan fisik sebelum perjalanan pendakian itu dimulai, dianggap tidak tepat.

"Mereka masih hijau belum berpengalaman, injak salju saja belum pernah," kata Hasman.

Kurang pengalaman yang dimaksud Hasman ialah, tim itu baru pertama kalinya melakukan pendakian ke gunung es. Selain itu, selama ini, mereka hanya memiliki pengalaman mendaki gunung di daerah tropis, seperti Gunung Gede, Gunung Salak, Gunung Galunggung.

Sebuah pelajaran penting bagi para pendaki dari hal ini adalah, bahwa persiapan, penguasaan medan dan pengalaman sangat mempengaruhi faktor keselamatan. Alam tak dapat ditebak,untuk itu ekspedisi seperti ini butuh perencaan yang sangat matang untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diharapkan.

Sumber : Oke zone, Kompas/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami