Artis Berebut Jadi Politikus

Nasional / 20 June 2008

Kalangan Sendiri

Artis Berebut Jadi Politikus

Puji Astuti Official Writer
5400
Setelah melihat keberhasilan Rano Karno menjadi wakil bupati Tangerang, dan Dede Yusuf merebut kursi wakil gubernur, sepertinya para artis akan banyak yang banting setir ke dunia politik. Masih belum diketahui mengapa, tetapi fenomena ini semakin kuat mendekati pilkada di berbagai daerah. Apa lagi Pemilu sudah di depan mata, bukan tidak mungkin jika tiba-tiba ada satu atau dua orang artis yang akan muncul menjadi calon presiden atau wakil presiden.

Jejak-jejak langkah menapaki dunia politik ini mulai diikuti oleh Helmi Yahya. Pembawa acara televisi Helmi Yahya, Selasa, melaporkan harta kekayaannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk keperluan pencalonan dirinya sebagai wakil gubernur Sumatera Selatan.

Helmi menjelaskan, kekayaannya berjumlah sekira Rp8 miliar yang terdiri atas berbagai jenis, baik harta bergerak maupun tidak bergerak, namun tidak menjelaskan secara rinci jenis-jenis harta yang dimilikinya.

"Kedatangan saya ke sini sebagai bentuk komitmen untuk jadi penyelenggara negara yang baik," kata pria yang mengaku didukung oleh koalisi 15 partai itu.

Terkait pencalonannya, Helmi optimistis kalangan selebritas tidak akan dipandang sebelah mata.

"Celebrity Politics" mulai dikenal dalam terminologi Ilmu Politik setelah para bintang film, pemain sinetron, komedian, dan penyanyi terjun ke dunia politik, bukan sebagai penghibur panggung kampanye atau pengumpul suara. Tapi, mereka, serius mengejar kursi jabatan publik seperti anggota DPR, bupati, walikota, gubernur atau bahkan presiden.

Pengalaman di Amerika Serikat dan Filipina membuktikan bahwa film dan televisi telah menjadi pembuat raja ("kingmaker") yang memungkinkan Arnold Swarchzenegger menjadi Gubernur California dan Joseph Estrada menjadi Presiden Filipina.

Mengapa selebriti masuk panggung politik? Darrell West, penulis buku "Celebrity Politics", berpendapat bahwa artis dan pelawak tergiur terjun ke jabatan publik akibat perkembangan media, khususnya televisi, dan demokrasi.

Televisi menjadi medium sempurna bagi selebiriti untuk mendulang kemasyhuran dan citra diri. Sementara sistim pemilihan langsung, telah membuat selebriti yang sudah populer dan dikenal publik menjadi pilihan rakyat.

Namun, menjadi masyhur dan dipuja tidak selamanya menjamin kemenangan dalam Pemilu. Marisa Haque gagal dalam Pilkada Banten. Pemain sinetron Anwar Fuadi jeblok di Konvensi Partai Golkar, sehingga harus mengubur ambisi besarnya untuk menjadi calon Presiden pada Pilpres 2004.

Tetapi siapapun yang naik menjadi pemimpin-pemimpin di bangsa ini, baik itu kalangan artis, cendikiawan maupun politisi, semoga mereka adalah orang-orang yang takut akan Tuhan dan memiliki hati yang mencintai bangsa ini, sehingga apa yang mereka kerjakan menghasilkan kemakmuran bagi rakyat Indonesia. Mari berdoa bagi mereka.

Sumber : antara.co.id/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami