Seks aman, adalah suatu istilah, atau lebih tepat suatu upaya di bidang kesehatan masyarakat, untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai resiko yang bisa ditimbulkan oleh aktifitas hubungan seksual seseorang. Kampanye ini, seolah menjadi suatu kebutuhan global seiring dengan munculnya berbagai masalah akibat hubungan seksual yang dilakukan sebelum menikah, hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti, atau bahkan dengan pasangan seksual sejenis sebagaimana dilakukan oleh mereka yang memiliki orientasi seks sejenis. Masalah-masalah yang timbul akibat hubungan seksual di luar pernikahan yang penuh kesetiaan itu seperti kehamilan yang tidak dikehendaki yang akhirnya akan memicu tindakan aborsi. Penularan dan penyebaran penyakit menular seksual seperti HPV (human papilloma virus) yang bisa berkembang menjadi kanker mulut rahim atau kanker penis. Chlamydia, yang mengakibatkan kemandulan, bahkan HIV-AIDS, yang amat mematikan karena belum ada obat yang benar-benar efektif untuk menyembuhkannnya.
Kondom selama ini dikampanyekan sebagai sarana safe sex, karena mereka yang melakukan kampanye safe sex beranggapan bahwa amat sulit merubah perilaku seksual seseorang, sebagaimana orang yang gemar ngebut (naik motor dengan kecepatan tinggi) sulit untuk disuruh berhenti ngebut, maka mereka dianjurkan pakai helm agar bila terjadi kecelakaan tidak terlalu fatal. Upaya semacam ini disebut harm reduction.
Apakah memakai kondom benar-benar upaya safe sex? The National Institute for Health (Departemen Kesehatan Amerika) menyatakan bahwa angka kegagalan kondom dalam proteksi terhadap HIV-AIDS mencapai 13 persen. Sementara itu, Thailand, yang terkenal dengan gerakan kondomisasinya cemas karena remaja di negara tersebut yang terjangkit HIV meningkat dari 11 persen menjadi 17 persen. Jadi terbukti memakai kondom tidak menjamin seseorang terhindar dari penyakit menular seksual atau bahkan kehamilan. Kalau begitu, apa yang benar-benar disebut safe sex? Safe sex yang sebenarnya adalah saving your sex until marriage. Simpan seks sampai menikah. Saling setia dalam suatu pernikahan monogamy heterosexual. Karena polygamy dan homosexuality terbukti meningkatkan resiko seks yang tidak aman. Salah satu negara yang berhasil dalam kampanye penanggulangan HIV-AIDS dengan cara melakukan hubungan seks hanya dalam pernikahan yang penuh kesetiaan adalah Uganda, sehingga negara ini menjadi fakta yang amat nyata bahwa hubungan seks yang dilakukan hanya dalam ikatan pernikahan yang penuh kesetiaan terbukti akan menurunkan angka penularan HIV-AIDS.
Jangan cemas, percayalah hubungan seks yang aman adalah hubungan seks yang dilakukan oleh suami istri yang saling setia dalam ikatan pernikahan monogamy heterosexual. Bukan hanya aman, seks dalam ikatan pernikahan heteroseks monogami kudus adanya. Jangan lupa: "... kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan" (Ibrani 12 : 14). Be WiSe, Always Remember Wisdom for Sex Life. (draw)
Dr. Andik Wijaya, MRepMed adalah seorang dokter spesialis dan juga seorang hamba Tuhan yang memiliki karunia pengajaran. Dengan visi dan misi yang diyakininya menjadi panggilan hidupnya, beliau kemudian mendirikan YADA Institute, The School of Everlasting Intimacy. Melalui institusi ini Andik mengimani bahwa Tuhan memanggil, memperlengkapi, mengutus dan mengurapinya untuk mengajarkan Everlasting Intimacy (keintiman abadi) melalui penyingkapan misteri seksual. Karena itu dua tema utama dalam setiap pelayanan YADA Institute adalah Menyingkap Misteri Seksual, Membangun Keintiman Abadi. Saat ini beliau banyak memberikan seminar pengajaran di berbagai kota di Indonesia.