Sebuah Pengakuan Jujur

Single / 10 June 2008

Kalangan Sendiri

Sebuah Pengakuan Jujur

Fifi Official Writer
7331
Pengakuan yang jujur akan keinginan yang mendalam tidak mengindikasikan kurangnya iman. Saya akan mengatakannya sekali lagi. Pengakuan yang jujur akan keinginan yang mendalam tidak mengindikasikan kurangnya iman. Itu hanya sebuah kejujuran. Kebanyakan kita para lajang mengalami tuduhan ini jika kita berbicara dengan mereka yang telah lupa bagaimana kondisi mereka sendiri saat mereka masih lajang (jika mereka merasakan hal yang sama). Sepertinya diam dalam penderitaan itu lebih mulia, hidup dalam kepura-puraan itu lebih "rohani", dan tersenyum di balik rasa sakit itu lebih "benar". Saya tersenyum walaupun merasa sakit. Saya memberi, mengasihi, dan melayani. Tapi saya juga bersikap jujur.

Kita diijinkan untuk mengakui rasa sakit dan kesedihan yang kita rasakan, sama seperti Daud saat dia menangis dan berkata, "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:1). Tuhan tidak menyembunyikan wajahNya, kita tahu ini. Sebagai anak-anakNya, sebagai gerejaNya, yang dibeli dengan harga anakNya, kita adalah hartaNya yang berharga. Dia selalu memperhatikan kebutuhan kita dan ada kekosongan yang paling baik diekspresikan melalui ungkapan yang jujur kepada Satu-satunya yang paling perduli.

\"\"Kita diijinkan untuk mengakui bahwa seringkali kehidupan tidak terjadi seperti yang kita bayangkan atau rencanakan. Tuhan tidak antipati terhadap kejujuran kita dan Dia benar-benar peduli. Kita bukan orang-orang yang sudah kebal terhadap rasa sakit dan kesedihan, keinginan dan harapan, dan kita harus belajar untuk tidak berpura-pura. Kadangkala, ketidakmampuan untuk mengakui di bagian mana kita merasa sakit, lebih bermasalah daripada rasa sakit itu sendiri. Kita perlu mengakui kebutuhan kita, keinginan kita, dan mengakhiri doa kita sama seperti Daud yang berkata, "Tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatanMu. Aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku." (Mazmur 13:6).

Beberapa waktu lalu saya menulis apa yang saya bayangkan, percakapan saya dengan Tuhan.

Tuhan : "Ada masalah apa?"
Saya : "Aku kesepian!"
Tuhan : "Aku tahu. Apakah kamu tidak berpikir Aku mengetahuinya?"
Saya : "Ya Tuhan..."
Tuhan : "Lalu apa masalahnya?"
Saya : "Aku kesepian..."
Tuhan : "Apa yang kamu inginkan?"
Saya : (berusaha untuk sejujur mungkin)"Aku menginginkan apa yang Kau inginkan Tuhan..."
Tuhan : "Kamu sudah mendapatkannya."
Saya : "...."
Tuhan : "Sesuatu masih mengganggumu. Apa itu?"
Saya : "Aku sendirian."
Tuhan : "Kenapa itu menjadi masalah?"
Saya : "Aku tidak bahagia."
Tuhan : "Kenapa tidak?"
Saya : "Aku tidak mau sendirian."
Tuhan : "Kamu bilang kamu menginginkan apa yang Aku inginkan."
Saya : "Ya Tuhan..."
Tuhan : "Maka kamu mendapatkannya."
Saya : "...."
\"\"Tuhan : "Bukankah itu yang kamu inginkan?"
Saya : (akhirnya, benar-benar jujur) "Tidak Tuhan."
Tuhan : "Jadi kamu tidak menginginkan apa yang Aku inginkan?"
Saya : "Aku mau, tapi aku juga ingin menikah. Aku juga mau apa yang kuinginkan."
Tuhan : "Masalahnya bukan pada keinginanmu untuk menikah. Itu adalah keinginan yang baik. Masalahnya adalah kamu mengharapkan Aku seharusnya memberikan apa yang kamu inginkan pada saat kamu menginginkannya dan dengan cara yang kamu inginkan. Jika tidak seekor burung pipitpun jatuh tanpa sepengetahuanKu, jika Aku mendandani bunga bakung sedemikian indahnya, jika Aku mendandani rumput di ladang yang besok sudah lenyap, apakah kamu membayangkan Aku bisa melupakanmu? Aku tidak melupakanmu... Jangan kuatir..."
Tuhan : "Kamu masih menyimpan masalah... kenapa?"
Saya : "Aku hanya kesepian..."
Tuhan : (dengan lembut) "Aku tahu..."

Hati kita menemukan tempat yang nyaman dalam kesunyian. Dia tahu dan pengakuan saya akan rasa kesepian tidak menggangguNya. Dia tahu dan Dia peduli.

Sebuah pengakuan akan keinginan kita tidak mengindikasikan kurangnya iman, tapi itu bisa saja menyebabkan iman berkurang. Selama penantian akan keinginan kita, dosa bisa saja mulai meracuni dan, seperti anak kecil, kita mengeraskan hati, mengacungkan tinju, dan menuntut keinginan kita dipenuhi sekarang juga. Apa yang sesungguhnya ingin kita ketahui hanya bahwa kita tidak sendirian, tidak dilupakan, bahwa kita bisa mempercayai Tuhan untuk memberkati kita. Apa yang sebenarnya ingin kita tahu adalah bahwa di balik kabut ketidaktahuan kita, ada Tuhan yang selalu mengetahui dan mencintai kita, yang tidak pernah meninggalkan anak-anakNya. Lebih lagi, kita hanya ingin tahu bahwa Dia tidak hanya memberkati teman-teman kita dan mengutuk kita, bahwa bahkan di sini, saat ini, Dia mencintai kita.

\"\"Sebuah pengakuan akan keinginan kita tidak mengindikasikan kurangnya iman, tapi itu bisa saja menyebabkan iman berkurang. Bertumbuh dan menjadi dewasa berarti kita melihat melampaui saat-saat, melampaui saat ini, dan memahami bahwa kenyataan tidak berdiri sendiri. Kita adalah bagian dari rencana yang lebih besar. Saya tidak berpura-pura memahami tentang segalanya, tapi saya tahu siapa yang saya layani, saya tahu Dia mencintai saya. Saya tahu Dia mengerjakan semua hal bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Saya tidak tahu mengapa keinginan saya belum terpenuhi, tapi satu hal yang saya lakukan, "...melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-15). Kita yang sudah dewasa sewajarnya mempunya pandangan seperti itu.

Dalam pengakuan akan keinginan kita, kita harus mempertahankan iman kita. Ya, saya memulai hubungan-hubungan dan berani bertindak jika tindakan itu tepat, tapi hanya semua usaha saya saja tidak akan membawakan kepada saya seorang istri. Di samping itu, saya menemukan kedamaian dalam mempercayai Dia yang adalah Kasih itu sendiri untuk mencintai saya. Saya terus berusaha untuk menjadi seorang pria yang Dia inginkan untuk menyenangkan Dia.

Saya akan berusaha untuk mengenal seorang wanita dan untuk mecintai seorang istri suatu hari nanti tapi saya tidak dapat memotong atau mempercepat proses ini. Percayalah, saya sudah mencobanya. Saya memang kesepian, tapi saat ini "Aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku."

Sumber : boundless
Halaman :
1

Ikuti Kami