Daftar Kriteria
Ini adalah kesalahan yang paling menyesatkan karena sepertinya ini adalah ide yang sangat bagus. Anda mencoba merumuskan hal-hal apa saja yang harus ada dalam diri pasangan Anda dan hal-hal apa saja yang tidak bisa Anda terima. Anda melihat pasangan yang bahagia, mencatat apa saja yang membuat mereka bahagia, dan mereka-reka bagaimana untuk mempraktekkan hal-hal itu dalam kondisi Anda. Anda membayangkan bagaimana "sempurna"nya seseorang (yang akan menjadi pasangan Anda) ini.
Bahkan walaupun Anda mau berkompromi pada beberapa hal, warna rambut atau kesukaan menonton film misalnya, ada beberapa standar yang tidak bisa dikompromikan. Iman tentu saja, lalu diikuti dengan keseimbangan dalam hal kepandaian, kedewasaan, kepekaan, ketertarikan dalam komitmen pernikahan dan anak-anak, dan sebagainya. Mungkin ada beberapa detail yang spesifik bagi Anda. Saya misalnya, gampang terpikat pada orang yang sangat humoris dan sulit menerima orang yang tidak suka masakan Thai (ya saya tahu, saya pemilih). Jadi Anda berhasil mereka-reka bayangan dari pasangan impian Anda. Lalu salah satu dari kedua hal ini akan terjadi...
Kemungkinan pertama, Anda tidak pernah bertemu dengan orang yang memenuhi semua daftar kriteria Anda karena daftar itu sangat eksklusif dan penuh tuntutan, jadi Anda cenderung menolak atau tidak menanggapi seorangpun untuk alasan-alasan yang bodoh. Daftar kriteria Anda mencegah Anda mengalami kejadian tak terduga dimana Anda tertantang oleh seseorang yang mempunyai perspektif yang berbeda dengan Anda dalam memandang hidup, dunia, Tuhan, serta semua hal yang baik. Saya cenderung berpikir bahwa orang yang membuat daftar yang sangat eksklusif mungkin belum siap untuk menjalin hubungan. Namun dalam batas yang wajar, daftar kriteria dapat menolong untuk melindungi hati Anda dan membantu Anda memutuskan saat seseorang yang menarik mendekati Anda.
Kemungkinan kedua, yaitu jika Anda bertemu dengan seseorang yang benar-benar memenuhi seluruh daftar kriteria. Ini adalah pengalaman pribadi saya. Waktu kuliah saya bertemu dengan seorang pria yang saya pikir pasangan hidup saya, karena dia benar-benar cocok dengan semua daftar kriteria saya dengan sempurna, mulai dari iman, kepandaian, kelucuan, bahkan dia juga menyukai makanan-makanan "aneh" seperti saya. Saya kira saya juga memenuhi semua daftar kriterianya. Jadi kami mulai berkencan. Masalahnya adalah kami tidak benar-benar mengenal satu sama lain, kami hanya mengenali bahwa masing-masing kami telah memenuhi daftar kriteria.
Dalam hal ini, daftar kriteria mencegah kami mengenal satu sama lain untuk sementara, karena kami berdua sama-sama berasumsi kami sudah mengetahui apa yang perlu kami tahu. Lalu waktu berjalan, dan hanya butuh beberapa bulan sebelum sesuatu terjadi. Kami menemukan bahwa kepribadian dan temperamen kami tidak cocok satu sama lain, paling tidak selama kami berkencan. Pada akhirnya kami putus dengan tidak baik-baik, butuh 2 tahun bagi saya untuk memulihkan diri dan 2 tahun lagi sebelum kami berdua bisa berteman. Jangan salah paham, adalah hal yang baik jika Anda mempunyai beberapa standar tentang apa yang Anda inginkan dalam diri pasangan hidup Anda. Tapi adalah hal yang buruk jika Anda begitu terobsesi dengan bayangan semu. Bayangan semu mungkin tidak pernah menyakiti Anda, tapi dia juga tidak pernah mencintai Anda juga.
Prinsip Reformasi
Saya seringkali melihat masalah ini banyak dialami oleh wanita. Sebuah keyakinan bahwa kekuatan cinta dapat memindahkan dan mengubah seorang pria dari sisi gelap dosa kepada terang kebenaran. Kadang saya heran mengapa kebanyakan wanita yang saya kenal seperti terprogram untuk tertarik kepada tipe pria yang salah. Mungkin itu hanya ketidakdewasaan yang menganggap bahwa bahaya itu menarik, baik secara fisik maupun emosional. Mereka tertarik dengan pria yang bahkan tidak peduli dengan mereka, atau memanfaatkan mereka untuk hal-hal tertentu, atau yang tetap menjaga sikap "bersahabat" dengan mereka sementara melakukan hal-hal buruk di belakang mereka.
Saya juga pernah melakukan kesalahan ini. Setelah pulih dari sindrom "daftar kriteria", saya memutuskan untuk melakukan yang sebaliknya dan menemukan seorang pria yang benar-benar berbeda dari pria yang saya cari. Saya berpikir saya tidak akan berkomitmen terlalu cepat dan bisa belajar mengenal serta menyayangi seseorang yang benar-benar berbeda dengan saya. Dia "sempurna", dan mempunyai masa lalu yang buruk (maksud saya benar-benar buruk), dan dia sudah berhenti melakukan hampir semua dari masa lalunya itu, tapi dia masih berusaha menemukan pegangan yang baru, dan saya ingin menolongnya. Oh iya, dia baru saja putus dengan pacarnya (mereka sudah berhubungan selama 5 tahun) kira-kira 2 minggu sebelumnya. Anda tahu, kita seringkali tidak melihat "lampu merah" seperti ini jika kita sendiri yang mengalaminya.
Saya tetap setia karena saya yakin dia membutuhkan saya untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Tapi jika saya tidak salah ingat kronologisnya, setelah sekitar 6 minggu kami berkencan, kami putus, beberapa bulan saya menderita saat dia kembali berkencan dengan mantannya, lalu dia juga sempat mengajak saya kembali bersamanya setelah menyadari bahwa dia dan mantannya tidak akan berlanjut juga, kami sempat berkencan lagi selama 2 minggu, lalu putus lagi, dan beberapa bulan berpisah... sampai akhirnya berlawanan dengan perkataannya yang menyiratkan bahwa ada masa depan bagi hubungan kami, saya mendengar bahwa dia juga sedang terlibat secara intim dengan wanita lain. Itu sudah cukup bagi saya. Jika Anda mengenali diri Anda sendiri sedang mengalami gejala-gejala ini, jangan hiraukan kelebihan atau keunikan apapun darinya yang membuat Anda tertarik. Percayalah, mantan saya juga mengagumkan. Tapi dalam skenario ini, Anda tetap bisa menjadi temannya saja dan masih mengalami keunikannya itu, Anda tidak perlu sampai berkencan dengannya.
Anda lihat, mengubah orang lain adalah ide yang buruk karena Anda tidak punya kuasa untuk melakukannya. Anda bisa mengharapkan pasangan Anda menginginkan dirinya berubah menjadi lebih baik, dan Anda juga bisa berharap bahwa kasih karunia Tuhan dan iman Anda bisa mengubah mereka. Tapi tugas Anda sebagai teman bukanlah untuk mengubah mereka. Anda seharusnya berjalan (melalui saat senang dan sedih) bersama mereka, berdoa untuk mereka, tapi bukan mengubah mereka. Apalagi dalam membuat komitmen jangka panjang yang membutuhkan hubungan yang dekat untuk waktu yang lama, penggabungan rekening bank, dan anak-anak, Anda menginginkan seseorang yang dapat Anda terima apa adanya, termasuk semua dosa dan kegagalannya. Jangan takut bahwa orang yang dapat saling melengkapi dengan Anda dan dapat menyesuaikan diri dengan Anda akan membuat Anda bosan. Malah sebaliknya, saya menemukan bahwa rasa aman dalam hubungan romantis lebih menarik dibanding bahaya.
Terlalu Terfokus Pada "Kita"
Inilah kesalahan yang bersifat manipulatif. Ini memang bukan pengalaman pribadi saya, namun ada teman saya yang mengalaminya. Dia terjebak dengan fokus pada "kita", walaupun dia dan pacarnya adalah orang Kristen yang sama-sama takut akan Tuhan. Jadi menurut saya masalah ini juga penting untuk dibahas. Dengan kata lain Anda terlalu terfokus pada "kita" jika Anda lebih mementingkan hubungan dibanding orang-orang (Anda dan dia) yang terlibat di dalamnya. Biasanya ini dilakukan oleh orang-orang yang memandang hubungan dengan sangat serius, misalnya orang-orang yang sudah sangat ingin menikah. Mereka sudah melatih diri dalam segala kebaikan, pengertian, dan komunikasi. Mereka mau memaafkan dan mencoba lagi. Mereka senang karena mereka berpikir inilah yang terakhir. Dan dalam prosesnya, mereka lupa bahwa mereka seharusnya mengasihi seseorang, bukan sesuatu. Ini juga bisa disebut "jatuh cinta dengan cinta".
Saya mempunyai 2 orang teman. Mereka bertemu, saling menyukai, dan mulai berkomunikasi lewat email secara intens karena mereka berhubungan jarak jauh. Dan dengan cepat, mereka mulai membicarakan tentang pernikahan. Ini memang bukan hal yang buruk, tapi hasilnya, mereka belajar, menganalisa, dan mendiskusikan tentang hubungan mereka untuk menentukan keberhasilan pernikahan mereka. Dan sementara itu mereka gagal untuk mengenal lebih dalam satu sama lain dengan alamiah, dimana (menurut saya) niat untuk menikah dengan sendirinya akan muncul dari sana. Setelah beberapa lama, teman saya menyadari bahwa pacarnya tidak mengenalnya dengan baik sama sekali. Teman saya juga mengetahui bahwa teman-teman pacarnya ini lebih tua dan mereka semua sudah menikah atau akan menikah, jadi pacarnya merasa sedikit tertinggal. Pada akhirnya, teman saya bersikap bijak dengan melihat bahwa hubungan mereka memang merupakan hubungan yang semu dan membuat pacarnya menyadari hal yang sama. Dengan itu hubungan mereka berakhir.
Anda berhak untuk mengalami hubungan romantisme yang lebih baik, dan Anda masih punya kesempatan untuk menghindari atau tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.
Sumber : boundless