Hydro Energi, Harapan Ditengah Himpitan

Nasional / 27 May 2008

Kalangan Sendiri

Hydro Energi, Harapan Ditengah Himpitan

Puji Astuti Official Writer
5340

Harga minyak dunia melesat setinggi langit, kabar terakhir pada Jumat (23/5) harga sudah mencapai angka 135 dolar AS per barel. Jika ditengok lebih jelas kenaikan harga minyak dunia yang meroket itu sesuatu yang tidak masuk akal. Menurut ekonom yang pernah duduk sebagai Menteri Negara Perencaan Pembangunan, Kwik Kian Gie, bahwa biaya produksi minyak mentah hingga siap dipasarkan hanya sebesar 10 dolar AS perbarel, demikian ungkapnya pada sebuah tayangan televisi. Jadi bila Indonesia sebagai salah satu negara penghasil minyak dunia yang tergabung dalam OPEC, ikut tergerus akibat kenaikan harga minyak dunia, hal ini menimbulkan banyak pertanyaan.

Mungkin sudah waktunya, BBM sebagai sumber energi yang tidak terbaharui mulai dikurangi penggunaannya. Dan sebagai gantinya menggunakan energi alternatif lainnya. Energi alternatif yang saat ini sedang menjadi buah bibir adalah Hydro energi. Kabarnya energi alternatif yang ditemukan oleh Djoko Suprapto, alumnus Teknik Elektro Universitas Gajah Mada (UGM), sudah di ujicoba bahkan dipamerkan dihadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat digelarnya United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007 di Nusa Dua, Bali.

DJoko Suprapto, alumnus Teknik Elektro Universitas Gajah Mada (UGM) menemukan energi berbasis air yang disebut blue energy. Dia menemukan energi bahan bakar air di laboratoriumnya di Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk, Jatim pada 2007 lalu.

Teknologi Blue Energy temuan Joko prinsipnya menyediakan listrik yang murah untuk memproses air sebagai bahan bakar.

Cara kerjanya memecah molekul air menjadi H (+) dan O2 (-) dengan bantuan katalis-katalis dan proses tertentu sampai menjadi bahan bakar dengan jumlah ikatan karbon tertentu. Sehingga, blue energy bisa dijadikan bahan bakar alternatif pengganti solar, bensin, avtur, maupun minyak tanah.

Harga jual bahan bakar yang sering disebut sebagai Blue Energy ini rencananya Rp. 3000.- per liter. Entah apa yang terjadi, tetapi hingga kini belum terdengar lagi gaungnya tentang produksi blue energi. Pada hal sebuah surat kabar menuliskan bahwa sekitar bulan April 2008 lalu Blue Energi ini akan diluncurkan di pasaran.

Namun pada hari-hari mendekati waktu tersebut, ada kabar menghebohkan tentang hilangnya si penemu. Djoko Suprapto dikabarkan lenyap ditelan bumi, hingga pada 23 Mei lalu dikabarkan bahwa dia sudah muncul kembali di kediamannya di Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Namun Djoko masih belum bersedia ditemui oleh para wartawan dan hanya memberikan surat kepada wartawan melalui penjaga rumahnya, Kardono.

"Para wartawan yang terhormat, karena kesehatan saya masih perlu perawatan. Saya sekeluarga mohon maaf, belum bisa menemui rekan-rekan. Saya berharap segera bisa menemui para wartawan secepatnya," demikian surat yang ditulis Djoko.

Semoga energi alternative ini bisa segera diproduksi sehingga Indonesia tidak lagi dililit oleh kesulitan yang mengakibatkan penderitaan bagi rakyat kecil. Hal ini juga sebagai sebuah pemacu semangat bagi bangsa ini, akan adanya sebuah harapan ditengah himpitan kesulitan yang ada. Indonesia pasti bisa keluar dari krisis multi dimensi yang telah lama membelit. Mari bangkit anak bangsa, hasilkan yang terbaik bagi bangsa ini, bukan untuk nama, bukan untuk harta, namun untuk kesejahteraan rakyat.

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami