Parenting / 24 May 2008

Kalangan Sendiri

"Mama, Aku Takut!"

Fifi Official Writer
3427
Kecemasan dan rasa takut merupakan suatu perkembangan jiwa yang normal pada anak-anak. Jadi, wajar saja jika si kecil yang baru masuk TK mengatakan, "Mama, aku takut!" Di bawah ini sejumlah ketakutan yang biasanya dialami anak-anak.

Takut Berpisah
Rasa takut berpisah misalnya ketika si kecil baru memasuki sekolah. Meski sebentar, dia takut untuk Anda tinggalkan bersama suasana baru di kelasnya.

Ketakutan Umum
Misalnya, melihat anjing atau badut. Ada juga anak yang takut pada apa yang diceritakan orang lain tetapi dia belum pernah melihatnya. Seperti hantu atau meteor. Hal ini karena anak-anak mempunyai imajinasi yang aktif untuk membayangkan sesuatu.

Ketakutan Sosial
Anak berumur 5 tahun mungkin merasa takut karena menghadapi situasi baru dan melihat orang yang tidak dikenalnya.

Menghindari Sekolah
Pada waktu anak harus pergi kesekolah, ada beberapa anak yang merasa sedih, menangis, dan meminta tinggal di rumah. Mungkin ini hanya merupakan gejala dari rasa takutnya untuk berpisah.

APA YANG HARUS DILAKUKAN

1. Nyatakan Ketakutan
Contohnya, jika dia takut kehilangan Anda di toko atau supermarket, katakan padanya, ketakutan itu terjadi pada diri Anda juga dan karena itu Anda selalu memperhatikannya, tak mau jauh-jauh darinya karena khawatir ia hilang.

2. Bicara
Mendiskusikan masalah ketakutan yang sederhana kadang dapat mengurangi kegelisahan si kecil. Misalnya, anak dapat mulai tersipu-sipu malu tertawa jika mengingat mimpi terakhirnya yang menyeramkannya sehingga dia berani menceritakannya. Nah, jangan lupa dengarkan ceritanya dan hilangkan rasa takut anak.

3. Jangan Berharap Terlalu Tinggi
Hindari berharap secara berlebihan sehingga anak tidak takut untuk mengemukakan masalahnya.

4. Ciptakan Humor
Jika si kecil takut sekolah, ceritakan pengalaman lucu Anda di masa lalu. Ceritakan hal itu dengan penuh rasa humor.

5. Kapan Harus Minta Bantuan
Bicarakan ketakutan anak kepada dokter anak jika sudah sampai menggangu kegiatan keluarga, misalnya berhenti atau tidak mau bergaul, tidak mau pergi kesekolah, menggangu tidurnya, sampai mengubah tingkah lakunya. Jika dianggap perlu, dokter akan merujuk anak ke psikolog.

Sumber : nova
Halaman :
1

Ikuti Kami