Saya adalah salah satunya. Setelah melajang selama lebih dari 5 tahun sejak lulus kuliah, kemungkinan untuk menikah menjadi kecil, menemukan seorang istri seperti mencoba memenangkan sebuah undian. Dengan keadaan seperti itu yang berlangsung lama, saya berpikir mungkin saja saya merencanakan pemakaman saya sebelum mengucapkan janji nikah. Lalu sesuatu yang aneh terjadi, saya bertemu dengan seorang wanita yang cantik dan pintar. Dan kami berkencan. Saya melamarnya. Setahun kemudian kami menikah.
Setelah menikah, saya segera menemukan bahwa biaya hidup setelah menikah benar-benar berbeda. Saat melihat ke hari-hari lajang saya, saya menyadari bahwa pemikiran saya tentang pernikahan sangat berhubungan dengan tindakan saya yang tidak mempersiapkan apapun sehingga saya tidak siap saat kehidupan pernikahan itu tiba. Saya tidak merekomendasikan untuk menunda pernikahan sampai benar-benar siap secara finansial. Tanyakanlah kepada siapapun, hari "telah siap secara finansial" itu tidak akan pernah tiba. Tapi saya ingin menyarankan kepada para pria lajang, sebuah saran yang saya harapkan sudah saya dengar lama sebelum saya bertemu dengan istri saya.
Mulailah menyimpan uang untuk pernikahan anda sekarang, bahkan walaupun saat ini anda masih belum bertemu dengan calon pasangan anda. Saya tahu mungkin itu kedengarannya gila. Mungkin anda berpikir pernikahan itu sesuatu yang masih sangat jauh atau tidak akan ada dalam masa depan anda. Tapi kebanyakan pria menikah, dan percayalah, hari pernikahan anda mungkin saja lebih dekat daripada yang anda kira. Dengan mulai mempersiapkan diri secara finansial, anda tidak hanya membantu istri masa depan anda, tapi juga diri anda sendiri.
Ijinkan saya membagikan pengalaman saya. Selama saya masih lajang, uang bukanlah masalah bagi saya. Saya bekerja penuh waktu dan pengeluaran saya kecil. Untuk makan saya memesan fastfood atau makan di restoran. Saya berkecukupan, dan kadang berlebihan. Lalu apa yang saya lakukan dengan kelebihan itu? Menabungnya? Berinvestasi? Memberikan donasi amal? Membeli perabot rumah dan makanan sehat? Tidak, saya melakukan yang banyak dilakukan pria lajang lainnya, bersenang-senang dan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak saya butuhkan (liburan mewah, jeans mahal, truk sporty). Untuk apa saya bersusah-susah menghemat? Gaji akan saya terima lagi bulan depan, dan saya tidak perlu memperhatikan orang lain kecuali diri saya sendiri. Menyimpan untuk pernikahan adalah hal terakhir yang ada di pikiran saya. Tapi sejak saya memasuki kabut cinta, biaya yang harus dikeluarkan meningkat drastis, dalam waktu 6 bulan saya harus mengeluarkan uang untuk cincin, bulan madu, dan apartemen baru.
Itu hanya awalnya. Setelah pernikahan usai, biaya tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Istri saya tidak menuntut banyak, tapi memang jelas bahwa beberapa hal memang harus berubah. Yang pertama, dia tidak menyukai fast food dan makanan siap saji seperti saya (yang mahal dan tidak sehat). Tidak hanya urusan dapur, dia juga ingin mengganti sofa bekas saya yang sudah sobek dan bernoda. Tempat tidur saya juga tidak lagi berguna. Kami membutuhkan perabotan baru. Semua perubahan ini dan lainnya membuat saya berpikir, walaupun masalah keuangan sudah kami diskusikan sebelum menikah, namun proses yang kami jalani tidak mudah. Jika saja saya bisa kembali, prioritas pertama saya adalah menabung dan mempersiapkan keuangan. Dengan tidak membeli barang-barang mewah atau menghabiskan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak saya butuhkan, saya bisa menyimpannya dan pikiran saya akan lebih tenang.
Banyak orang-orang yang saya kenal lebih mempersiapkan hal-hal yang lain. Mereka pergi ke tempat fitness, merawat tubuh, diet, dan menatap diri di depan cermin, berharap seseorang tertarik. Atau mereka membaca banyak buku dan informasi tentang menemukan pasangan hidup, lika-liku hubungan romantis, membaca artikel di internet dari profesor yang nama belakangnya susah disebut. Beberapa bahkan berkonsultasi untuk mendandani dan memperbaiki kepribadian mereka. Meskipun semuanya itu perlu, tapi persiapan secara finansial jarang terpikirkan oleh kita. Padahal kesiapan secara finansial merupakan salah satu hal penting yang akan membuat kehidupan pernikahan menjadi lebih menyenangkan.
Menyimpan untuk pernikahan bukan hanya bijak, tapi juga alkitabiah. Bagian dari proses pendewasaan, khususnya untuk pria, adalah mempersiapkan diri untuk mampu menjadi pencari nafkah dan penyedia finansial keluarga. "Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman." (1 Timotius 5:8).
Menjadi seorang penyedia secara finansial seharusnya tidak baru dimulai setelah menikah. Daripada memandang masa lajang sebagai pelarian diri dari tanggung jawab finansial, kita seharusnya memandangnya sebagai masa untuk menjadi dewasa, waktu untuk bertumbuh secara spiritual, emosional, dan finansial. Sungguh mengagumkan bagaimana ke 3 aspek dari perkembangan anda ini dapat saling mempengaruhi baik diri anda maupun pasangan anda nanti. Jika anda seorang pria lajang, anda mempunyai kesempatan yang unik untuk memberkati diri anda dan istri masa depan anda sekarang. Menyimpan sebagian uang setiap bulan akan memampukan anda menyediakan sejumlah uang yang pasti dibutuhkan nantinya. Ingatlah pengalaman saya, dalam jangka panjang, kesiapan finansial ini berarti lebih banyak bagi pasangan anda dibanding barang-barang mewah.
Sumber : crosswalk