Anak Buah Lebih Pintar

Career / 11 April 2008

Kalangan Sendiri

Anak Buah Lebih Pintar

Fifi Official Writer
7484
Santi mulai merasa tidak nyaman dengan kehadiran Tiara si anak baru. Selama satu tahun menjadi junior manager, baru kali ini omongannya dibantah oleh anak buah. Anak baru, pula! Selama ini Santi dikenal sebagai orang yang well-organized, cerdas, tegas. Dia anak kesayangan bos. Dan si anak kesayangan ini "K.O." tak bisa menjawab bantahan Tiara.

Menurut Santi, Tiara sok tahu. Kan dia belum lama ada di kantor itu. Semestinya dia banyak bertanya, bukan rajin membantah. Karena itu, Santi merasa perlu memberinya beberapa tugas yang sulit. Plus, memberi teguran lisan. Sementara Tiara bingung. Pertanyaan-pertanyaannya kerap dijawab dengan nada tinggi. Dia tidak mengerti di mana salahnya. Semakin dia ingin tahu, semakin dia justru tak mendapat jawaban. Hingga puncaknya, dia dipanggil dan diminta untuk berhenti membangkang.

Membangkang? Terlintaspun tidak di kepala Tiara untuk melakukannya. Tapi mengapa dia dituduh begitu? Sebulan setelah itu semua, Tiara mengundurkan diri.
Peristiwa di atas, dalam bentuk yang lain, mungkin pernah anda alami. Bahwa si anak buah begitu pintar. Lebih tahu segala dengan analisis tajam. Dia lebih suka membantah dibanding bertanya. Anda merasa hidup begitu merepotkan semenjak kehadirannya. Benarkah apa yang Anda tangkap dan inginkan memang begitu faktanya?

Fakta 1:
Harus lebih pintar

Satu hal yang perlu anda terima sebagai atasan adalah, bos tidak harus tahu dan bisa segalanya. Anda "hanya" perlu me-manage, memastikan pekerjaan selesai sesuai jadwal dan kualitas. Anak buah, pada bidang pekerjaannya, memang harus lebih pintar dari anda. Dia harus bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya di lapang dan menyampaikan solusi itu pada anda.

Jadi, kalau anak buah anda lebih pintar dari anda di lapangan, itu bagus. Berbahagialah. Justru banyaklah bertanya padanya. Karena di situ fungsi anda, mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk bekal mengambil keputusan. Sebab, kelengkapan informasi ada pada anda. Malah perlu kita underline, anak buah itu harus lebih pintar dari bos. Hidup bos akan lebih nyaman.

Fakta 2:
Cenderung bicara cepat

Beberapa anak pintar punya kecenderungan bicara cepat. Berlomba-lomba antara apa yang berkelebat di kepalanya dengan daya mulutnya berucap. ltu membuatnya sering bertanya. Dia akan menghubungkan antara apa yang dia lihat dan apa yang harus dilakukannya. Bila ada yang tidak sesuai, maka dia akan segera bertanya. Dia tidak bisa mengerjakan sesuatu yang menurutnya tidak jelas.

Bila anda sebagai atasan kurang memberinya arahan yang jelas, maka siap-siap saja tiap lima menit dia akan mengetuk ruangan anda dan bertanya. lni jangan dianggap sebagal intimidasi atau anak sok tahu yang terlalu banyak tanya. Justru anak buah seperti ini akan melesat gila-gilaan begitu anda beri arahan yang rinci dan jelas. Tambahkan pula harapan anda terhadap pekerjaannya. Begitu dia tidak bertanya lagi, berarti dia mengerti. Begitu dia mengerti, siap-siap tersenyum melihat hasil kerjanya.

Fakta 3:
Tendensi tidak sabar

Sebagian anak buah pintar kadang tidak sabar. Dia bukan hanya tidak sabar pada sekelilingnya, juga pada dirinya sendiri. Kecepatan yang selama ini anda anggap normal, buatnya bisa jadi terlalu lambat. Anda perlu segera menangkap tendensi tidak sabar ini. Orang seperti ini perlu lebih sering diajak bicara. Bahwa bersabar adalah salah satu cara mencapai tujuan. Tipe ini akan senang diberi tugas tambahan. Begitu satu tugas selesai, segera evaluasi, dan berikan tugas baru. Beberapa orang yang cepat punya kelemahan, mereka kurang concern pada detil. lni yang perlu anda ingatkan berulang kali padanya.

Fakta 4:
Bisa "dimanfaatkan"

Hampir semua orang perlu pengakuan. Apalagi si cerdas. Apalagi kalau dia menyadari bahwa dirinya di atas rata-rata. Bahkan lebih pintar dari si bos, anda.
Tidak ada salahnya kan orang butuh pengakuan? Kalau tidak segera diakui, dia akan melakukannya dengan cara-cara yang di luar kendali. Dari awal, akui dan beri dia apresiasi. "Wah, kamu hebat sekali di bidang itu. Apa ide kamu kalau soal itu dikembangkan?" Lebih lanjut, ajak dia diskusi dan berpikir. lni akan membuatnya nyaman dan melupakan "rasa hebat"-nya. Setelah itu, percayalah, dia bisa dan akan rela anda "manfaatkan".

Coba enam hal ini. Anda akan lebih nyaman:
1. Positif
2. Selalu melihat potensi anak buah
3. Bersabar
4. Menjadwalkan coaching dan conseling
5. Memberi contoh
6. Kredibel.

Sumber : nova
Halaman :
1

Ikuti Kami