Saya teringat pada suatu sore di musim panas pada saat Ethan, yang pada saat itu berumur 6 tahun, sedang main baseball dengan ayahnya di halaman belakang. Perbincangan mereka berubah menjadi " Ethan ingin jadi apa pada saat dewasa?" Mendengar perbincangan mereka, saya tertawa pada jawabannya yang mudah ditebak, "pemain baseball profesional." Kemudian dia merubah jawabanya, jawaban yang mengejutkan saya. "Bukan! Aku ingin menjadi seorang Paus!"
Seorang Paus? SANG Paus baru saja berkunjung ke Denver untuk merayakan Hari Pemuda Nasional. Ah... pasti itulah alasan kenapa Ethan ingin menjadi Paus, tebak saya.
"Bisakah perempuan menjadi Paus?" tanya Ethan pada ayahnya. Evan menjawab, " Tidak, Ethan, perempuan tidak bisa menjadi Paus."
"Ah,,menyebalkan," ujar Ethan. "Kalau begitu aku tidak mau jadi Paus."
Kalau saya tidak salah, Steven Covey-lah yang mengatakan, "Mulailah dari (tujuan) akhir pikiran. " itu adalah pemikiran yang bagus. Dalam urusan mengasuh anak, kita harus cukup pintar untuk berhenti sejenak dan memikirkan kearah mana kita berjalan. Apa tujuan kita? Akan jadi apa dia?
Jawaban saya sendiri bervariasi tergantung pada musim di kehidupan anak saya. Seorang anak perempuan, anak laki-laki, perenang, murid, supir, pengasuh bayi, artis, pemain baseball professional, Paus. Tepat ketika saya rasa saya telah berhasil mengetahui akan jadi apa dia, mereka berubah. Sekarang anak-anak saya adalah seorang mahasiswa (setidaknya sekarang pada saat saya menulis artikel ini) dan seorang penata rambut yang juga orang tua tunggal.
Siapa yang bisa menebak? Akan jadi apa mereka?
Apa yang telah Tuhan "tumbuhkan/besarkan" di dalam saya? Sebuah ayat sederhana di Kitab Efesus mengganbarkan kita sebagai "buatan Allah" (Efesus 2:10). Jika Dia yang membuat kita, untuk tujuanNya, Dia pasti akan membesarkan dan mengasuh kita untuk mencapai tujuan tersebut. Kehidupan kita penuh dengan lika-liku, semuanya terjadi supaya kita menyadari potensi yang telah didisain dalam diri kita.
Sebagai ibu-ibu, saat kita membesarkan anak kita sangatlah mudah untuk kehilangan pandangan akan tujuan akhir sangat kita tenggelam dalam kesibukkan sehari-hari mengurusi anak-anak. Rapikan kamar kamu. Kerjakan PR. Kamu harus terlihat cantik saat keluar rumah (atau setidaknya tidak terlihat serampangan). Berpenampilan seperti saya. Berpikir seperti saya. Jadilah seperti saya. Lagian, sayalah ibunya.
Tetapi saya tidak membesarkan replika diri saya.
Apa yang saya besarkan? Tujuan saya adalah memberikan pengaruh pada anak-anak saya dengan cara yang membantu dia untuk mandiri, orang dewasa yang berguna yang, mudah-mudahan dan saya berdoa, menemukan kontribusi mereka yang unik untuk planet ini dan mengembangkan pengertian akan apa artinya dicintai oleh Tuhan.
Adalah baik untuk memulai dengan memikirkan tujuan akhir.
Sumber : Elisa Morgan, www.christianitytoday.com