Bayangkan skenario ini: Kantin di sekolah anak Anda sering dikunjungi oleh beberapa orang yang mengatakan bahwa merokok bukanlah masalah. Mereka membuat peringatan secara halus bahwa statistik yang menghubungkan rokok dengan kanker, stroke dan penyakit jantung adalah tidak benar karena banyak orang yang merokok secara rutin tidak pernah menderita penyakit ini. Mereka mengatakan bahwa kanker paru terjadi dua kali lebih sering pada perempuan dibandingkan dua generasi sebelumnya karena penyebab lain, misalnya pajanan terhadap asap bahan bakar pesawat jet, zat sangat beracun yang disebarkan oleh mantan agen KGB atau komplotan lain. Mereka mengatakan pada anak Anda bahwa hubungan antara merokok dengan kanker adalah kebohongan yang dibuat oleh pengacara yang mencari keuntungan dengan menuntut perusahaan rokok.
Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan menghubungi dewan sekolah atau polisi dan meminta agar pengacau ini diusir dari sekolah? Atau Anda akan mempertahankan kebebasan berbicara sebagai hak penting yang perlu dipertahankan dalam segala keadaan, walaupun mungkin akan mendorong perilaku yang berbahaya dan bahkan kematian?
Kita hidup dalam masa di mana informasi tersedia dan diedarkan pada masyarakat, termasuk anak-anak kita, dengan berbagai macam cara. Ketiadaan saringan yang efektif untuk melindungi yang rentan, informasi salah dapat mematikan. Sementara kita mengeluarkan milyaran dolar di seluruh dunia untuk pemberitaan layanan masyarakat yang mendidik anak-anak kita tentang bahaya penggunaan narkoba dan seks yang tidak aman, kita tidak berbuat banyak atau sama sekali tidak berbuat apa-apa untuk menentang suara-suara yang menentang bahwa HIV, virus yang sudah membunuh lebih dari 25 juta orang dalam satu generasi di seluruh dunia, tidak berbahaya sama sekali.
Orang yang menentang bahwa HIV tidak menyebabkan AIDS telah membentuk klub, menerbitkan surat edaran dan dengan bebas menyebarkan informasi yang sangat berbahaya tentang masalah ini melalui internet dan cara lain yang sangat banyak tersedia. Upaya untuk menutup situs ini atau mencegah penyebaran tulisan penyangkalan ini selalu ditolak dengan alasan bahwa penyebar berita memiliki hak untuk menyampaikan pendapat mereka dan bahwa hak publik dilayani dengan lebih baik dengan mempertahankan kebebasan berpendapat.
Sentimen serupa disampaikan dalam bentuk surat kepada kami - para peneliti di garis depan krisis AIDS sedunia - dari pembantu rektor dan wakil presiden sebuah universitas yang terkemuka di AS, setelah kami mengeluh bahwa salah satu anggota universitasnya telah menulis buku yang berdasarkan penyangkalan HIV-AIDS. Seharusnya universitas menunjukkan kewibawaannya terhadap masalah ini dan memecat anggota fakultas ini dari jabatannya, dan bukan berlindung di balik selubung kebebasan akademis.
Kami berpendapa bahwa standar penegakan kesehatan masyarakat yang sama harus berlaku untuk HIV-AIDS sebagaimana yang berlaku untuk rokok dan organisme lain, seperti tuberkulosis (TB), yang menyebabkan epidemi penyakit menular.
Kami sudah lama menerima bahwa masyarakat yang bebas berkewajiban untuk menerapkan batasan terhadap kebebasan berbicara demi kepentingan keamanan publik. Di antara ilmu hukum/juriprudensi lain, hakim agung Oliver Wendell Holmes yang terkenal dengan vonisnya dalam kasus Schenck v. United States (1919) menyatakan bahwa hak untuk kebebasan berbicara tidak mengizinkan seseorang berbohong dan sengaja berteriak "api" di dalam bioskop yang penuh orang karena cedera dan kematian yang dapat terjadi saat orang berebut menuju pintu keluar.
Penyangkalan HIV adalah mematikan. Hal ini bertanggung jawab terhadap penularan pada sedikitnya ratusan ribu orang di dunia dibandingkan yang tidak tertular dan meninggal bila tidak ada penyangkalan. Thabo Mbeki Presiden Afrika Selatan dan menteri kesehatannya, penyangkal HIV hingga tahun lalu, ada di antara mereka di Afrika yang tidak sekadar puas dengan pengabaian semata-mata serupa burung unta (yang menguburkan kepala dalam pasir), yang secara terang-terangan terus menyebarkan informasi yang salah tentang penyakit HIV, dan dapat dianggap menunjukkan kepemimpinan yang begitu berkurang sehingga menjadi kriminal.
Pertengahan tahun lalu, waktu tekanan politik yang dilakukan oleh International AIDS Conference di Toronto, Kanada akhirnya menyebabkan mereka mengubah kedudukan mereka, presentasi ilmiah memperkirakan bahwa jumlah orang yang terinfeksi HIV di Afrika Selatan kira-kira 25 persen lebih tinggi dibandingkan bila tidak ada kebijakan pemerintah yang semacam itu.
Alasan penyangkalan AIDS mungkin berbeda tergantung pada penyangkal masing-masing, tetapi jelas tidak semuanya didorong oleh kebijakan politik. Di Amerika, putri seorang perempuan yang terinfeksi HIV bernama Christine Maggiore meninggal karena AIDS dua tahun lalu karena dia tidak diobati dengan obat anti-HIV (ARV). Alasan ibunya adalah karena obat tidak mungkin bermanfaat, karena obat hanya melawan virus yang tidak ada hubungannya dengan AIDS. Di Kanada, kasus serupa menghasilkan dua anak terinfeksi HIV yang dipindah secara paksa ke orang tua asuh yang memastikan bahwa mereka menerima perawatan yang tepat. Anak tersebut selamat.
Dalam kasus baru ini di Australia, seorang laki-laki dituduh menularkan HIV ke beberapa pasangan seksnya. Dia menyadari statusnya sebagai HIV-positif, tetapi menentang bahwa belum terbukti secara penuh bahwa HIV adalah penyebab AIDS. Pembelaan kasusnya sebagian berdasarkan informasi yang didapat dari situs internet dari anggota gerakan penyangkalan HIV. Laki-laki ini dihukum, tetapi sedang mengajukan banding, dan banyak kasus serupa yang masih belum terselesaikan di Amerika Utara dan daerah lainnya.
Pembuat keputusan/kebijakan kami perlu membuat undang-undang untuk meletakkan batasan yang tepat terhadap pendapat yang tidak bertanggung jawab semacam itu dan untuk menentang tindakan merusak yang terus dilakukan oleh para penyangkal. Bukti ilmiah bahwa HIV menyebabkan AIDS tidak kalah kuat dibandingkan dengan bukti bahwa merokok menyebabkan kanker dan penyakit jantung. Pada saat pengembangan pengobatan HIV-AIDS dan harapan hidup mendorong kepuasan baru bagi anak-anak kita yang sangat mengkhawatirkan, pembuat kebijakan perlu tunduk pada fakta ilmiah dan menghentikan penyampaian kebohongan yang mematikan ini.
Sumber : spiritia.or.id