Lepaskan Ishak Anda

Single / 20 October 2007

Kalangan Sendiri

Lepaskan Ishak Anda

Fifi Official Writer
8776

Saya mulai mengerti bahwa ada saatnya dimana kita diminta untuk melakukan hal-hal yang sangat sulit. Kadangkala Tuhan menguji kesetiaan dan kepercayaan kita kepadaNya. Ketika anda sungguh-sungguh melayani Tuhan, Dia akan menunjukkan beberapa hal dalam hidup anda yang berpotensi untuk menempati posisi penyembahan yang seharusnya hanya menjadi milikNya. Dia cemburu akan kasih kita dan Dia tidak akan mengambil tempat kedua dalam hidup kita. Saya ingin membagikan satu pengalaman pribadi saya pada anda. Baru saja saya mengalami pergumulan yang serius tentang konsep komitmen dalam pernikahan.

Saya hidup sebagai Laura Bagby, seorang wanita lajang (dan saya masih lajang sampai saat ini). Saya tahu siapa saya dan kebiasaan saya. Sepanjang hidup ini saya sudah merencanakan, bermimpi, dan khawatir seorang diri. Tapi seperti apa jadinya jika saya menjadi seorang dari sepasang? Dapatkah saya menukarkan kebutuhan saya dengan kebebasan? Apakah saya mampu berurusan dengan kesalahan, kebutuhan, dan jadwal orang lain? Dan bagaimana saya akan tahu apakah saya telah memilih pria yang tepat untuk menjadi suami saya di masa depan? Bagaimana tepatnya anda akan mengetahui bahwa anda telah menemukan "seseorang yang tepat" itu? Pikiran saya terus berputar, mencari kejelasan atas pertanyaan-pertanyaan itu, dan seringkali berakhir dengan kelelahan, kebingungan, dan rasa frustasi. Emosi saya juga ikut turun naik. Saya lalu mulai mencari Tuhan untuk mendapat pengertian dan arah, dan saat itulah Tuhan berbicara pada saya. Tidak, saya tidak mendapat jawaban atas semuanya, tapi saya mendapat sebuah jawaban, yang saya sadari ketika saya berdoa di altar di satu Minggu pagi.

Sebelum saya mulai berdoa, seorang wanita berambut merah mendekati saya, memandang saya dan berkata, "Saya tidak tahu pasti apakah ini berasal dari Tuhan atau tidak, tapi saya kira Tuhan berkata bahwa anda perlu melepaskan Ishak anda. Anda telah mempunyai harapan-harapan, anda mempunyai ide-ide yang anda pikir akan membuat anda bahagia, namun itu tidak benar sepenuhnya. Tanyakanlah pada Tuhan apa yang perlu anda lepaskan. Sepertinya anda memegangnya terlalu kuat, namun Tuhan sedang menunggu anda untuk menyerahkan itu padaNya sebelum Dia bisa bergerak..." Ugh... itu adalah hal yang sama seperti yang saya dengar berbulan-bulan yang lalu -"melepaskan". Anda tahu bagaimana sulitnya seseorang yang keras kepala dan ngotot untuk melepaskan sesuatu? Seperti Yakub yang bergumul dengan malaikat Allah, anda mencengkeram erat-erat hidup anda. Berikan saja kendali atas hidup anda kepada Tuhan saat anda tidak tahu apa yang akan Dia katakan atau lakukan atau saat anda merasa akan sangat sulit untuk merubah pikiran anda. Saya tahu bahwa kita seharusnya tidak mengandalkan pengertian kita sendiri dan percaya sepenuhnya kepada Dia (Amsal 3:5). Namun ketika anda telah mempunyai dasar pemikiran sendiri dalam beberapa area kehidupan dan anda telah menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu anda sebagai dasar dalam membuat keputusan untuk sekian lamanya, sepertinya akan sulit untuk tidak memikirkan semuanya itu dalam sekejap. Namun perkataan wanita itu tetap menggema dalam pikiran saya: "Lepaskan Ishak anda. Bertanyalah pada Tuhan apa maksudNya. Lepaskanlah."

Saya tahu berdasarkan alkitab, melepaskan Ishak anda artinya sangat jelas. Itu yang Allah minta untuk Abraham lakukan dalam Kejadian 22. Abraham diminta untuk mempersembahkan satu-satunya putra yang sangat dicintainya, Ishak, sebagai korban bakaran bagi Allah di gunung Moria. Waktu itu tuhan tidak menjelaskan apapun, dan menariknya, Abraham tidak berdebat dengan Allah. Ini menarik bagi saya karena jika saya jadi Abraham, saya akan berdebat untuk mempertanyakan ke"logis"annya. Abraham bangun keesokan paginya dan langsung melakukan apa yang Tuhan minta. Abraham mempersiapkan semuanya, bahkan sampai kepada waktu ketika dia mengikat Ishak, menempatkannya di atas kayu api, dan mengangkat pisau untuk membunuhnya.

Di sanalah Abraham, diminta untuk melakukan hal yang sebenarnya ingin dia hindari (sama seperti kita semua), namun hatinya tetap dipenuhi damai sejahtera. Saya kagum dengan pola pikir Abraham sampai titik ini. Bayangkan saja, dia melepaskan Ishak, satu-satunya solusi pemenuhan janji Allah yang dia punya untuk masa depannya. Bahkan saat Ishak sendiri bertanya padanya tentang apa yang mereka akan gunakan sebagai korban bakaran, Abraham, berkata dengan bijak dan tenang (yang datang dari iman), "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Saya yakin Abraham mengenal Siapa yang dia layani, dan Tuhan akan membuat jalan yang melampaui pengertiannya. Tuhan akan menyediakan jalan keluar. Saya sangat kagum pada level "melepaskan" yang dilakukan Abraham itu. Jika anda mengetahui ceritanya, Abraham menerima kemurahan Allah hari itu. Pada saat-saat terakhir, malaikat Tuhan mencegah Abraham membunuh anaknya. Setelah terbukti bahwa Abraham memang akan mengorbankan anaknya sendiri demi menaati Tuhan, Tuhan tidak hanya menyediakan domba jantan sebagai pengganti Ishak, namun Dia juga memberkati Abraham dan juga keturunan-keturunannya kelak. Abraham dan Sara kemudian mempunyai banyak anak, dan itu karena Abraham percaya pada janji-janjiNya.

Semua itu adalah sebuah ujian. Ujian yang bukan hanya menguji kasih Abraham pada Allah, tapi juga menguji apakah Abraham akan terus mempercayai Tuhan dalam hal waktu dan pemenuhan janjiNya, atau apakah dia akan menangani situasi ini sendiri dan memaksakan keinginannya. Kita bisa melihat kekacauan yang ditimbulkan karena Abraham melakukan pilihan yang kedua dalam hidup Hagar dan Ismael (lihat Kejadian 16). Keinginan untuk menjadi seorang ayah (secara berlebihan) adalah titik lemah Abraham.              

Saya tahu titik-titik lemah itu. Ishak saya berkaitan erat dengan persepsi dan pemikiran saya yang salah tentang pernikahan dan suami masa depan saya, dan itu mempengaruhi sikap saya dalam menjalani hidup saya. Jadi saya mulai bertobat, saya merasa hancur hati karena hati dan pikiran saya tidak sejalan dengan kehendakNya untuk saya, dan karena saya tidak taat. Dengan lembut Dia berbicara pada saya tentang beberapa kisah masa lalu saya, khususnya karena saya perlu untuk memisahkan hati saya dari pacar-pacar saya di masa lalu, atau pria-pria yang pernah dekat, karena saya masih menggunakan mereka sebagai tolak ukur untuk hubungan-hubungan saya saat ini, padahal beberapa dari antara mereka sudah tidak pernah saya jumpai selama 5 tahun atau lebih! Saya terkejut mendapati bahwa pria-pria itu masih mempunyai pengaruh kepada hati saya. Saya merasa bahwa saya harus menemukan setiap foto, kartu, surat, atau email dari setiap pria dari masa lalu saya itu dan membuang semuanya.

Saya mengumpulkan beberapa benda kenangan dan saya letakkan semuanya di kursi. Saya berkata pada diri saya sendiri bahwa saya telah melakukan langkah besar dan saya akan menyelesaikannya besok setelah saya merasa sedikit tenang. Saya seseorang yang sentimental, dan saya sebenarnya tidak ingin menghancurkan semua kenangan itu segera, saya tidak mau nantinya saya menyesal. Lagipula semua benda itu mengingatkan saya akan saat-saat yang menyenangkan, membuangnya berarti menghapus kenangan-kenangan indah itu. Saat saya hendak tidur malam itu, Roh Kudus mengingatkan saya tentang Matius 18:9, "Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu...", dan saya melihat diri saya seperti istri Lot,, yang menoleh ke belakang untuk melihat Sodom dan Gomora, dan berakhir dengan menjadi tiang garam (Kejadian 19:26). Saya tahu bahwa saya tidak bisa bergerak maju jika saya masih memegang erat dan hidup dalam masa lalu.

Lagipula, mengapa saya masih mau mempertahankan sesuatu yang berada di antara diri saya dan berkat masa depan saya? Mengapa saya masih membutuhkan kenangan sebagai pengingat dari pria-pria itu? Mereka tidak lagi peduli. Apakah saya begitu rapuh dan begitu tidak aman? Mereka semua mungkin saja telah menikah dan mempunyai hidup mereka sendiri. Mereka sudah bebas dari masa lalu mereka, saya juga seharusnya sudah bebas dari masa lalu saya. Selagi saya mencari semua benda-benda kenangan lainnya, Tuhan mengingatkan saya akan sesuatu di garasi yang telah saya lupakan, surat-surat cinta dari pria yang menyukai saya saat SMA, dan bahkan juga dari anak laki-laki yang menyukai saya waktu SD! Saya malu mengakui bahwa saya tetap menyimpan semua itu selama ini. Saya menyobek-nyobek semuanya dan membuangnya ke tempat sampah.

Ternyata itu belum selesai. Dalam tidur saya bermimpi tentang pacar saya waktu kuliah dulu. Dalam mimpi saya dia masih lajang, masih kelihatan sama seperti dulu, dan mendatangi saya untuk menjalin hubungan kembali dengan saya. Tentu saja, dalam mimpi saya orang tua saya bahagia dengan reuni ini. Saya terbangun pagi harinya dan menjadi frustasi karena dia masih ada di pikiran saya. Saya makin termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaan membuang benda-benda kenangan itu. Saya menghapus semua email kenangan, saya tidak membacanya ulang, saya hanya menekan tombol "delete". Setelahnya, saya jadi lebih lega. Namun apakah itu berarti semuanya sudah selesai? Apakah saya sudah melepaskan Ishak saya? Ternyata belum sepenuhnya.

Saya masih melepaskan hal-hal lainnya kepada Tuhan, sampai saat saya menulis ini untuk anda, itu adalah tantangan yang saya hadapi setiap hari. Setiap Tuhan menunjukkan pada saya hal berikutnya yang Dia ingin saya serahkan, saya berdoa meminta kekuatanNya. Saya masih berusaha untuk tidak mengandalkan pengertian saya sendiri, sangat sulit, karena saya tipe orang yang analitis. Namun itu juga sebuah berhala yang harus diletakkan di bawah salib. Saya berdoa, "Tuhan, Kau Tuhan saya, Kau yang menunjukkan saya jalanMu, Jagai langkah-langkah saya tetap di jalur yang benar." Dan saya percaya Dia akan melakukan apa yang perlu dia lakukan, Dia juga akan memampukan saya untuk melakukan apapun yang perlu saya lakukan untuk mengikuti Dia.

Bagaimana dengan anda? Apakah ada hal-hal berharga yang perlu anda lepaskan? Bertanyalah pada Tuhan apa saja Ishak dalam hidup anda, hal-hal yang menghambat perjalanan anda denganNya, dan di area mana saja anda mengalami masalah dalam mempercayai Dia untuk pemenuhan janji-janjiNya. Dia akan menunjukkannya pada anda. Saya yakin bahwa, sama seperti yang dialami Abraham, Tuhan benar-benar ingin menjawab keinginan-keinginan hati kita, namun Dia ingin melakukannya dengan caraNya dan pada waktu yang tepat. Dia menginginkan kita mempunyai sikap taat dan hati yang menyembah kepadaNya. Mari tetap berbuat baik dan benar, tinggal dalam roh yang rendah hati, dan tetap memandang kepada Tuhan yang menyediakan. "... bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4).

Sumber : Laura Bagby - CBN
Halaman :
1

Ikuti Kami