Orang Jepang terkenal memiliki kemampuan menciptakan teknologi baru dan mengekspor teknologi canggih mereka ke negara-negara lain. Tetapi saya menemukan bahwa di sebuah salon kecantikan di Tokyo, ada praktek baru yang belum tentu akan disukai oleh orang lain.
Saya selalu diajari untuk tidak memasukkan benda apapun yang ukurannya lebih kecil dari jari kelingking saya ke dalam telinga. Menggunakan korek kuping untuk membersihkan lubang telinga bisa menyebabkan kerusakan. Jadi saya tidak pernah melakukannya. Saya malah tidak memperhatikan kondisi telinga saya. Mungkin itulah sebabnya saya merasa gugup ketika duduk di sebuah kursi yang empuk sambil menatap layar yang menayangkan isi telinga saya.
Saya datang ke Tokyo untuk mencoba salah satu perawatan dengan teknologi canggih yang terbaru, yang biasanya diperuntukan bagi pengusaha pada waktu senggang. Di sebuah salon kecil bernama Mimi Kurin (yang berarti telinga bersih), di lantai tiga sebuah gedung tidak jauh dari salah satu stasiun kereta api terbesar di Tokyo, karyawan salon membersihkan segala macam kotoran di telinga anda dengan sebuah sekop yang dihubungkan ke kamera kecil. Anda akan dipersilakan duduk di kursi hijau dan bersantai.
Di hadapan anda, terpasang televisi layar datar dengan gambar yang tampak seperti matahari dengan latar belakang hitam. Sewaktu pegawai salon mengambil alat itu, anda sadar bahwa gambar di layar adalah gambar dari dalam telinga anda. Gambar itu memperlihatkan telinga anda semakin mendekat dan dalam hitungan detik alat tersebut masuk ke lubang kuping. Sudah pasti bahwa pemandangan di dalamnya tidak menyenangkan.
Saluran telinga manusia panjangnya kira-kira 3 cm. Wanita yang menangani telinga saya bertekad untuk mengambil kotoran sebanyak mungkin dari dalam. Di saat pegawai salon yang mengenakan masker itu mengorek kerak-kerak kotoran, saya menyaksikan semua pemandangan mengerikan itu di layar televisi.
Teknik Rumit
Rasanya geli, tetapi agak menyeramkan. Rasanya seperti sekop tadi masuk terlalu dalam, meski terus terang yang sebenarnya mungkin alat itu hanya masuk sedikit dan peraaan saya dipengaruhi oleh pengamatan di layar kaca di hadapan saya.
Pegawai salon itu, Maria, mengatakan kepada saya bahwa dia adalah mahasiswi jurusan antropologi. Ini adalah pekerjaan sambilan. Diperlukan waktu satu bulan untuk bisa menguasai teknik ini tambahnya.
"Mengapa anda mau melakukan pekerjaan ini sepanjang hari?" saya bertanya kepadanya.
"Saya suka melakukan hal yang berbeda, yang tidak biasa," kata Maria.
Tampaknya semua pelanggan salon Mimi Kurin adalah pria, di usia tiga puluh tahunan atau lebih. Ketika saya menanyakan kenapa mereka yang datang ke salon itu, Maria tertawa. "Laki-laki biasanya malas membersihkan telinga, sedangkan perempuan lebih rajin," jawabnya.
Sebelum saya sempat membantah anggapan bahwa laki-laki kurang bersih, Maria memindahkan kursinya dan memasukkan alat sekop ke dalam telinga kiri saya. Gambar yang saya saksikan di layar benar-benar mengerikan. Kotoran telinga menumpuk di dalam salurang telinga saya. Mungkin saya mengada-ada, tetapi kalau tidak salah Maria pun ikut terkejut melihat isi kuping kiri saya itu. Mungkin apa yang dia katakan tadi tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan ada benarnya.
Telinga Nenek
Di Jepang membersihkan telinga adalah aktivitas keluarga. Teman saya yang duduk di sebelah saya, Miho, bercerita bahwa ayahnya dulu punya teknik bagus untuk membersihkan telinga sewaktu Miho masih kecil. Caranya adalah dengan menempatkan kepala Miho di atas pangkuannya di saat ayahnya mengorek telinga Miho dengan sekop kayu kecil.
|
Miho kemudian menunjukkan salah satu sekop itu di apotik. Panjangnya sekitar 10 cm dengan spons kecil di salah satu ujungnya untuk membersihkan debu-debu kotoran.
"Ini tidak bisa dibeli di luar Jepang," kata Miho kepada saya. "Sewaktu saya tinggal di London, saya minta teman di Jepang mengirimkannya."
Bagi Miho, membersihkan telinga dengan teknologi canggih membuat dia mengenang masa kecil. Dulu dia sering membersihkan telinga neneknya, karena penglihatannya bagus sehingga nenek Miho mempercayakan tugas tersebut kepadanya.
Di salon Mimi Kurin ini, tampaknya jelas kalau kuping Miho jauh lebih bersih dari telinga saya karena dia lebih dulu selesai dan beralih ke perawatan lainnya, pijat kepala dan pudak. Di luar, seorang pria berdasi duduk dengan sabar untuk menunggu gilirannya.
Pilihan Canggih
Di sudut Tokyo, di dekat stasiun kereta api ini, ada begitu banyak pilihan bagi pengusaha yang punya waktu senggang selama satu jam di antara kesibukannya. Papan-papan iklan yang dihiasi dengan lampu neon yang berkelap-kelip menawarkan berbagai jasa di gang-gang sempit.
Di sekitar daerah Shinjuku anda bisa menyewa kamar-kamar pribadi dengan akses internet. Atau anda bisa menonton video porno, bernyanyi karaoke, mengunjungi toko pernak-pernik dan kedai mainan judi pachinko. Atau anda bisa datang ke salon seperti Mimi Kurin untuk membersihkan telinga. Daya jual utama dari bisnis itu adalah jasa baru dan teknologi canggih. Dua hal yang sangat disukai oleh orang Jepang.
Telinga saya akhirnya selesai dibersihkan dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan saya mendengar suara dalam kondisi stereo. Saya membayar bon di kasir bersama Miho. Ternyata harganya cukup murah tapi kurang sebanding dengan tugas pegawai salon itu, yang harus menangani telinga orang lain yang kotor. Saya diberikan sebuah kartu plastik dengan data lengkap saya tertulis di sana. Tampaknya Maria menilai saya perlu menjadi langgaran, agar bisa rutin datang untuk membersihkan kuping saya.