KISAH ROSIANNA SILALAHI

Entrepreneurship / 21 September 2007

Kalangan Sendiri

KISAH ROSIANNA SILALAHI

albert Official Writer
31539

Dalam usianya yang masih muda (34 tahun), Rosianna Silalahi telah menjadi salah satu jurnalis TV Indonesia yang berdampak. Ia pernah terpilih sebagai salah satu dari 6 jurnalis TV dari Asia yang mewawancara Presiden AS George Bush, dan telah meliput di berbagai area krisis termasuk di zona perang di Kalimantan, Ambon dan Aceh. Saat Pemilu, Rosianna memproduksi program ‘Kotak Suara' yang membahas mengenai money politics sehingga ia memenangkan penghargaan ‘Indonesia Journalist Board' di tahun 2004. Kini Rosianna menjabat sebagai Editor-in-Chief Liputan 6 SCTV. Ternyata, mereka yang telah meninggalkan legacy mendalam dalam diri Rosianna adalah ayah dan ibunya, serta Nelson Mandela.

"Ayah mendidik dan mewarisi saya bukan dengan kekayaan materi tetapi dengan kekayaan akan keteladanan. Beliau mencontohkan ketaatan pada Tuhan, kesederhanaan dan hidup dengan nilai. Sementara itu Ibu memberikan dasar pendidikan dengan mengajarkan saya untuk teguh mengejar impian namun sekaligus kesabaran untuk menuai hasil.

Sementara itu Nelson Mandela adalah pemimpin yang saya kagumi. Ia memberikan keteladanan pada rakyatnya untuk melepaskan dendam dan ia memulai dari dirinya sendiri. Ia menderita dan mendapat siksaan saat di penjara, tapi ia juga yang pertama mengulurkan tangan untuk perdamaian

Karena itulah, saya selalu percaya bahwa kepemimpinan tidak dilihat dari posisi atau jabatan struktural, atau dengan otot. Buat saya kewibawaan seorang pemimpin terletak pada otaknya ditambah dengan bagaimana pemimpin itu melakukan pekerjaannya. Sebagai pemimpin kita harus tahu dan mengerti apa yang sedang kita atau anak buah kerjakan.

Dan saya beruntung menjadi seorang perempuan. Buat saya keunggulan perempuan sebagai pemimpin adalah kami memiliki kelembutan untuk merangkul sekaligus ketegasan untuk memutuskan. Yang lebih jadi kesulitan bagi saya dalam melakukan fungsi kepemimpinan di tempat kerja adalah berinteraksi dengan orang orang yang lebih mementingkan nominal uang daripada membangun brand. Pola pikir jangka pendek-lah yang sering membuat saya jengkel.

Warisan yang Diteruskan

Sebagai pemimpin, hal utama yang berusaha saya wariskan kepada orang-orang yang saya pimpin adalah NILAI. Saya selalu mengatakan pada tim saya bahwa kita harus bekerja dengan nilai (work with value). Tidak ada artinya kita sukses tapi tidak memegang teguh nilai. Kami yang bekerja di dunia televisi berada dalam sebuah industri yangs sarat dengan kapital dan persaingan ketat. Kita memang tak bisa menutup mata pada apa yang disebut dengan keinginan pasar, tapi bukan berarti kita hanyut dan mengorbankan nilai yang kita pegang teguh. Salah satu yang selalu saya katakan dan tertulis dalam buku "Dasawarsa Liputan 6" adalah: "eksklusifitas adalah satu hal tapi kemanusiaan adalah yang utama". (sumber: GetLife, edisi 31)

 

Halaman :
1

Ikuti Kami