Apa kebiasaan buruk suami anda yang paling menyebalkan? Apakah cara dia makan atau kebiasaannya menggoyang-goyangkan kakinya?
Bagaimana bisa anda menghadapi kebiasaanya yang menjengkelkan itu? Cobalah katakan yang sebenarnya, dalam kasih (Efesus 4:15). Katakan pada suami anda, dengan suara yang tenang, lebih baik lagi kalau dengan menyelipkan humor-humor, bahwa apa yang dia lakukan mengganggu anda. Mungkin dia akan melakukan sesuatu untuk merubah kebiasaannya. Biar bagaimanapun kebiasaan lama susah untuk dirubah, jadi jangan berharap sesuatu yang instan.
Sekali suatu perilaku buruknya telah diberitahukan kepada suami anda, berikutnya anda bisa mengekspresikan perasaan anda apabila dia mengulanginya
Sementara itu, cobalah untuk mengakui bahwa anda mungkin punya kebiasaan buruk juga. Mungkin jika kamu minta pasangan anda mengenali kebiasaan-kebiasaan kecil anda dan berusaha untuk memperbaikinya, anda tidak akan berkonsentrasi pada kebiasaan buruknya.
Apabila pendekatan ini tidak berhasil, pertimbangkanlah untuk memakai gelang "What Woluld Jesus Do?". Gelang itu mungkin bukan aksesoris yang oke untuk koleksi perhiasan anda, tapi motonya itu baik untuk diingat, terutama pada saat-saat penuh tekanan. Saya telah berpikir untuk mencetak "What Wolud Jesus Do?" di atas kertas sticker dan menempelnya di cermin kamar mandi kami. Jadi nanti kalau aku menemukan pasta gigi di kamar mandi tidak ditutup,dan tergelatak dalam genangan gel yang lengket dan dingin, aku mungkin tidak akan kehilangan kedinginanku.
Jangan lupa untuk berdoa untuk suami anda. Mintalah kesabaran. Bawa keluh kesah anda pada Tuhan. Percayalah Dia akan membuat segalanya lebih baik di antara anda berdua.
Mungkin akan membantu jika anda menuliskan daftar hal-hal yang membuat anda gila. Pada saat anda memandangnya, anda akan melihat betapa kebanyakan isi dari daftar itu tidak ada artinya. Memang benar, kutu dan semut itu menyebalkan walaupun ukurannya kecil. Tapi kita harus mengembangkan perilaku baru mengenai hal kecil ini, seperti judul buku Richard Carlson Don't Sweat the Small Stuff...and It's All Small Stuff (Jangan Permasalahkan Hal-hal Kecil... dan itu semua hanya hal-hal kecil)
Pada saat kita sudah tenang, kita bisa mulai mengembangkan rasa kasih kita pada pasangan kita, walaupun dia punya kebiasaan buruk. (Ini kedengarannya seperti sesuatu yang Yesus akan lakukan, bukan?) Caludia Arp, penulis, mengusulkan supaya kita santai saja. " Ada saat-saatnya dalam pernikahan dimana kita akan tertawa atau menangis. Dave dan aku memutuskan sebisa mungkin, kami akan memilih tertawa daripada menangis."
Jangan Sentuh Tombol Itu
Mari kita lihat 1 area lainnya dimana perang kendali terjadi setiap hari di antara sepasang suami istri : menonton televisi.
Banyak pasangan memiliki selera berbeda dalam hal program TV. Solusi yang paling jelas adalah membeli televisi 1 lagi.
Saya tidak akan merekomendasikannya untuk pengantin baru. Tapi pasangan yang telah menikah lama, terutama mereka yang selalu bersama-sama selama 24 jam, bisa menghabiskan waktu masing-masing secara terpisah selama beberapa waktu. Menonton televisi adalah salah satu area dimana kompromi jarang bekerja, adalah tidak realistis untuk menharapkan seorang penggemar sepak bola untuk menonton acara masak-memasak, atau sebaliknya.
Pilihan Ada di Tangan Anda
Apabila berbicara bagaimana menghadapi berbagai hal mengenai suami kita yang membuat kita gila, kita harus selalu dalam perspektif yang benar. Komentator Andy Rooney mungkin pernah mengalaminya pada saat dia menulis kata-kata berikut ini dalam sebuah daftar yang dia sebut "Apa yang telah aku pelajari":
• Aku telah belajar ... bersikap baik lebih penting daripada berbuat benar
• Aku telah belajar ... bahwa pada saat anda melabuhkan kepahitan, kebahagiaan akan bersandar di tempat lain
• Aku telah belajar ... bahwa seseorang harus tetap menjaga suaranya tenang dan lembut, karena besok mungkin anda harus memakannya
• Aku telah belajar ... bahwa saya tidak bisa memilih apa yang saya rasa, tapi saya bisa memilih apa yang saya lakukan
Kita tidak bisa mencegah jika suami kita membuat kita senewen. Tapi kita bisa mencegah rasa marah kita. Kita bisa memilih untuk menghitung sampai sepuluh, berdoa untuk rasa sabarm atau mentertawakannya.
Aku rasa aku pilih yang ketiga.
Sumber : Mary Ann Cook, www.focusonfamily.com