Bebaskan Hidupmu Dari Trauma!!

Psikologi / 17 September 2007

Kalangan Sendiri

Bebaskan Hidupmu Dari Trauma!!

Lestari99 Official Writer
9824

Beberapa tahun ini, kita kerap dihadapkan pada musibah massal bertubi-tubi. Mulai dari tragedi bom, bencana alam hingga musibah besar gempa dan badai tsunami. Tak sedikit masyarakat Indonesia mengalami trauma pascabencana. Jika tak ditangani secara tepat, hidup mereka akan terus dihantui trauma. Kini, ada beragam cara ditawarkan untuk mengatasi trauma.

RENTAN KENA PENYAKIT

Kehilangan dan kesedihan mendalam kemungkinan bisa memicu munculnya trauma. Seperti dikatakan Livia Iskandar-Darmawan, psikolog sekaligus koordinator Yayasan Pulih, Trauma mengacu pada pengalaman yang mengagetkan dan menyakitkan yang terjadi di luar kontrol seseorang.

Pengalaman tersebut, lanjut Livia, akan menyebabkan seseorang menunjukkan respons tertentu. Yang paling mudah terlihat adalah shock atau terkejut.

Tak hanya berdampak psikologis, trauma juga bisa berakibat pada penurunan kondisi kesehatan fisik. Pada dasarnya, kondisi psikis dan fisik saling berkaitan, sehingga penurunan kondisi psikis mampu melemahkan pertahanan tubuh. Ketika pertahanan tubuh melemah, penyakit menjadi lebih mudah masuk.

JANGAN TERBUAI TRAUMA

Respons terhadap peristiwa-peristiwa mengagetkan adalah hal wajar, karena ini merupakan mekanisme untuk mengatasi masa-masa sulit yang secara alamiah dimiliki setiap manusia.

Dr. Richard Budiman, Sp.KJ, psikiater di RSUPN Cipto Mangunkusumo mengungkapkan, kecemasan atau ketakutan berlebihan yang dialami hingga berlarut-larut itu wajar. Kondisi ini bisa dibilang merupakan fase untuk dapat keluar dari trauma, ujar Richard.

Semestinya, kecemasan yang sangat akan berkurang sejalan dengan berlalunya waktu. Namun, pada kenyataannya, jangka waktu trauma setiap orang pun berbeda-beda. Menurut Richard, hal ini disebabkan oleh perbedaan karakter setiap manusia.

Bila seseorang tetap menunjukkan ketakutan, dicekam mimpi-mimpi buruk, kehilangan kendali, apalagi menunjukkan perubahan perilaku dalam waktu cukup lama, menurut Richard, ini tidak lagi dianggap wajar.

Lalu, ketika stres pascatrauma berubah menjadi gangguan mental, apakah itu berarti terjadi kerusakan pada jaringan otak? Pada keadaan stres yang cukup berat, kemungkinan tidak terjadi kerusakan pada jaringan otak. Tapi, kondisi ini bisa menimbulkan ketidakseimbangan pada neurotransmitter, yakni zat kimia pada sel-sel otak yang fungsinya memberikan informasi ke otak. Akibatnya, otak sulit menerima informasi dari sel-sel otak, sehingga ini mudah memicu depresi, ujar Richard.

BERGABUNG DALAM SUPPORT GROUP

Menurut Livia, pada anak kecil, dampak trauma mungkin terlihat. Mereka bisa lebih cepat kembali ke kehidupan normal. Tapi, bukan berarti efeknya tidak parah. Pada saat dewasa, dan ingatan tentang trauma itu muncul, dampaknya bisa lebih parah, yaitu perubahan kepribadian.

Lalu, upaya apa yang perlu dilakukan agar cepat pulih dari trauma? Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah belajar menerima kenyataan. Setelah siap, mulai membicarakannya dengan orang terdekat atau yang dipercaya. Mengungkapkan perasaan memang bukan hal yang mudah. Tapi, jika bisa melakukannya, Anda bagaikan melepaskan beban berat.

Jika kondisi yang dirasa sangat menekan, Anda bisa mendatangi ahli kejiwaan atau yayasan pemulihan trauma untuk mendapatkan terapi secara rutin dan pendampingan pada saat-saat tertentu. Tak perlu sungkan datang ke psikiater, karena luka batin ibaratnya demam, memerlukan penanganan dokter.

Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan dan daya tahan untuk menghadapi masa-masa sulit. Percayalah, Anda tak sendirian.

Halaman :
1

Ikuti Kami