Sesuatu Yang Tabu

Single / 8 September 2007

Kalangan Sendiri

Sesuatu Yang Tabu

Lestari99 Official Writer
6180

Rino adalah seorang laki-laki yang lumayan keren sehingga banyak disukai oleh wanita. Gayanya yang meyakinkan membuat wanita idamannya, Erika, jatuh cinta. Merekapun menjadi sepasang kekasih yang tak terpisahkan. Saking tak terpisahkannya, suatu hari Erika hamil, padahal mereka jelas belum menikah. Sesuatu yang terlalu jauh telah terjadi.....

Rinopun mengambil sebuah tindakan yang diambil oleh kebanyakan laki-laki yang terjebak di situasi serupa, yaitu berusaha meyakinkan Erika bahwa ia harus meng-aborsi bayi dalam kandungannya. Dan seperti gadis kebanyakan yang sangat takut menghadapi realitas dan perubahan drastis dalam hidupnya, Erikapun pergi ke klinik gelap dan melakukan aborsi.

Tidak berapa lama setelah kejadian itu terjadi, sesuatu yang aneh menimpa Rino. Setiap kali ia mendengar bayi menangis, Rino menjadi sangat ketakutan. Rasa takut dan rasa bersalah dan penyesalan tiba-tiba mengikutinya bahkan menjadi salah satu mimpi buruknya yang nyaris rutin mengunjunginya tiap malam. Pembenaran terhadap tindakannya waktu itu hanya mampu menghiburnya sesaat. Ia tahu benar bahwa sesuatu yang buruk telah ia lakukan.

Banyak orang yang menyangka bahwa keputusan untuk melakukan aborsi hanya akan menyiksa kaum wanitanya saja. Padahal kaum pria yang terlibat dalam keputusan itu pula terjebak dalam situasi yang mengerikan.

Lingkungan dan komunitas biasanya hanya menaruh perhatian pada wanita. Para pria yang sering menjadi penggagas awal dari aborsi itu sering dikesampingkan.

Isu aborsi datang dengan 2 kebohongan, yaitu ‘ini hanya masalah wanita', dan ‘bayi yang dikandung belum sepenuhnya hidup ketika digugurkan'. Hal inilah yang membuat para pria seolah-olah bebas dari tuduhan. Padahal ketika seorang pria terlibat dalam kegiatan aborsi, dia sedang menjadi buronan. Dia berlari, bersembunyi, berusaha tidak perduli, dan menutup-nutupi.

Karena itulah, seorang pria yang pernah terlibat aborsi harus melangkah keluar dari penyangkalan yang ia buat sendiri.

Sebenarnya, apa yang mencegah seorang pria untuk berhadapan dengan masa lalunya menyangkut aborsi?

Pertama, pria kadang ‘tidak tahu' bahwa dirnya sedang menderita. Hal-hal yang mereka alami pasca aborsi seolah tidak ada hubungannya dengan aborsi itu sendiri. Susah percaya dengan pasangan, sering tiba-tiba panik, kemarahan yang meledak-ledak, depresi, ingini bunuh diri, atau menjadi tergantung pada suatu zat atau kebiasaan tertentu yang tidak terjadi sebelumnya adalah beberapa diantaranya. Bahkan biasanya, butuh waktu 10 tahun untuk seorang pria menyadari hubungan antar hal-hal yang terjadi pada diri mereka tersebut dengan kenyataan bahwa penyebab semuanya adalah karena mereka pernah melakukan aborsi.

Kedua, tidaklah mudah untuk bicara terang-terangan tentang aborsi. Pria yang sadar akan ‘kejahatan'nya di masa lalu tersebut cenderung tidak mau membahas masalah sepribadi itu dengan siapapun.

Ketiga, masyarakat umum sudah keburu menyatakan bahwa apa yang ia lakukan adalah sesuatu kejahatan yang tabu untuk dibahas. Sebaiknya dilupakan saja. Lupa? Tidak mungkin!!

Jawabannya hanya satu. Setiap pria yang pernah menjalani masa kekelaman akibat keputusan aborsi yang ia buat, harus dipulihkan. Dan setiap pria yang mau dipulihkan harus:

1. Termotivasi. Motivasi untuk dipulihkan harus dimiliki sebagai tahap awal yang penting.

2. Mau membuka diri. Pria terkondisikan sebagai makhluk yang tidak biasa menunjukkan perasaan mereka. Tapi pria yang menyesal bahkan sampai menangis karena itu justru baik agar dapat lebih mudah melepas rasa sesal yang memenuhi dada mereka.

3. Rekonsiliasi. Walau setiap hubungan yang pernah diwarnai aborsi biasanya kandas ditengah jalan, pria harus mencari jalan rekonsiliasi dengan wanita yang pernah terlibat dengannya itu. Mencari dan meminta maaf pada mantan pasangannya tersebut adalah tahap yang sangat penting.

4. Pengampunan. Jika seorang pria mengaku dosanya pada Tuhan, maka Tuhan pasti mengampuninya. Dibutuhkan keberanian seorang pria sejati untuk bisa mengakui kesalahannya, meminta pengampunan pada Tuhan, dan menerima pengampunan itu serta memulai hidup baru didalam pengampunan dan kasih karunia Tuhan.

Pada suatu hari, seorang bapak berdiri di tengah-tengah pertemuan ibadah khusus pria yang ia hadiri. Ia mengatakan. "Sebenarnya saya pernah punya seorang anak. Kalau anak itu masih ada, ia pastilah seorang gadis cantik berusia 15 tahun. Tapi sudahlah, mungkin kalian juga tidak mengerti", ujarnya pilu.

Mungkin memang pria-pria lain yang hadir disekitarnya tidak mengerti apa yang ia maksud. Tapi jika setiap pria yang pernah terlibat aborsi tidak segera menyadari kerapuhan mereka akibat kesalahan fatal yang pernah mereka buat tersebut, serta melakukan sesuatu terhadapnya, maka keluarga, lingkungan, bahkan dirinya sendiri akan terus menderita sampai waktu yang terhitung lama.

Karena itu, para pria, carilah pemulihan!

Halaman :
1

Ikuti Kami