Sukses adalah sebuah perjalanan

Entrepreneurship / 6 September 2007

Kalangan Sendiri

Sukses adalah sebuah perjalanan

albert Official Writer
14489
Kisah Chelsea Olivia: Saat anak seusianya masih begitu kental menikmati dunia anak yang ceria, ia dan sang ibu sudah harus menghitung waktu, lalu mengaturnya sedemikian rupa. Pada usia tujuh tahun, ia mulai menghiasi layar kaca. Kini, delapan tahun sudah ia hidup di jagat hiburan. Rasanya pantas ia menuai hasil yang gemilang meski belum genap berusia 15 tahun. "Aku masuk dunia hiburan usia tujuh tahun main sinetron. Sampai sekarang jalan tahun kedelapan," ceritanya. "Awalnya lewat model dan setelah itu ditawari kasting. Dapat iklan baru deh lanjut ke sinetron. Tapi jarak antara iklan dengan sinetron itu tidak lama," tambah bungsu dari tiga bersaudara yang semula hanya iseng-iseng saja. Apa yang didapatnya sekarang diluar dugaannya. Bagi seorang bocah, saat itu yang ada hanyalah senang dan senang saja bisa muncul di televisi. Dan seperti itulah polosnya pikiran seorang anak. "Sekarang aku sudah mikir dan serius. Kalau dulu itu memang pingin nyoba-nyoba aja. Pikirannya cuma asyik punya dunia baru dan masuk tv."

PENDIDIKAN

Kesibukannya benar-benar memakan waktu. Bahkan pernah dari lokasi syuting ia harus langsung ke sekolah. Pun demikian, siswi kelas satu SMU 6 Jakarta ini mengaku tetap memprioritaskan sekolahnya. Sedapat mungkin Chelsea mengerjakan semuanya dengan baik. "Sibuk boleh aja, tapi sekolah tetap nomor satu. Jadi, aku berusaha sekolah dan karier bisa jalan dengan baik." Seorang Chelsea hanya sedang berusaha menjalankan keduanya sebaik mungkin. Karenanya dengan bijak ia berujar, "Nggak ada yang mengganggu. Sekolah tidak mengganggu karier, karier juga tidak mengganggu sekolah."

Ditanya seberapa besar niatnya untuk menamatkan sekolah, bintang iklan jerawat ini mengaku besar sekali. Karenanya ia tak pernah meninggalkan sekolahnya lebih dari satu minggu. "Itu pun sebenarnya karena sakit bukan karena yang lain. Aku sih bela-belain dari lokasi syuting langsung ke sekolah," ceritanya memberi bukti. Usianya yang terbilang belia itu tentu membuatnya ingin menghabiskan banyak waktu bersama teman sebayanya. Inilah pengakuannya soal itu, "Namanya juga ABG, ya masih mau main-main, nonton, 3G-an sama teman-teman. Kadang teman sering bikin sirik dengan bilang kita lagi di mall nih. Tapi karena aku juga sudah lama di dunia ini ya aku memutuskan untuk penuhi jadwal. Paling kalau pulang syuting masih memungkinkan untuk jalan, aku jalan. Kalau nggak ya sudah, nggak masalah sih!"

PEKERJA KERAS DAN TIDAK MENGELUH

Ditemui di lokasi syuting, Yuliana, sang ibu yang turut hadir membuka suara, "Chelsea bukan tipe pengeluh. Ia tahu ia capek, tapi ia tetap menjalaninya seprofesional mungkin."Memberi warna tersendiri dalam ranah hiburan bukan berarti Chelsea kebal penolakan. Penolakan-penolakan itulah yang justru memicunya untuk pantang menyerah dan membentuknya jadi pekerja keras. "Ngomong-ngomong soal perjuangan, banyak banget! Mulai dari kasting ke kasting, ditolak, gagal; semua lengkap. Jadi untuk sekarang lebih bisa menghargai semuanya."Kalau banyak orang menudingnya hanya bermodalkan tampang, ia menepisnya. Lewat pengalaman, ia sendiri membuktikan tampang saja tidak cukup. Dibutuhkan skill yang nya-ta. "Kalau ada yang bilang aku modal tampang saja, itu salah besar."

Makin tinggi sebuah pohon makin besar pula angin yang menerpa. Tak berbeda jauh dengan pemeran Nayla dalam sinetron Buku Harian Nayla ini. Tudingan sebagai miss jiplakan pun mendarat dalam perjalanan kariernya. Menurutnya sebagai pekerja seni, gosip dan berita miring meru-pakan risiko yang tak terelakkan. Tak ada pilihan lain selain menghadapi dengan caranya. "Siap untuk semua hal!" ujarnya singkat. Dalam dunia show biz tiap pekerja seni dituntut untuk siap menerima pujian dan kritik. "Aku nggak hanya mendapatkan pujian tapi juga kritikan, karena memang apa pun yang kita perbuat selalu diikuti pro dan kontra." Ia tak akan membiarkan dirinya jatuh secara mental hanya karena kritikan dan berita miring. Chelsea memutuskan untuk tak peduli dengan pemberitaan yang tak benar seputar dirinya.

Terkait dengan sinotron jiplakan, diam-diam putri pasangan Yacub Wijaya dan Yuliana ini pun sedikit curhat tentang kekecewaannya. "Waktu aku berperan di sebuah sinetron, aku sama sekali nggak tahu kalau sinetron itu jiplakan. Dan aku main sungguh-sungguh dan sepertinya tidak dihargai. Tapi seperti yang aku bilang tadi, di dunia hiburan aku siap dengan apa pun. Ja ngan terlalu yakin apa yang kita kerjakan dengan baik akan baik juga hasilnya, ini untuk mengantisipasi agar tidak terlalu kecewa," paparnya.

Ke depan ia ingin menunjukkan kualitas akting yang lebih baik lagi kendati sinetronnya ternyata jiplakan. Seperti sinetron Buku Harian Nayla, ia mencontohkan. Kritikan terhadap sinteron ini sebelum tayang pun sudah menggunung. Namun kenyataannya setelah tayang justru banyak pemirsa yang meminta sinetron tersebut tayang ulang. "Prinsipnya biarkan kritikan orang membangun diri kita. Semua hal yang ditujukan untuk aku, aku sampaikan ke Tuhan lewat doa." Kerja kerasnya pun berbuah manis. Setelah menjejakkan langkah di iklan dan sinetron, tarik suara pun dilakoninya. Ini bukan tanpa pertimbangan yang matang bagi Chelsea. Ia mengaku seni tarik suara dan seni tari sama sekali bukan hal yang ia nikmati. Namun berangkat dari konsep matang seorang penyanyi papan atas, Melly Guslow, bergabunglah Chelsea dalam grup vokal BBB (Bukan Bintang Biasa). Meski awalnya berat karena sama sekali tak punya skill didua bidang tersebut, ia tetap menjalani audisinya dan diterima.

DEWASA LEWAT PEKERJAAN

Perjalanan kariernya yang jauh dari mulus membuat Chelsea yang sewaktu kecil sering didaulat jadi Bunda Maria saat acara drama sekolah Minggu, kian menghargai tiap usahanya. "Sekarang aku lebih bisa menghargai karena nggak mudah mendapatkan semuanya. Aku sudah melewati masa sulit. Makanya kalaupun capek banget dan jadi agak malas, aku seperti diingatin lagi akan usaha-usaha yang sudah aku jalani."Banyak hal yang membentuknya jadi pribadi yang matang dibandingkan usianya. Saat ditanya soal pengenalan dirinya sendiri ia berujar, "Aku bukan orang yang moodyan. Kalau sudah tidur lama dan dibangunkan untuk ngapa-ngapain aku bisa kesal. Aku suka menasihati orang kalau ada yang curhat," akunya jujur. Menggeluti profesinya yang sarat pemberitaan mulai dari hal remeh temeh sampai soal pribadi ia tak terlalu memusingkannya. Tapi kalau ibunda tercinta yang bicara Chelsea pun me-nyimaknya. "Mama pengkritik sejati. Semuanya bisa dikritik mulai dari pakaian, akting, ya semuanyalah...."Dibalik semua kerja keras dan jerih lelahnya, ia menyadari berkat Tuhan Yesus, sang Maha Pemberi. "Kasting diterima atau tidak-semuanya itu berkat, termasuk gabung di BBB. Banyak yang lebih cantik dan suaranya juga bagus dari aku tapi aku yang diterima. Itu karena Tuhan Yesus," jelas pesinetron yang tengah mempersiapkan film perdananya."Kalau nggak ada Tuhan Yesus nggak ada seorang Chelsea Olivia di dunia ini. Semua ini sama sekali bukan karena kehebatanku, yang paling utama adalah karena berkat-Nya. Tuhan memberikan berkat sekaligus menguji aku, apa aku bisa bertanggung jawab. Tuhan Yesus benar-bernar berharga buatku," paparnya serius meski didera lelah malam itu di lokasi syuting.

AKTRIS PEMBELAJAR

Pemain sinetron yang masih terus berlatih menajamkan aktingnya ini menganggap latihan itu adalah sebuah keharusan. Dan itu dijalaninya dengan satu kata, profesional. Ini lantaran sang mama selalu bertanya serius sebelum menandatangani kontrak. "Sebelum tanda tangan kontrak, mama tanya mau atau nggak. Kalau iya, berarti harus siap bertanggung jawab. Kalau pun nggak diambil ya sudah. Jadi, lebih kepada tanggung jawab dan profesional," jawab aktris bermata indah yang selalu menyempatkan diri membaca satu ayat Alkitab setiap hari. Melihat usianya, tentu perjalanan kariernya masih panjang. Chelsea kini tengah merendanya dengan tekun. Menuai sukses saat ini bukanlah sebuah akhir. Baginya meraih sukses terasa lebih mudah daripada mempertahankan. Diakuinya selama ini ia hanya berusaha semampunya untuk meningkatkan kualitas akting dengan banyak bertanya dan melihat para seniornya ketika sedang beradu akting. Tak disembunyikannya kenyataan kalau tiap hari bermunculan wajah baru. "Setiap harinya lebih banyak lagi orang yang cantik, yang lebih keren, yang lebih imut mukanya. Persaingan itu pasti ada dan yang dicari memang yang punya keahlian. Jadi, bukan cuma ngandalin cantik atau keren saja."Alasan kualitas pula yang dijadikannya sebagai cambuk untuk meningkatkan aktingnya. Karena itu, ia tidak pernah mau cepat puas dan merasa tahu semua hal. "Kadang aku juga cepat puas. Misalnya adegan menangis. Wah, aku sudah puas bisa menangis. Padahal menangis itu kan berbeda-beda. Kayak gitu deh. Jadi, harus terus belajar dan mau menerima masukan untuk perbaikan akting," tukas pesinetron yang lebih memilih memberikan perpuluhannya pada kaum papa dan panti asuhan.
Sumber : http://www.bahana-magazine.com/
Halaman :
1

Ikuti Kami