Kasih Bapa Yang Kurindu

Family / 9 August 2007

Kalangan Sendiri

Kasih Bapa Yang Kurindu

Admin Spiritual Official Writer
12573

Masa kecil saya diawali dengan kedua orang tua saya yang berpacaran tapi tidak disetujui oleh orang tua dari kedua belah pihak. Hal ini membuat orang tua saya melakukan hubungan gelap di luar nikah sampai akhirnya saya lahir tanpa adanya ikatan pernikahan di antara kedua orang tua saya. Karena kondisinya yang juga sulit, pada usia saya sekitar lima enam bulan, ibu menitipkan saya pada ayah.

Dalam keadaan bingung, ayah Dodi menitipkan Dodi pada abangnya. Namun sang kakek melarang abangnya ini untuk mengasuh Dodi. Akhirnya Dodi diasuh oleh sebuah keluarga yang bermarga Tambunan. Mulai saat itulah ia bernama Dodi Tambunan.

Saya tidak pernah mengetahui kalau kedua orang tua saya ini ternyata hanyalah orang tua angkat. Tetapi memang saya memiliki hubungan yang buruk dengan mereka. Hari demi hari perlakuan orang tua membuat saya menjadi kesal dan benci pada mereka karena hal yang saya lihat hanyalah perbedaan. Perlakuan mereka terhadap saya sangat berbeda dengan perlakuan mereka kepada saudara-saudara saya. Setiap hari saya dan orang tua selalu bertengkar. Buruknya hubungan kami membuat saya malas sekolah, sering bolos dan minum-minuman keras. Lebih banyak waktu yang terbuang di luar rumah daripada di rumah.

Dalam suatu pertengkaran dengan orang tua angkatnya, Dodi sempat mendengar pernyataan bahwa ia hanyalah anak pungut. Perkataan ini tidak ditanggapi Dodi dengan serius namun cukup untuk membuat dirinya merasa tertolak.

Itulah salah satu hal yang membuat saya memberontak sekaligus merasa sedih. Walaupun saya masih SD atau SMP tapi pikiran saya selalu melayang-layang seperti orang yang putus harapan. Seperti ada perasaan rindu, tapi saya tidak tahu rindu kepada siapa. Setelah itu saya merasa tidak enak tinggal di rumah orang tua saya ini. Lalu saya pindah ke rumah kakek dan nenek.

Di sinilah akhirnya saya mengetahui rahasia asal-usul saya. Setelah beberapa waktu lamanya tinggal di rumah kakek, ada saudara saya di sana yang melihat kebandelan saya dan dia terlanjur mengatakan kalau saya ini hanyalah anak angkat. Saya langsung membicarakan hal ini kepada nenek. Nenek saya memang sudah agak pikun tapi nenek membenarkan bahwa saya ini hanyalah anak angkat, anak pungut. Akhirnya dari sana saya memutuskan untuk pulang ke kampung saya di Pematang Siantar.

Dodi kecewa dan sedih. Semua sifat pemberontak dalam dirinya ternyata berawal dari kekecewaan akibat penolakan dari orang tua kandung dan keluarga besarnya. Namun saat ia merindukan kasih yang tulus, Tuhan bekerja dalam hidupnya melalui suatu ibadah.

Di Siantar inilah saya mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dalam suatu ibadah, ketika saya menyanyikan lagu "Sinar kemuliaan-Mu Bapa memenuhi sekelilingku", di situlah saya merasakan apa yang selama ini menjadi tekanan dalam hidup saya. Saya keluarkan semua tekanan itu. Saya membutuhkan ‘bapa' yang benar-benar mengasihi saya apa adanya. Satu hal yang saya rasakan pada waktu itu adalah bahwa kasih Bapa itu benar-benar melingkupi saya. Tidak ada kasih yang lebih besar, lebih agung dan lebih tulus daripada kasih Bapa. Di situ saya lampiaskan semua isi hati saya.

Keputusan Dodi mengubah manusia batinnya.

Saya sungguh-sungguh merasakan dan mengalami bagaimana Tuhan memulihkan saya. Dia memenuhi hati saya, memenuhi kerinduan saya akan kasih sayang yang tulus. Yang saya rasakan adalah tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih Tuhan sebagai Bapa.

Setelah itu Dodi berusaha untuk mencari ayah kandungnya. Hingga suatu saat ia berhasil bertemu ayah kandungnya.

Ketika pertama kali bertemu dengan ayah kandung saya, masih sangat sulit bagi saya untuk menggambarkan perasaan saya pada waktu itu, apakah senang atau sedih. Respon ayah ketika bertemu dengan saya juga penuh dengan kecanggungan. Hati saya bingung dan bertanya-tanya: ‘Inikah bapa saya itu?'. Setelah itu saya pulang. Barulah pada malam harinya saya sampaikan semua uneg-uneg dan permasalahan saya kepada Tuhan. Di situ saya menangis. Pada saat itulah saya melepaskan pengampunan kepada mereka.

Dodi mengalami kuasa pengampunan dan kasih seorang ayah.

Saya ingat kembali ke masa lalu, bagaimana kakek menghina saya dan bagaimana ayah saya juga tidak perduli kepada saya. Tapi Tuhan yang memimpin saya, dan Dia menyatakan diri sebagai Bapa dalam kehidupan saya. Walaupun dari kecil saya tidak mendapatkan kasih Bapa tapi Tuhan yang menyatakan kasih Bapa itu kepada saya. Dia menyatakan hidupNya sebagai Bapa dan saya merasakannya sampai saat ini. (Kisah ini telah ditayangkan 20 Januari 2005 dalam acara Solusi di SCTV).

 

Sumber Kesaksian :
Dodi Tambunan
Halaman :
1

Ikuti Kami