Cacat Bukan Masalah Lagi

Family / 2 August 2007

Kalangan Sendiri

Cacat Bukan Masalah Lagi

Admin Spiritual Official Writer
12692

Mungkin saya adalah seorang yang tidak dibutuhkan oleh manusia.  Tidak ada harapan yang lebih baik daripada mengakhiri hidup dalam dunia ini. Tidak ada impian besar dalam menjalani masa mudaku.

Virus polio mengakibatkan kelumpuhan di kedua kaki saya. Kondisi ini menjadi beban moral bagi orang tua juga. Di usia yang menginjak 9 tahun, saya mulai dititipkan untuk diasuh di sebuah panti rehabilitasi. Menyedihkan sekali karena kedua orang tua saya pun hanya meninggalkan alamat dan identitas palsu saat itu. Situasi ini menjadi pemisah hubungan antara saya dengan mereka. Terbuang dari keluarga! Inilah gambaran masa kecilku yang pahit dan keras. Tangisan dan air mata menjadi warna kelam dalam menjalani hari-hariku.

Di panti tersebut, hidup saya benar-benar tidak menikmati keindahan yang semestinya dialami seorang anak kecil. Para perawat selalu berlaku kasar sekali. Dipukul dan disiksa secara fisik membuat hari-hariku bertambah kelam. Suatu saat, disaaat kondisi saya sedang lemah, mereka hanya meletakkan saya di atas lemari. Kesedihan ini belum berakhir, bukan hanya fisik saja yang dilukai tetapi batin saya pun menjadi sasaran yang empuk bagi mereka. "Kamu itu hanyalah anak buangan. Orang tuamu tidak pernah memperhatikanmu lagi. Kamu tuh anak yang ditemukan di tong sampah!!!" demikian kata-kata para pengasuh itu kepada saya waktu itu. Kata-kata yang tajam ini telah membunuh kepribadian saya selama kurang lebih 17 tahun.

[Masa lalu yang pahit terus membayangi kehidupan Markus. Hidup Markus menjadi kosong, jiwanya telah mati. Ia tidak lagi melihat adanya masa depan. Hatinya dipenuhi kebencian dan amarah. Jiwanya yang kosong membawanya dalam keputusasaan yang dalam.]

Semakin bertambahnya usia, semakin pula saya terbentuk menjadi seorang yang sulit mempercayai orang lain, terlebih kepada kedua orang tua yang saya tahu telah membuang saya sejak kecil. Di saat-saat menyediri, terbesit dalam benak saya, jika saja saya tidak cacat, tentunya saya dapat menjalani hidup dengan lebih baik. Apa yang orang lain lakukan saya pun dapat melakukannya. Sayangnya, waktu itu saya bukanlah siapa-siapa dan tidak memiliki siapa-siapa. Fisik yang lumpuh ini menjadikan saya seorang yang pesimis dan sering berpikir lebih baik mati saja. Rasanya tidak sanggup lagi untuk menjalani hidup seperti ini.

[Tuhan tidak pernah menutup mata terhadap ciptaanNya. Ia tahu bahwa berbahaya jika seseorang telah kehilangan harapannya. Ada rencana Tuhan yang tidak diketahui Markus sebelumnya, sehingga suatu waktu ia bertemu dengan seorang hamba Tuhan untuk menyampaikan kabar baik dan masa depan bagi Markus yang berada di ujung maut. Peter, ya dialah orang pilihan Tuhan itu yang menyampaikan kasih karunia Tuhan bagi Markus untuk bangkit dari keterpurukannya.]

"Saya mengingat waktu pertama kali berjumpa, Markus memang kelihatan sepertinya sudah putus asa. Pandangan matanya kosong, sepertinya ia tidak lagi mempunyai harapan. Itulah yang membuat saya merasa tersentuh."  Ungkap Peter.

[Di dorong oleh kasih Tuhan, Peter dengan semangat menjadi sahabat bagi Markus untuk menjawab segala kekosongan dalam hidupnya. Hari demi hari mereka terus bersama sampai pada titik Markus mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat hidupnya.]

"Tuhan memakai Peter untuk menyampaikan isi hati Tuhan. Tidak ada seorang pun yang rela menjadi sahabat seorang yang cacat seperti saya. Tapi kedatangan Peter membuat saya mengenal Bapa di Surga yang menjadi orang tua kekal bagi saya. Ketika saya memutuskan untuk menerima Yesus Kristus 100%, ada kedamaian yang tidak dapat dikatakan. Tidak dapat dibahasakan lagi. Ini adalah mukjizat, sembuh dari dosa kebencian dan menghina diri sendiri. Saya menyadari bahwa saya diterima dan memiliki  masa depan cerah!"

[Ajaib! Ya, ajaib perbuatan Tuhan. Apa yang dipikirkan sulit oleh Markus, bisa berubah menjadi sesuatu yang benar-benar baru dan di luar dugaannya. Yang ia tahu bahwa hidup itu sulit tetapi yang Tuhan tahu ialah hidup itu indah bila berjalan bersamaNya.]

Saya berdoa dan memohon kekuatan Tuhan supaya bisa mengampuni kedua orang tua yang telah menelantarkan saya. Setelah melakukan hal itu, satu perubahan hidup yang luar biasa saya dapatkan. Pribadi saya pulih. Saya merasakan keadaan yang berbeda. Dulu saya berpikir saya tidak bisa melakukan apa-apa. Tetapi sekarang, apa saja yang orang lain lakukan, saya pun mampu melakukannya karena kasih Bapa di Surga yang telah menyatakan bahwa saya ini berharga dan mulia.

[Markus mengampuni orang-orang yang telah membuang dan menyakitinya. Dendam dan kemarahan yang bertahun-tahun menguasai dan menghancurkan jiwanya kini terlepas. Markus menjalani kehidupan yang baru. Tuhan menopang hidupnya sehingga ia menjadi seorang yang berhasil.]

[Bertahun-tahun kemudian kisah Markus dimuat di suatu majalah. Hal ini membuka jalan baginya untuk bertemu dengan keluarganya.]

Setelah 36 tahun saya berpisah dengan mereka semua, akhirnya saya bisa bertemu mereka. Ketika melihat mereka, saya sungguh merasakan betapa saya mengasihi mereka. Betul-betul saya tidak mempunyai perasaan seperti yang tergambar pada saat saya kecil dulu. Saya bisa menerima mereka, berangkulan penuh kasih mesra dengan mereka.

[Terpisah bertahun-tahun tentunya membentuk sebuah gunung besar yang sulit diratakan. Tetapi bagi Tuhan masalah itu bisa berujung pada keindahan yang luar biasa. Markus sekeluarga menjalani hari-harinya dengan penuh ucapan syukur. Tuhan Yesus memulihkan masa lalunya dan memberikan masa depan yang pasti baginya.]

Secara fisik saya merasakan bahwa saya belum apa-apa tetapi pribadi saya mengatakan bahwa saya tidak cacat lagi. Pribadi saya mengatakan bahwa saya adalah sempurna. Yang mengakibatkan saya bisa pulih ialah karena Tuhan Yesus yang hadir dalam hidup saya. (Kisah ini telah ditayangkan 3 Juli 2003 dalam acara Solusi di SCTV).

"Ketika seseorang dipertemukan dengan KASIH BAPA, orang itu akan menjadi seperti apa yang BAPA inginkan ia alami!"

 

 

Sumber Kesaksian :
Markus Kristianto
Halaman :
1

Ikuti Kami