Mendisiplinkan Anak

Parenting / 20 July 2007

Kalangan Sendiri

Mendisiplinkan Anak

prisca Official Writer
5189

Menendang, menjerit, memukul, menggigit. Tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya bertingkah seperti monster kecil, tidak peduli seberapa menggemaskannya dia. Tapi apakah yang harus kita lakukan pada saat anak kita mulai bertingkah? Para ahli menyatakan bahwa memukul bukanlah jawabannya, dan banyak cara yang lebih efektif untuk memunculkan hal-hal yang terbaik dari anak kita tanpa menggunakan cara fisik.

Kapan waktu yang tepat untuk mulai mengajarkan disiplin?

Kita bisa menetapkan batasan-batasan bahkan kepada anak bayi, yaitu pada saat mereka telah berumur 6 bulan. Contohnya, katakan pada mereka untuk tidak mengambil kacamata kita, atau bersikap lembut pada saat mengelus kucing. Dengan menetapkan batasan-batasan, kita memperkenalkan anak kita pada realita dunia yang tidak pernah kehabisan peraturan. Dan menanamkan rasa hormat yang sehat atas apa yang ibu dan ayah katakan akan mempermudah kita dalam menerapkan batasan yang penting sekali di masa yang akan datang.

Menetapkan peraturan

Cara yang terbaik untuk menerapkan dasar-dasar kedisplinan adalah dengan membuat peraturan di rumah dengan sederhana dan jelas, seperti "Dilarang memukul" atau "Dilarang naik meja".

Mengatasi perilaku buruk

Fokus. Tentukan apakah reaksi kita memang sudah sepatutnya. Bila kita bersikap keras pada semua hal, dari anak yang merengek pada saat mau tidur sampai pada masalah ketika dia menggigit, kita akan meresahkan semua orang. Usaha kita untuk mengajarkan disiplin akan lebih efektif jika kita fokus pada hal-hal yang penting bagi kita.

Katakan tidak. Apabila anak kita telah melakukan sesuatu yang buruk, seperti memukul temannya, katakan segera dan tegas, "Dilarang memukul." Apabila anak kita sudah cukup besar, kita juga bisa menyuruhnya untuk meminta maaf. Namun, batasi larangan kita pada perilaku buruk yang sedang terjadi (jangan merembet ke perilaku buruknya yang lain). Apabila anak kita melakukan hal yang tidak kita senangi yang relatif tidak berbahaya (dia mencoret-coret tangannya, misalkan), katakan sesuatu seperti, "Bolpen hanya untuk menulis di kertas saja."

Berikan konsekuensi. Pada saat si kecil tidak menuruti apa yang kita katakan, berikanlah konsekuensi yang benar-benar penting bagi dia. Mungkin dengan melarang dia bermain dengan mainan favoritnya atau menyuruhnya melakukan hal yang tidak disukai. Anak berusia lebih dari 2 tahun bisa mengacuhkan sebuah peringatan. "Jika kamu tetap melempar-lempar pasir, kamu harus keluar dari kotak pasir". Pastikan kita selalu menerapkan konsekuensinya apabila si anak tetap melakukan apa yang telah kita peringatkan. Anak kita tidak akan menanggapi kita dengan serius apabila kita tidak melakukannya.

Konsisten. Anak-anak senang menguji tekad kita. Dan tanpa konsistensi, anak-anak akan mudah tergoda untuk selalu mencoba melanggar peraturan. Pegang teguh peraturan yang kita tetapkan dan akhirnya dia akan sadar bahwa tindakan yang tidak kita sukai konsekuensinya adalah sesuatu yang tidak akan dia sukai juga.

Empati. Biarkan anak kita tahu bahwa kita mengerti apa yang dia rasakan. "Mama tahu kamu sedih sekali. Mama juga berharap kita bisa bermain di taman sepanjang hari, tapi..." Cukup dengan mengetahui kita mengerti perasaannya akan membantu menenangkan dia.

Buat kesepakatan.  Jika anak kita tidak mau tidur, kita tawarkan untuk membiarkan lampu menyala. Kedengarannya seperti kompromi, tapi sebenarnya kita tidak mengalah. Daripada menyogoknya seperti memberinya permen kalau berhenti menangis, tawarkan balasan atas perilaku baiknya. Jika dia tidak berlari-lari pada saat di super market, sepulangnya dari situ dia boleh bermain di taman.

Tawarkan pilihan lainnya. Sesering mungkin pada saat anak kita melanggar peraturan, tunjukkan padanya alternatif perilaku yang dapat diterima. Jadi pada saat kita katakan, "Jangan lempar dompet mami!" teruskan dengan mengusulkan, "Mari kita lempar bola ini saja."

Berikan pujian. Bentuk disiplin yang paling ampuh untuk anak-anak segala umur sejauh ini adalah kata-kata positif yang menguatkan. Semakin banyak pujian yang kita berikan, semakin kuat keinginan anak kita untuk berperilaku baik. Dan cobalah menanggapi setiap pelanggaran dengan kalimat-kalimat yang membangun dan mendorong (daripada mengatakan "Kita tidak boleh memukul" lebih baik katakan "Anjingnya dielus dengan lebih lembut ya")

Perilaku yang selalu harus dikoreksi

Menghormati figur-figur yang berkuasa/ berwenang (orang tua, kakek-nenek, guru dan lain-lain). Bersikap kasar terhadap orang tua tidak dapat diterima.

Kesehatan. Tidak usah diperdebatkan lagi apakah anak kita harus gosok gigi atau tidak karena sudah jelas-jelas hal itu harus.

Pendidikan. Segera setelah anak kita masuk sekolah, kebijakan untuk mengerjakan PR tidak bisa dinegosiasi. Itu merupakansuatu keharusan, titik!

Berbohong. Masalah ini tidak bisa ditolerir dalam situasi apapun, baik itu bohong tentang mengambil kue kepunyaan adiknya atau menyontek.

Sewaktu kita tidak sepaham dengan pasangan kita

Anak-anak pintar sekali  "mengadu domba" orang tuanya, terutama pada saat-saat dimana belum ada kesepakatan terlebih dahulu terhadap hukuman atas suatu perilaku yang tidak baik. Sewaktu hal itu terjadi, ikuti langkah-langkah ini:

Sepakat untuk saling mendengarkan. Jangan berteriak "Kamu sangat salah!" Jika anak kita sudah cukup besar (3 tahun ke atas), kita bisa membahas perbedaan sudut pandang di depan dia (sepanjang kita membahasnya dengan tenang dan sopan).

Tahu bagaimana menutup pembicaraan pada saat emosi sudah mulai berkobar. Cobalah isyarat yang mengatakan "Kita harus mendiskusikan hal ini di tempat lain".

Kesimpulan

Disiplin bukanlah mengenai hukuman. Tetapi tentang mengajari anak kita untuk mengikuti peraturan yang penting untuk memberikan petunjuk arah di dalam kehidupan. Tentu ada waktunya hukuman itu diperlukan. Tetapi yang paling penting adalah kita harus tegas, konsisten, dan mengasihi saat kita mengharapkan anak kita melakukan apa yang kita inginkan.

 

Sumber : www.parenting.com
Halaman :
1

Ikuti Kami