Bandung Lautan Iman

Internasional / 16 July 2007

Kalangan Sendiri

Bandung Lautan Iman

Rosphyta Official Writer
24217
Sekarang telah menjadi lautan api, mari Bung rebut kembali."

Lirik terakhir lagu "Halo...halo Bandung" itu terdengar begitu heroik. Lagu tersebut mengingatkan kembali semangat perjuangan gigih para pejuang bangsa, yang sekitar enam dasawarsa silam, berjuang bersama merebut kemerdekaan, tanpa membedakan suku, ras, agama. Namun kini, semangat itu tampaknya sudah semakin pudar. Bahkan sesama anak bangsa kerap berseteru. Hidup saling menghargai dan menghormati satu sama lain semakin langka. Perbedaan iman malah bisa dianggap sebagai hal yang "membahayakan". Penganut agama minoritas dianggap "duri" yang mesti segera dienyahkan, supaya tidak tumbuh. Umat Kristen dilarang beribadah. Hingga kini, entah sudah berapa gereja, dan tempat-tempat ibadah umat Kristen ditutup paksa dengan berbagai alasan. "Bandung lautan api" kini telah berubah menjadi "Bandung lautan iman" bagi kaum minoritas yang terjajah karena imannya.

Minggu,  3 Juni 2007, di rumah Pdt. Robby Elisa, sekitar pukul 09.30 WIB sedang berlangsung pembinaan mental spiritual bagi anak-anak warga Perumahan Umum Gading Tutuka I Blok F1/12 A, Desa Cingcin, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Bandung. Berhubung pagi itu Pdt. Robby melayani di tempat lain, pembinaan didelegasikan kepada istrinya, Norma Siregar.

Setelah menyanyikan dua lagi puji-pujian dan berdoa, tiba-tiba puluhan massa yang menamakan diri Barisan Anti Pemurtadan (BAP) menggedor pintu depan dan belakang. Sambil berteriak-teriak mereka memaksa pintu dibuka. "Pemurtadan-pemurtadan...!" teriak mereka sambil merangsek ke rumah. Sebanyak 15 anak sekolah minggu, yang berumur antara 1,5 hingga 11 tahun, sambil menangis ketakutan dipulangkan ke rumah masing-masing.

Tidak puas hanya membubarkan anak-anak, gerombolan merusak gambar Yesus, sambil berteriak-teriak bagai kesetanan. Ada yang menendang pintu kamar hingga rusak, lalu masuk ke kemar dengan dalih mencari Pdt. Robby. Di kamar, mereka mengacak-acak tempat tidur, lemari buku dan televisi. Salah seorang pengacau mengambil buku-buku rohani dan Alkitab lalu dibanting ke lantai. Selanjutnya Alkitab ditekankan ke kepala Norma sembari menyerukan bahwa Alkitab membuat banyak orang "murtad" oleh sebab itu harus dibakar. Tiga orang dari mereka menyuruh dan mengancam seorang anak berusia 12 tahun untuk meludahi Alkitab dan menyangkal Tuhan Yesus. Karena anak sekolah minggu itu menolak, dia ditendang dan ditampar.

Sepanjang aksi teror itu, mereka senantiasa meneriakkan kata-kata tentang kebesaran Allah, versi mereka. Setelah puas, kawanan itu pergi. Menurut Norma, saat kejadian kepala desa (kades), ketua RT, seorang politisi dan tentara ada di sekitar lokasi. Namun kehadiran mereka tidak mampu meredam aksi brutal itu. Pukul 10.30 WIB, Kades Soleh memerintahkan agar kegiatan-kegiatan kerohanian segera dihentikan untuk selamanya. Massa bahkan mengancam akan menyerang lebih keras lagi jika di rumah itu masih ada aktivitas rohani Kristen. Pada pukul 11.00, massa meninggalkan lokasi.

Tempat ibadah jauh

Ketika dikunjungi ke rumahnya belum lama ini, Pdt. Robby Elisa menuturkan, pelayanan di rumah sudah dilakukan sejak tahun 2000 lalu. Jauhnya tempat ibadah dari kompleks itu-sekitar 8 km-menjadi alasan baginya untuk menyelenggarakan pembinaan iman di rumahnya, bagi warga kompleks yang beragama Kristen. Tempat ibadah yang dia maksud berada di pangkalan TNI AURI, Kota Bandung. Sebenarnya, tempat itu bukan ereja, tapi gedung serba guna milik AURI yang disewakan Rp. 2 juta per bulan. Karena sewa gedung dirasa mahal, Robby mengurungkan niat menyewa. Selain itu, jika sewaktu-waktu TNI menggunakan gedung itu, maka untuk sementara ibadah "libur". Karena tidak mampu menyewa gedung itu, warga Kristen ibadah bersama di rumah Pdt. Robby dengan model pembinaan.

Untuk mendirikan gereja di kompleks tersebut memang sangat sulit. Walau sudah 7 tahun melakukan pelayanan, mereka baru mengantongi izin operasional berupa surat keterangan tanda lapor dari Dirjen Bimas Kristen Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, pada 2005. Sejarahnya, pada tahun itu juga sudah ada 5 denominasi di Kompleks Gading Tutuka. Tapi karena sering diintimidasi, empat gereja pindah ke gedung milik AURI. Akhirnya, hanya Gereja Sidang Jemaat Allah di Indonesia Jemaat Eben Haezer pimpinan Robby yang masih bertahan. Tahun 2005 itu, AGAP sempat melarang kegiatan ibadah dengan alasan menganggu warga. "Waktu itu, saya sedang pelayanan di Kota Bandung, dan istri saya dipaksa menandatangani surat untuk menghentikan segala bentuk ibadah di rumah kami," kata Robby. Saat itu istrinya menolak menandatangani, sebab merasa tidak pernah mengganggu. "Terganggu apa? Kita ibadah hanya pake gitar," tandasnya.

Sumber : Reformata
Halaman :
1

Ikuti Kami