Apa yang anda lakukan jika bertemu orang gila di sekitar rumah anda? Thomas Selan melakukan hal yang mungkin tak pernah terlintas dalam benak kita.
Thomas Selan:Sejak tahun 1999, saya punya kerinduan untuk melayani orang-orang stress. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk mereka, jadi setiap kali saya lewat saya hanya memberi mereka makan. Walaupun saya ada di mobil, tapi kalau ada orang gila saya harus turun beli nasi bungkus buat mereka.
Suatu saat kita bertemu dengan seseorang yang menurut masyarakat di sekitar situ sudah gila selama 9 tahun. Waktu kita dekati dia untuk memberi telur, dia bisa terima, makan, dan waktu kita ajak pulang ke rumah, dia mau ikut. Akhirnya sesampainya di rumah kita gunting botak rambutnya dan kita mandikan. Baru setelah satu minggu kulitnya bisa bersih, karena dia tidak pernah mandi selama 9 tahun. Tiga bulan kemudian orang ini bisa dikatakan sudah 75% sembuh, tapi suatu saat waktu kita sedang pergi bersama-sama untuk refreshing, orang ini pergi dibawa kereta api. Kita mulai kecewa waktu itu. Tapi saay bilang pada teman-teman saya bahwa orang ini hilang tapi di Jakarta masih banyak. Sesampainya di Jakarta kita bertemu dengan Rendi.
Pada tahun 2002 di daerah Sunter - Tanjung Priuk saya bertemu dengan Rendi. Keadaan Rendi waktu itu kurus, hitam, berambut panjang, dan tidak bisa berbicara. Rendi sedang mengais-ngais sampah & makan sampah yang ada di sana. Tubuhnya kurus kering hanya tinggal tulang yang membalut tubuhnya, kulitnya sangat kotor dan bajunya sudah sangat kotor, hitam dan sangat bau karena memang tidak terawat.
Latar belakang yang membuat Rendi mengalami hal ini adalah karena suatu hari 2 tahun yang lalu Rendi tanpa sengaja mendengar bahwa papanya mau menikah lagi dengan wanita lain. Dan benar akhirnya ia melihat papanya meninggalkan dia dan ibunya begitu saja. Sejak saat itu Rendi menjadi anak yang pendiam, ia tidak bicara, bahkan tidak sekolah. Waktu itu terakhir Rendi bersekolah kelas 1 SMP. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari ibu Rendi harus bekerja berangkat pagi-pagi untuk mencuci pakaian dan baru pulang sore hari setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah seperti mengepel dan menggosok pakaian di rumah majikannya. Hari lepas hari seperti itulah yang terjadi sehingga Rendi kecewa dan tidak dapat menerima kenyataan ayahnya pergi meninggalkan keluarganya. Rendi sangat tertekan waktu itu. Karena ibunya bekerja di rumah orang, Rendi yang putus sekolah hidup tak menentu, di tambah kondisi tempat tinggal mereka yang ada di rel KA di daerah foker-Tg. Priuk.
Ama Suryama (Ibu Rendi): Rendi itu dulu anaknya rajin ke gereja, anaknya penurut, semua orang mengagumi dia dalam keluarga, tetangga. Pokoknya saya senang sekali punya anak seperti Rendi, cuma pada waktu itu saya sangat kecewa dan sedih tentang bapaknya Rendi, dia menikah lagi. Saya pamit ke Rendi, saya bilang, "Ren, ibu mau cari bapak, ibu mau cari uang untuk ujian Rendi.", dia tidak menyahut sepatah katapun. Seprtinya dia kecewa karena saya meninggalkan dia, mungkin dia berpikir kenapa saya masih menyusul bapaknya padahal bapaknya sudah seperti itu. Tiba-tiba langsung dia loncat, lari... Saya di situ kaget, saya menangis, "Tuhan, kenapa anak saya?", saya peluk dia, saya bawa ke tempat tidur, dia memberontak sama saya, marah-marah, pukul-pukul saya. Saya tanya, "Kenapa Ren? Ada apa?" Dia jawab, "Nggak tahulah, aku kesal sama bapak." Dan disitulah semuanya berkelanjutan.
Thomas Selan: Saya mempunyai iman, bahwa rendi pasti sembuh, karena bukan saya yang menyembuhkan tapi Tuhan yang menyembuhkan, kita hanya sebagai alat. Tahapan pertama yang kita lakukan adalah supaya dia bisa berkata-kata dahulu. Kita duduk di depannya, kita berkata-kata dan dia mengikuti. Kita harus benar-benar mengasihi dia, kalau dia tidak mau berbicara, kita harus sabar, besok lagi, besoknya lagi.. Sampai suatu saat dia benar-benar bisa ngomong.
Thomas beserta tim yang ada berdoa dan mengajar Rendi pelan-pelan untuk mulai bicara dan membaca firman Tuhan. Dulu Rendi membaca huruf dari kanan ke kiri, mereka ajarkan kembali untuk dari kiri ke kanan. Selain itu sering tiba-tiba malam hari Rendi bangun dan berteriak, mereka harus bangun dan melayaninya Ketika Rendi diberi makan, dia tidak mengunyahnya tapi langsung di telan. Parahnya Rendi bisa makan tanpa henti hingga 1 dandang pun bisa dilahap habis. Selain itu, mereka juga harus memandikan dan membersihkan kotoran Rendi. Benar-benar membayar harga... Setelah tahu apa inti persoalan Rendi, mereka juga mewakili orang yang menyakiti dia untuk meminta maaf setiap hari, sampai dia benar-benar bisa menerima kata maaf itu.
Thomas Selan: Panggilan ini timbul pada waktu saya masih bujangan, tapi justru baru kesampaian waktu saya berkeluarga. Saya angkat orang gila itu dari jalan untuk dibawa ke rumah, awalnya 2 orang, dan itu juga merupakan hambatan buat keluarga. Karena orang gila itu bisa berteriak tengah malam, dan kita harus bangun untuk melayani mereka. Apalagi waktu saya punya anak, saya sempat kuatir juga, jangan-jangan nanti mereka memukuli anak saya. Tapi ternyata sampai hari ini tidak pernah terjadi seperti yang tidak kita inginkan itu.
Dulu rumah kontrakan kami kecil, tidak bisa menampung orang, dan kalau hujan banjir. Tapi sekarang oleh karena kemurahan Tuhan, kami diperhatikan dari Yayasan Bina Mandiri Indonesia dengan rumah kontrakan yang lebih besar.
Setelah di layani oleh tim yang ada selama ± 1,5 tahun Rendi sudah bisa bicara dan diajak berkomunikasi dan juga sudah bisa makan dengan cara yang normal. Dulu Rendi makan dengan langsung telan, kita harus pisahkan tulang dari makanannya, kita harus mengajari dia mengunyah, 3 bulan kita melatih sampai dia bisa makan dengan normal. Sekarang dia juga sudah bisa mandi sendiri bahkan dia juga membantu kami memandikan orang-orang yang baru diangkat ke rumah.
Rendi Remyasa: Saya diajari mandi dan makan oleh kak Thomas. Setiap hari kita harus mandi sendiri, menyapu, mengepel, menyusun kursi untuk taman kanak-kanak di rumah kak Thomas.
Kini di rumah Thomas, Rendi membantu tim yang ada untuk melayani orang stress lainnya dalam hal yang praktis. Selain itu dia membantu menjual makanan dan minuman untuk anak-anak sekolah, mencuci piring, mengepel, sebagai aktivitas pekerjaannya setiap hari. Waktu mamanya melihat kondisi Rendi yang sudah dipulihkan, beliau sangat bersyukur dan menyerahkan perawatan serta perkembangan hidup Rendi selanjutnya kepada Thomas dan tim yang ada.
Thomas Selan: Saya berharap setiap kita jangan menjauhi mereka, mereka harus didekati, diberi makan, dan mereka butuh kasih sayang. Saya percaya mereka akan sembuh, contohnya Rendi, sekarang sudah sembuh. Kita jangan sampai takut dengan mereka atau menganggap mereka orang buangan, tapi kita bisa lakukan sesuatu. Saya percaya mereka mempunyai harapan ke depan.
Rendi Remyasa: Saya bahagia sudah mengalami perubahan, tidak seperti dulu lagi. Sekarang saya bisa melayani orang-orang lain yang belum sembuh.
Thomas Selan: Saya punya kerinduan bahwa setiap kita harus mengasihi mereka sama seperti Tuhan telah mengasihi kita. Tuhan itu datang untuk semua orang dan mau membebaskan semua orang. Tuhan mau memakai kita sebagai alatnya untuk bisa memulihkan mereka, menolong mereka, mempertemukan mereka dengan Tuhan. Karena mungkin selama mereka hilang ingatan itu mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, tidak tahu jalan mana yang harus mereka tempuh, jadi kitalah yang harus membawa mereka. |