Perselingkuhan

Marriage / 17 December 2005

Kalangan Sendiri

Perselingkuhan

Fifi Official Writer
10330
Menurut "kebudayaan kita", seks merupakan puncak kenikmatan, hal yang paling bermanfaat, dan ungkapan tertinggi pribadi seseorang. Contohnya saja, dari drama komedi sampai drama serius, komik, dalam literatur, film, televisi, dan baik laki-laki maupun perempuan, semunya mengejar pengalaman seksual.

Pikiran manusiapun tercemar dengan bermacam-macam hubungan seksual diluar pernikahan. Ini sangat berlawanan dengan prinsip Alkitab tentang seks dan pernikahan, dimana hanya istri dan suami yang dapat melakukan aktivitas tersebut. Komitmen persetubuhan dikhususkan untuk perkawinan, kesetiaan dan kesediaan serta kerelaan untuk saling memberi. Sayang sekali perintah tersebut kelihatannya sudah ketinggalan zaman dan sudah tidak dianggap cocok dengan pemikiran pada masa kini yang penuh dengan kebebasan, kenikmatan, dan "berbuat sesuka hati sendiri".

Tidak heran jika banyak orang Kristen terjebak dan bingung mengambil sikap dalam menghadapi tuntutan moralitas yang rendah. Banyak rumahtangga terjebak dalam perselingkuhan. Kalau bukan suaminya yang selingkuh, maka istrinya. Bahkan kerapkali ditemukan banyak pasangan suami istri yang sama-sama selingkuh. Suami punya wil dan istrinya punya pil.

Namun perlu diketahui, bahwa segala sesuatu ada sebab akibatnya. Kita perlu mempelajari apa yang menyebabkan orang berselingkuh dan perlu juga mengerti bahwa setiap perselingkuhan mempunyai alasannya sendiri.

Pertama, ada individu yang berselingkuh oleh karena kepribadiannya ‘antisosial'. Pribadi seperti ini sebenarnya tidak mengerti apa itu arti hubungan cinta suami-sitri, sehingga ia bisa semau-maunya melampiaskan nafsunya tanpa mempedulikan perasaan istri/suaminya.

Kedua, ada individu yang berselingkuh karena dorongan nafsu perselingkuhan yang tak tertahankan. Mungkin ia sangat mencintai istri/suaminya dan sama sekali tidak ingin melukai hatinya. Tetapi sejak remaja dia sudah terjerat dengan kelemahan seksual. Ia berselingkuh bukan karena kelemahan atau kekurangan pasangannya, namun karena memang ia seorang pezinah. Orang seperti ini, usai melakukan perselingkuhan akan menangis dan berjanji untuk bertobat, tapi satu saat nanti ia kembali melakukannya lagi.

Ketiga, ada pula individu yang berselingkuh karena alasan lain lagi, yaitu berselingkuh karena sangat terpaksa dan tidak sengaja. Misalnya seorang suami yang mendambahkan pelayanan yang baik dan hormat dari istrinya. Tetapi sayang, dia menikah dengan seorang wanita yang dominan, tidak menghargai, bahkan terus menerus menghina dan menekan perasaanya. Suami seperti ini selama bertahun-tahun menderita sampai satu saat ia menemukan seorang wanita (yang mungkin tidak secantik istrinya) tetapi dapat memberi kebutuhan primer yang dia butuhkan. Ia bukan pezinah, tetapi ia jatuh dalam perselingkuhan karena dambaan untuk mempunyai istri yang melayani dan menghormati dirinya.

Nah, jadi setiap perselingkuhan mempunyai alasan yang berbeda-beda. Sekarang apakah kita tahu alasan mengapa pasangan selingkuh?

Solusi yang Tuhan sediakan mengenai masalah ini menuntut pembaharuan dalam diri kita sendiri. Memang, terkadang aneh cara TUhan menolong anak-anak-Nya. Dalam 1 Petrus 3:1-7, Ia mengingatkan istri-istri yang pasangannya tidak taat kepada Firman (manifestasinya bisa segala macam perbuatan dosa) untuk tidak bertindak dengan rekayasanya sendiri. Bahkan Firman juga melarang mereka memakai cara-cara dunia untuk menaklukan suami-suami yang berkajang dalam dosa. Alasannya karena Tuhan mempunyai mempunyai caranya sendiri, yaitu Ia ingin supaya istri-istri itu sendiri yang harus diperbaharui terlebih dahulu. Dari pribadi-pribadi yang bereaksi dengan instink, perasaannya dan pikirannya sendiri, menjadi pribadi yang diatur oleh hati nurani atau batin yang sudah diperbaharui Roh Kudus (Ibrani 9:14) sehingga ia membiarkan buah-buah Roh yaitu Roh yang lemah lembut dan tenteram/damai hadir dalam hatinya.

Nah, hanya dalam konteks kehadiran buah-buah Roh Kudus inilah, Allah sendiri yang akan hadir dan berperkara dengan suami-suami atau istri-istri yang selingkuh. Bukan pasangan yang menghadapi suami/istri yang berselingkuh, tetapi Tuhan sendiri. Dia akan berhadapan muka dengan Tuhan yang hadir dalam diri istri-istri atau suami-suami yang saleh. Bukankah ini prinsip yang selalu Tuhan pakai untuk membela anak-anak-Nya yang tak berdaya? (Matius 10:19-20).

Banyak orang berpikir mungkin semua sudah terlambat/lewat, tak dapat diubah lagi. Tetapi seperti yang dikatakan oleh filsuf Rusia Leo Tolstoy: The past is unchangeable, the future is undpredictable, but the present is the time when one has the power to do the best. (Masa lalu tak dapat diubah, masa depan memang tak terduga, tetapi untuk masa kini kita mempunyai kekuatan untuk mengisinya dengan yang terbaik). Kemudian Alkitab ( I Korintus 15:58) mengatakan, dalam persekutuan dengan Tuhan segala jerih payahmu tidak sia-sia. Ada ungkapan yang mengatakan "kalau zinah merupakan pencemar rumah tangga, maka perceraian merupakan pembunuhnya". Jadi janganlah ada pikiran untuk bercerai ‘jika pasangan kita selingkuh', walaupun merasakan rumah tangga bagai neraka.

Oleh karena itu, bagi pasangannya yang berselingkuh jangan panik atau putus asa. Datanglah pada Tuhan dan minta kekuatan serta pertolongan, sebab perceraian bukan solusi yang terbaik dan dengan adanya percerain justru akan semakin menambah segudang masalah baru.

Pertanyaan yang patut direnungkan adalah mengapa pasangan kita selingkuh atau mengapa kita selingkuh?
Halaman :
1

Ikuti Kami