Mau Dengar Nggak?

Parenting / 13 December 2005

Kalangan Sendiri

Mau Dengar Nggak?

Fifi Official Writer
4228
Sebuah survey mengenai kedekatan keluarga dilakukan terhadap ratusan pelajar dan mahasiswa dari usia 13-21 tahun. Salah satu pertanyaannya adalah "Kalau orang tua kamu bisa melakukan satu hal saja yang sangat berarti untuk kamu, apakah itu?" Dan jawabannya antara lain:

"Kalau orang tua saya bisa mendengarkan saya, pasti asyik" (Viki, 21 tahun)

"Enak kalau bisa ngobrol sama papa" (Anna, 16 tahun)

"Dengerin kita, mungkin...." (Andra, 18 tahun)

Dan ini hanya beberapa dari jawaban lain yang bernada serupa. Ada apa dengan komunikasi? Benarkah banyak sekali rintangan yang berada diantara anak dan orang tuanya sehingga komunikasi menjadi sangat sulit terjadi?

Ada 5 alasan yang diungkapkan oleh para remaja mengenai mengapa mereka agak malas curhat dengan orangtuanya sendiri:

1. Orang tua kadang sulit mengerti
2. Malas diceramahi
3. Orang tua bisa kaget setengah mati
4. Orang tua biasanya langsung berusaha memperbaiki keadaan
5. Orang tua saya tidak mengenal saya yang sebenarnya

Mari kita bahas dua diantaranya:

Orang tua kadang sulit mengerti

Rasanya nyaris tidak mungkin curhat dengan orang tua tentang bagaimana di kampus atau sekolah, teman-teman sudah banyak yang tidak perawan lagi. Atau sulit cerita bagaimana seorang pria tiba-tiba mencuri ciuman di pipi saat kita di perpustakaan atau sebagainya. Rasanya jika bercerita terlalu terbuka dengan orang tua, mereka tidak akan mengerti dan langsung mendakwa kita dengan berjuta tuduhan atau pikiran negatif.

Well, itu terjadi karena jaman dan budaya yang berbeda antara anak dan orang tuanya. Karena itu orang tua dicap sebagai pihak yang kolot dan tidak akan mungkin mengerti keadaan anaknya. Jika anak buka mulut, bisa-bisa orang tua malah melakukan sesuatu yang tidak diharapkan sama sekali. Sebagai orang tua, sangat penting untuk bisa BERUSAHA menciptakan suasana komunikasi yang nyaman dengan anak, dimulai dengan mengerti dunianya dan tidak melihat itu sebagai hal yang tabu karena memang perubahan jaman. Mengertilah bahwa anak anda memang hidup disana sekarang. Di tengah-tengah serigala yang berusaha memangsa mereka.

Sadari bahwa jika orang tua tidak mau mengerti, bisa-bisa si anak yang tidak pernah cerita apa-apa, sudah menjadi bagian dari itu, bukan lagi pengamat luar. Karena itu selagi belum terlambat, libatkan diri anda dengan mengerti akan kondisi itu. Justru dengan mengerti dan saling bicara, semua hal buruk bisa terhindarkan dengan baik.

Orang tua biasanya langsung berusaha memperbaiki keadaan

Dari ratusan respon dari survey atas pertanyaan: "Mengakukah kamu kepada tua jika kamu melakukan kesalahan?", hampir 90% menjawab "tergantung". Lebih jauh, ternyata jika masalahnya besar dan orang tua mau tidak mau lama-lama tau sendiri, ya mereka akan mengaku. Tapi jika tidak, mereka tidak akan pernah cerita atau mengaku karena merasa bisa dan mau menyelesaikan masalah itu sendirian saja, tanpa campur tangan orang tua yang ‘selalu merasa benar' dan ‘langsung berusaha menyelesaikan masalah'.

Dan itu benar, para orang tua yang memang lebih berpengalaman dengan hidup dan merasa wajib (insting) melindungi anaknya, biasanya langsung bertindak begitu tahu anaknya memiliki masalah, kecil sekalipun. Inilah yang membuat para remaja malas cerita. Padahal jika orang tua mau mendengarkan masalah itu, memberi dukungan dan alternatif jalan keluar, dan MEMBERI KESEMPATAN untuk mereka belajar menyelesaikan masalahnya sendiri dan menjadi dewasa, anak pasti tidak akan ragu lagi untuk berbagi cerita dengan orang tuanya.

Ini jauh lebih baik ketimbang remaja bercerita dengan sebayanya, mendengat nasehat sembarangan dari mereka, tetap berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri dan berakhir dengan bencana. Mempercayai anak untuk mengambil keputusan dan berkembang memang tidak mudah, tapi dari itulah mereka bisa beranjak dewasa dan belajar dalam kehidupan ini.

Memulai komunikasi yang baik dengan remaja anda tidak akan pernah terlambat jika anda mau melakukannya dengan belajar melalui dua hal sederhana diatas. Mulailah perlahan tapi pasti tanpa memaksa sambil berdoa agar Tuhan membantu melembutkan hati mereka dan membuka diri untuk orang tua. Jadilah orang tua yang mendengarkan anak remajanya. It's beautiful, really.
Halaman :
1

Ikuti Kami